[ TIGA TAHUN KEMUDIAN ]
Kini aku sudah bekerja di sebuah Konsultan Manajemen Keuangan yang berkantor pusat di Jakarta, pada tahun kedua di perusahaan ini aku sudah menduduki jabatan Akuntan Junior, pretasiku lumayan bagus karena aku menyukai pekerjaan ini. Saat aku magang di semester ke lima dulu aku juga sudah menunjukkan prestasi kejaku yang baik. Jadi sebelum aku lulus dulu aku sudah ditawari untuk bekerja di Kantor Manajemen Keuangan ini. Dan sekarang, aku ditugaskan Kantor Pusat untuk membantu tiga Akuntan Senior untuk mengaudit sebuah perusahaan kelapa sawit berskala internasional yang beroperasional di Kalimantan sini.
Sudah dua minggu aku berada di Kalimantan Timur ini, satu minggu dihabiskan untuk mengaudit kantor pusat perusahaan, dan seminggu ini digunakan untuk mengaudit perkebunan perusahaan. Tugas utama akuntan junior selain menyiapkan data keuangan dari perusahaan juga membuat laporan hasil audit dari para auditor, sepanjang pagi tadi banyak sekali lembar-lembar laporan yang harus dipersiapkan dan diperiksa, penat juga rasanya. Dan untungnya lepas istritrahat siang nanti para Senior Audit meminta acara relaksasi untuk kunjungan ke kawasan home stay perusahaan. Jadi aku bisa beristirahat selepas makan siang nanti.
Saat berjalan keluar dari lobby kantor, karena aku juga yang kurang fokus saat membetulkan beberapa berkas yang kurang rapi di map. Sebuah buhu kokoh menubrukku dari samping, atau malah aku yang menubruk sosok yang berjalan bergegas dari arah berlawanan. Tubuhku oleng kesamping, jika tidak karena sebuah tangan yang memegang lenganku mungkin tubuhku sudah terpelating jatuh. Dan akibatnya kertas-kertas dalam map yang ingin aku rapikan malah jatuh terburai di lantai.
"Maaf .... maaafkan saya tidak melihat ......"
Segera aku mengambil dan mengupulkan kertas berkas yang tercecer. Sepertinya pria yang aku tubruk tadi juga ikut mengambili kertas yang lain. Aku sudah siap untuk menarik senyum permintaan maafku yang termanis, tapi wajahku berubah menjadi melongo karena terkejut.
"Rizky ...... benar ini kamu?" pria itu bertanya.
"Iya benar ...... ini ..... Kang Burhan ?!!"
Meski pria yang ada dihadapanku ini berkumis dan berjambang cukup lebat, tapi sorot mata itu begitu aku kenal karena selalu menghantui mimpi-mimpiku di malam hari.
Bergegas aku kumpulkan kertas laporanku dan menerima juga dari tangan Kang Burhan, yang kemudian membantuku berdiri.
"Kamu kerja disini?"
"Ndak Kang, aku mengaudit perusahaan ini. Kantor aku ada di Jakarta."
"Ohh ... begitu."
"Kenapa, Kang? Apa Akang bekerja disini? Di perusahaan ini?"
Kang Burhan terlihat agak gusar dan sekilas melihat jam di tangannya.
"Kamu ada waktu kan, Ky? Jangan pergi, Akang mohon ..... Sepuluh menit saja. Akang akan kembali kesini. Tunggu Akang ya?"
"Emm ... iya. Baiklah, aku tunggu di parkiran depan ya, Kang."
Kang Burhan memegang kedua bahuku.
"Tunggu, Akang. Ok?"
Bergegas Kang Burhan pergi ke sayap samping kantor dan masuk ke salah satu pintu disana. Sambil mendekap tas dan map laporanku, aku berjalan ke arah parkiran depan. Kupilih area depan di bawah pohon yang lumayan rindang tapi masih terlihat dari pintu utama. Aku tidak ingin Kang Burhan mencari-cari aku lagi.
Ternyata menunggu Kang Burhan membutuhkan waktu lebih lama. Di menit ke tujuh belas, terlihat sosok yang tinggi gagah berjalan bergegas dan keluar dari pintu utama bangunan kantor. Terlihat matanya mencari dan senyumannya yang ganteng merekah saat matanya menemukan sosokku yang berdiri menunggu.