Any Advice?

63 10 13
                                    

"Whaaattt? Lo msh tingting??? Serius lo ga diapa-apain sama sekali, Kei?"

"Lo nya kurang agresif kali."

"Atau jangan-jangan lo pake daleman kesayangan lo yang motif Baby Shark itu ya? Bikin ilfeel tau."

"Neng Keisya, cobi suamina dikasih jamu kuat, atuh. Aya masalah mereun anu-nya."

"Buibu, Keisya cuma kurang ajian aja. Mae, bagi-bagi resep lo tuh. Dulu lo jampi-jampi pake apa si Dida bisa nempel kayak lintah gitu?"

"Disembur air kecubung kayaknya."

"Brisik lo pada! Anak gue bangun ntar."

"Tau nih ya pada ngomong nggak pake saringan. Udah tau rumah gue sempit, anak gue bisa denger obrolan tujuhbelas plus plus. Ntar pada dewasa sebelum waktunya."

"Ya lo juga, terima telpon di ruang tipi. Ngungsi dulu kemana kek."

"Gue mau ngungsi kemana, Jaipong? Kamar mandi? Udah tau rumah gue petakan."

"Seneng banget sih ganti-ganti nama orang, Tasminah."

"Eeeh ... lo juga tuh, ya!"

"Wait yaaa ... gue mau ngucek cucian bentar."

Keisya menepuk jidat berkali-kali sambil tertawa geli.

Beberapa menit yang lalu setelah Dida pergi turun ke restoran untuk sarapan, alih-alih menemani suaminya makan, Keisya memilih menetap di kamar untuk melakukan panggilan video di grup pesan yang berisikan rekan-rekan kerjanya, Ninuk, Dindi, Tasya, Djayadi, Mang Kus, dan tentu saja Maira, wanita yang membuat suaminya itu susah move-on hingga sekarang. Sayangnya Maira sudah setahun resign semenjak kembali rujuk dengan Razi, suaminya. Meskipun begitu, ibu beranak satu itu masih setia menjadi member grup geng onar di aplikasi perpesanan.

Keisya adalah yang paling muda juga paling junior di antara mereka semua. Untungnya bagi Keisya, ia selalu diperlakukan layaknya anak bontot yang siap dituruti apapun maunya oleh rekan-rekannya. Keisya bisa sekonyong-konyong minta ditraktir eskrim mahal setiap hari, atau bahkan steak wagyu premium yang harganya bisa untuk jatah makan anak kos sebulan, meskipun Keisya tidak terlalu suka makanan barat. Yang jelas, salah satu dari rekan-rekannya itu, pasti ada saja yang rela membelikan, bahkan merangkap jadi kurir yang mengantarkan makanan itu ke kosannya. Mang Kus pernah bilang, wajah memelas Keisya itu anugerah terindah dari Tuhan. Dan Keisya sangat sepakat. Wajah memelasnya memang senjata mutakhirnya.

Meski Keisya tinggal pisah kota dari keluarganya, hidup Keisya tidak sepi dan monoton jadinya. Hidupnya diisi oleh cinta kasih dari orang-orang disekelilingnya. Nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus ia dustakan?

Jadi, bagaimana Keisya tidak kangen berat sama orang-orang baik ini? Tidak mendengar keributan mereka sehari saja, Keisya bagai makan nasi putih tanpa lauk. Hambar banget.
Ia merindukan ke-random-an teman-temannya itu karena sudah hampir dua minggu tidak bertemu. Mana bulan madunya pun tidak ada madu-madunya. Sudah hambar, pahit pula.

Keisya pikir mungkin juga dengan curhat ke teman-temannya itu, beban pikirannya akan sedikit berkurang. At least, Keisya bisa lumayan terhibur, nggak bete-bete amat seperti hari-hari sebelumnya.

"Percuma sepertinya yaaa gue telepon kalian. Nggak ada yang punya solusi konkrit."

"Lo nya sendiri gimana, Kei? Udah move on belum dari si Billy?" Kali ini Maira yang bertanya.

"Mmm ... nggak tau sih ya, Bakmoi. Kalo rasa sayang sih masih ada. Kei sendiri belum bisa mastiin. But at least, Kei mau belajar jadi istri yang baik dulu untuk sekarang."

I Can Make You Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang