40. I Love You, Mimi

26.1K 2.7K 77
                                    

40. I Love You, Mimi

"Well... mengejutkan?"

Naomi menelan kukis terakhirnya dan nyengir selebar yang ia bisa. Ia baru saja menceritakan bagaimana Arga marah karena mengira ia akan pergi. Yah, mengejutkan, ia mengangguk pada Gia yang sedang memangku Defandra. "Sebetulnya Arga memang banyak kejutan sejak awal kami ketemu."

"Tapi tau kalau Arga sayang sama kamu dan Defandra sampai kayak gitu, itu bukan hal biasa, kan?"

Ya. Itu luar biasa sampai-sampai Naomi tidak bisa tidur tenang setiap malam karena memikirkan kalimat Arga. Ia tidak bisa berhenti melihat Arga setiap ada kesempatan, dan selalu menunggu kapan Arga akan bilang bahwa ia sangat-sangat mencintai Naomi sampai takut Naomi meninggalkannya—lagi.

"Ay, Pak Bara pernah bilang gitu enggak?" Gia bertanya pada wanita yang sedang meluruskan tulang punggung di sofa setelah anak kembarnya tidur. Ayna mengedik dan memberikan jawaban telak.

"Aku pernah mau ninggalin dia, dan dia nangis."

"What?!" teriak Naomi dan Gia bersamaan. Seketika Defandra merengek karena kaget dengan suara mereka, lalu Gia mencoba menenangkannya dengan menggoyangkan tubuhnya sepelan mungkin.

"Hem." Ayna bergumam. "Sebelum tragedi minta dielus sama Ken."

"Kamu pernah punya pikiran ninggalin dia?" tanya Naomi mengalihkan topik.

Ayna mengangguk yakin. Seringkali, tidak hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali di usia pernikahannya yang masih pendek, ia ingin meninggalkan Bara Budiman, meninggalkan kehidupan sebagai istri dan ibu dan menjadi perempuan bebas di luar sana. Menjadi bebas pasti menyenangkan, tetapi membayangkan hidup tanpa anak-anaknya dan bapak dari anak-anaknya membuat Ayna ketakutan.

"Gimana caranya bertahan, Ay?"

"Banyak cara bertahan, Mi, pertanyaannya apakah kamu mau bertahan apakah enggak? Bertahan artinya menerima semuanya, meninggalkan artinya kehilangan semuanya." Ayna yakin bahwa sekarang Naomi sedang memikirkan kalimatnya. Ia berdeham, mengusap pipi Defan yang gembul sembari memuji betapa anak itu kini mirip sekali dengan Naomi sekaligus Arga. Perpaduan yang bikin wajahnya tampak memukau sekali.

"Pas hamil aku sempat benci sama Arga," celetuk Naomi menanggapi. "Kamu lebih pilih menerima semuanya daripada kehilangan semuanya? Padahal mungkin, kamu punya pilihan untuk menerima yang lebih baik lagi di luar sana."

"Kamu akan tau jawabannya di suatu titik nanti." Ayna menegakkan tubuh untuk menunjukkan perhatiannya pada Naomi. "Pertama kamu harus tau kalau kita menikahi orang yang beda, artinya butuh sikap berbeda untuk menyelesaikan masalah. Kamu boleh melepaskan Arga kalau memang dia harus dilepaskan karena kamu punya hak atas diri kamu sendiri. Aku ngga tau gimana Arga, apa saja kurangnya Arga, salahnya Arga, gimana dia bersikap sama kamu dan keluarga kamu, aku nggak tau. Kamu yang tau. Jadi aku harap kamu nggak pernah berpikir 'Ayna bisa nerima suaminya kenapa aku nggak bisa?' karena yang kita hadapi itu orang berbeda."

"Kamu bisa baca pikiranku?" tanya Naomi dengan alis naik.

"Nebak doang, sih."

"Tapi keren. Kamu sudah benar-benar kayak ibu buatku sama Gia."

"Sebagai gambaran saja, nih, aku pernah hampir minta cerai sama suamiku dan nggak jadi karena aku kepikiran dia makan apa hari ini. Pas itu kita lagi pisah rumah."

"Kamu nggak bisa membiarkan dia hidup tanpa kamu?" tanya Naomi ragu-ragu, karena di dalam kepalanya itu artinya Ayna sedang bertingkah sangat narsis.

"Aku mungkin nggak bisa hidup tanpa mengurus dia."

Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang