by sirhayani
part of zhkansas
...
Meski pandanganku terfokus pada sepasang mata Kak Davi, tetapi aku masih bisa melihat cowok-cowok di meja itu sedang menatapku juga.
Terutama pandangan dari seseorang yang terasa menusuk.
Aku tersenyum kecil pada Kak Davi yang sedang menaikkan sebelah alisnya. Kuarahkan tanganku yang memegang tas kertas berisi snack dan juga sebotol minuman kepadanya.
"Kak Davi, ya?" tanyaku. Dia mengangguk, masih terlihat bingung. "Ini buat Kak Davi dari temen saya. Katanya dia malu buat ngasihnya."
Cowok-cowok di dekat Kak Davi tertawa dan menggoda Kak Davi. Aku juga mendengar suara samar-samar Ivy yang menyebut namaku dengan geram.
"Siapa yang ngasih? Apa salah satu yang ada di sana?" tanya Kak Davi, mengarahkan pandangannya ke pintu kantin.
Aku menoleh dan melihat punggung Ivy dan Denallie yang buru-buru kabur karena ketahuan Kak Davi. Hehe, mampus kalian!
Kutatap Kak Davi sekali lagi. "Boleh diambil aja, Kak? Semua ini diambil dari kantin dan tersegel. Nggak dimasukin racun atau semacamnya."
Kak Davi tidak menerimanya. Dia malah bersandar di kursi sambil melipat kedua tangan di dada. "Ini beneran dari temen lo. Bukan lo?"
Aku mengangguk dengan mantap.
"Kenapa nggak dia sendiri yang nemuin gue?"
"Dia malu, Kakak," balasku, tersenyum sampai pipiku terasa pegal.
"Anjir, lo dipanggil Kakak, Dav." Seorang cowok mencelutuk, membuatku merasa rencanaku untuk pergi dengan cepat akan gagal.
"Iya, nih." Kak Davi tertawa sambil memandangku. "Emang kita adik kakak?"
Ah, astagaaa. Kakak aku itu yang ada di samping lo sekarang!
Bisa-bisa aku kencing di sini.
"Diterima, ya, Kak?" Aku tidak bisa menaruh barang-barang ini ke meja dan langsung kabur seperti yang sedang aku bayangkan. Itu tidak sopan. Bisa-bisa aku akan bermasalah dengan senior nantinya.
"Nggak mau, ah?"
Apa aku salah target? Dia suka bercanda, ya? Harusnya Kak Davi langsung menerimanya saja.
"Ada juga loh alesannya dari temen gue, tapi aslinya dari dia sendiri yang ngasih." Cowok lain mencelutuk, membuatku jadi frustrasi. Kenapa dia berpikir seenak jidat begitu? Memangnya ada kejadian yang seperti dia katakan?
"Kak, tolong diambil, ya? Temenku nungguin soal—"
Ucapanku terhenti. Semua barang di tanganku dirampas oleh seseorang yang tiba-tiba berdiri. Dia menaruh makanan itu ke atas meja Kak Davi. Aku tak sengaja melihat pelakunya sampai akhirnya aku tak bisa menghindari tatapannya.
Kaisar. Dia menatapku dengan sorot dingin. "Lo bisa pergi sekarang."
Mampus aku.
Berusaha tidak kenal.
Berusaha tidak kenal.
Berusaha tidak kenal!
"Ma—makasih...." Aku menunduk dalam-dalam, lalu melebarkan langkahku menuju pintu keluar.
Aku mendengar suara percakapan seorang dari mereka. "Astaga, Kai. Lo sinis banget ya sama cewek-cewek? Selalu aja lo bikin kayak gitu."
"Yah, Kai. Padahal masih pengin gue isengin. Kenapa malah lo usir, sih?" Itu suara Kak Davi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...