Jangan sampai mereka tau

49 0 0
                                    

Dag dig dug… Jantungku berdebar kencang. Dua sosok cantik di kiri dan kanan ku mengacaukan konsentrasiku yang berupaya menyimak pelajaran dosen yang membawakan pelajaran Fonetik dan Fonologi bahasa Inggris Selasa ini. Meskipun ku coba untuk meluruskan pandangan agar tak melihat mereka, tetapi tetap saja terlihat melalui ujung-ujung mata kiri dan kanan. Konsentrasiku buyar.

Dua wanita itu sangat cantik bagiku, rambutnya panjang, kulitnya putih mulus, semua syarat wanita cantik ada padanya. Meski salah satu dari mereka tak satu kepercayaan denganku. Aku muslim, Nindy juga muslim, sedangkan Lisa katolik. Kami bertemu di aula kampus untuk pertama kalinya, saat penerimaan mahasiswa baru. Aku, Nindy dan Lisa memang tak terlalu akrab, tetapi karena kami satu jurusan di fakultas ini dan kami selalu saja berada dalam kelas yang sama, sehingga harus memaksaku untuk selalu saja menatap mereka.

Kelainan seks yang kualami saat ini memang sudah kurasakan sejak duduk di bangku SMA. Karena postur tubuhku lebih tinggi dan maco dibandingkan dengan perempuan lain seumuranku, di tambah lagi rambut pendek cepak milikku, aku selalu saja dikira seorang lelaki. Banyak teman-temanku yang bilang bahwa sebenarnya aku cantik, tetapi jika menjadi laki-laki aku lebih ganteng.

Sebenarnya aku tak mau seperti ini, aku mau hidup normal, mencintai seorang laki-laki seperti perempuan lain yang menceritakan hari-harinya bersama pacar mereka. Tetapi tidak bisa, aku memang bisa mencintai laki-laki, tetapi cinta yang hanya sebatas kakak dan sahabat, tidak seperti mencintai seorang wanita. Ada rasa aneh tersendiri yang kurasa. Dan itu terjadi hanya jika aku bersama seseorang yang bertitel perempuan, sepertiku.

***

Ada trauma masa lalu yang membuat setan – setan itu membuat hatiku seperti ini. Ketika itu usiaku baru 14 tahun, kakak sepupu laki – laki yang lebih tua 5 tahun dariku, pernah hampir melecehkanku di rumahku sendiri.  Jika hanya sekali, aku bisa terima bahwa dia sedang khilaf seperti pengakuannya. Tetapi nyatanya sudah lebih dari 5 kali ia hampir menuruti bisikan – bisikan iblis yang bersarang di otak busuknya. Beruntung hal itu tak pernah terjadi. Selalu saja ada yang menggagalkan, entah itu ada ketuk pintu dari luar atau kutendang 'alat'nya.

Sudah berapa kali aku hampir melaporkan kejadian ini pada ayah dan ibuku, tetapi selalu saja gagal, setiap aku ingin menceritakannya, mereka selalu saja bilang, ayah dan ibu capek pulang kerja, besok baru kau bercerita. Mereka sama sekali tak memperdulikan anak semata wayangnya ini.

Aku ingat ketika pelecehan terakhir kali yang hampir dia lakukan, dia merobek pakaian yang kukenakan, hingga nyaris tak berbusana, dia juga menggunting rambut panjangku hingga di atas leher. Aku berontak, terjatuh, menangis sejadi – jadinya, tetapi dia begitu kuat memegang tanganku dengan kasar. Untung saja, ketika dia sedikit lalai, langsung ku ambil gunting yang berada tepat di bawah tanganku. Dan, tcap…tcap, ku tusuk betisnya berkali – kali hingga dia tak berdaya. Tanganku gemetaran, melihat darah – darah bercucuran deras keluar dari kulitnya, ku ambil selimut di atas ranjang untuk menutupi tubuhku, kemudian keluar dari rumah yang penuh dengan nafas – nafas iblis itu.

Sejak saat itu, aku bergabung dengan kelompok pencat silat karate di daerahku dan hingga sekarang aku aktif di UKM Karate kampus.  Aku tak mau lagi menjadi perempuan lemah yang bisa diapa –apa kan saja oleh lelaki hidung belang seperti sepupu kurang ajar itu. Sejak saat itu, hidupku berubah, aku tak pernah lagi punya rambut panjang indahku, dan aku tak pernah merindukannya. Aku bahagia dengan hidup baruku, bersama teman – teman karate yang sebagian besar adalah kaum adam, sehingga kepribadianku berubah layaknya seorang laki – laki. Sejak itu pula, ayah dan ibuku bercerai, lima bulan kemudian ayah menikah lagi, kemudian disusul oleh ibu. Ah, aku tak peduli itu, yang penting, uang mereka selalu masuk ke kantongku setiap bulannya.

***

Tiba – tiba saja ada rasa ingin curhat kepada seseorang tentang kelainan yang aku alami 5 tahun terakhir ini. Aku ingin sembuh, dan butuh nasihat. Pernah terbersit di pikiranku untuk ke psikiater, tetapi aku malu, apa nanti kata teman – temanku jika mereka tau aku tak normal. Mungkin mereka akan menjauhiku. Pernah juga rasanya aku ingin menjalani ini semua seperti orang – orang berkelainan sepertiku. Melampiaskannya di bar – bar dan diskotik – diskotik, mencoba menelan pil yang katanya bisa membuat semua masalah selesai, dan bisa membuat kita melayang – layang di surga. Pernah juga ada fikiran yang lebih fatal lagi, yaitu mengakhiri hidup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang