Kiara mengusap wajahnya dengan tangannya, helaan nafas lelah keluar begitu saja dari mulutnya. Ia menunduk, menatap lembar jawabannya. Matanya meneliti tiap jawaban yang ia tulis, memastikan tak ada yang terlewat. Setelah puas, Kiara berdiri seraya membawa lembar jawaban miliknya. Ia berjalan tenang menghampiri sang guru yang asik bermain ponsel di mejanya.
Kiara meletakan lembar jawaban miliknya ke atas meja, lalu berbalik dan berjalan keluar kelas. Kaki-kaki panjangnya berjalan menghampiri teman-temannya yang memang sudah keluar lebih dulu.
“lama amat, lo.”
Kiara, yang baru menempelkan bokongnya di lantai, mendelik sinis. “yang ngasih contekan telat kan elo.”
Yang diajak bicara hanya terkekeh, sementara gadis lain yang duduk didepan Kiara mencibir. “emang Yanti tuh giliran ngasih contekan lama, tapi pas minta contekan kudu cepet.”
“nama gue bagus-bagus Yanandra kenapa jadi Yanti, anjir!” perempuan yang dipanggil Yanti itu merenggut kesal.
“kebagusan kalo Yanandra mah, Yanti aje udeh.”
Yana mencibir, “Yuranto kata gue mending lu diem.”
“goblok itu nama bapak kita anjir!” yang dipanggil Yuranto berujar keras, tangannya bergerak memukul kepala kembarannya itu. “jugaan, nama gue Yurandra!”
Yana tak membalas, hanya memeletkan lidahnya kearah kembarannya itu. Membuat Yura cemberut. Sementara Kiara hanya tertawa melihat perdebatan saudari kembar tak identik didepannya ini.
Perdebatan diantara saudari kembar itu terhenti kala bel istirahat berbunyi. Yana dan Yura saling pandang, lalu seolah tak pernah berdebat, keduanya berdiri lalu saling berangkulan dan berjalan menuju kantin. Tak lupa, dua saudari itu menarik Kiara dan menempatakan perempuan itu di antara mereka.
Ketiganya berjalan beriringan seraya mengobrol ringan. Sepanjang koridor, banyak pasang mata memperhatikan ketiganya. Ketiganya memang cukup terkenal di SMA Artamevia itu. Karena selain memiliki paras yang enak dilihat alias cantik, ketiganya memiliki tinggi badan diatas rata-rata, bak model yang sering muncul di majalah. Belum lagi, ketiganya memiliki segudang prestasi. Yana yang kerap kali membawa pulang medali bagi ekskul basket, Yura yang wara wiri ikut perlombaan dance, dan Kiara yang tulisannya sering kali dimuat di majalah.
Namun, ketiganya tak memperdulikan semua itu. Mereka masih asik dengan obrolan mereka. Bahkan, saat sampai di kantin pun, mereka langsung duduk disalah satu tempat kosong dan melanjutkan obrolan. Obrolan mereka baru terhenti saat rasa lapar mulai menyerang.
“Hari ini giliran siapa dah mesen?” ucap Yana.
“elu anjir, elu!”
Mendengar itu, Yana tertawa. “oh gua? Yodah bentar.”
Sementara Yana memesan makanan, Yura dan Kiara memilih untuk memainkan ponselnya. Bukan, mereka bukan tidak dekat. Mereka hanya sedang mencari bahan untuk dijulidin. Iya, diam-diam gitu Kiara ini hobi sekali ngejulidin orang.
“eh, Kir, liat deh!” Yura tiba-tiba ngedeketin badannya ke arah Kiara. “si Angel nyelingkuhin Sandi, anjir!”
“Hah? Masa iya?” Kiara berseru kaget. Tangannya meraih ponsel Yura.
Nah, kan. Udah nemu bahan julid, ngobrol deh mereka. Ngeliat Yura dan Kiara yang asik ngobrol, Yana meletakan nampan yang ia bawa ke atas meja. “lu berdua ngapain?”
“ini loh…”
Kedatangan Yana menambah tingkat kejulidan yang ada. Yaudah, mari kita biarkan tiga manusia julid ini.
Kiara's circle of friends:
Ahn Yujin as Yanandra Raniesha Suwadana
Shin Yuna as Yurandra Raniella Suwadana
KAMU SEDANG MEMBACA
Brawijaya [SLOW UPDATE]
ФанфикSetelah kematian kedua orang tuanya, Shanindya memutuskan untuk mengambil alih peran kedua orang tuanya dan mengurus keempat adiknya.