"Ugh ...."
Hal pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah dirinya yang berada di sebuah kamar. Dengan cat didominasi berwarna hitam dan dirinya yang tertidur di atas sebuah kasur. Kepalanya pusing bukan main, badannya juga sangat lemas. Mata madunya memindai sekeliling, plafon berbahan gypsum dengan ornamen khas Eropa juga tertangkap di pandangannya. Di sudut ruangan sebelah kanan terdapat satu rak tinggi yang berisi buku―yang wanita itu tidak tahu apa isinya. Ia baru tersadar bahwa tangannya saat ini dalam kondisi terikat kuat.
"Sudah bangun, Sayang?" Suara bariton itu menyapa gendang telinganya. Di depan sana, tepat beberapa meter di hadapannya seorang pria tengah duduk di atas sofa. Tubuh sang tawanan bergetar saat mengetahui siapa sosok pria tersebut. Mantan kekasih yang sangat terobsesi dengannya ...
"Victor?" beo sang wanita dengan suara parau.
Pria bernama Victor tersebut semakin memangkas jarak antara dirinya dengan gadisnya. Membuat si wanita beringsut menjauhi pria itu sebisa mungkin.
"Victor, kumohon jangan seperti ini," ujar si wanita―masih dengan suara yang parau.
Pria bermata rusa itu mengangkat satu alisnya. "Apa maksudmu dengan jangan seperti ini? Aku hanya ingin melihat kekasihku, apa salahnya?"
Tubuh si tawanan semakin bergetar saat pria itu duduk di pinggiran kasur lalu mencengkeram dagu sang wanita. Apalagi saat pria itu melabuhkan beberapa kecupan intens di pelipisnya. Sedangkan ibu jari Victor mengusap pelan ranum ceri si wanita.
"Sayang, jika orang bertanya bukankah seharusnya kau menjawab, hm? Kenapa sulit sekali bagimu untuk menjadi gadis penurut, Hermosa?" Cengkeraman tangan Victor di dagu wanita itu semakin menguat membuat si empu meringis. Sedangkan tangannya yang lain menyingkarkan anak rambut―ke belakang telinga―yang menutupi sebagian wajah cantik wanita yang bernama Hermosa tersebut.
"Kita sudah berpisah 6 bulan lalu. Jadi kumohon jangan seperti ini," kata si wanita dengan suara setengah bergetar.
Tatapan Victor langsung menggelap, ia tidak suka dengan fakta yang wanita cantik itu paparkan. Tidak, sampai kapanpun Hermosa adalah kekasihnya. Miliknya. Gadisnya yang paling ia cintai.
"Tidak. Kau tetap gadisku. Kita tidak pernah berpisah, berhenti mengatakan kita telah berakhir. Kau tahu kan aku sangat mencintaimu, hm?" Nada suara Victor naik satu tingkat. Pria itu amat benci dengan status yang ia sandang saat ini. Mantan kekasih. Tidak, Hermosa adalah miliknya.
Hermosa memberontak lalu ia mencoba menjauhi tubuh tegap di hadapannya itu, namun dengan gesit Victor menarik kepalan tangan si wanita yang masih terikat lalu membantingnya ke kasur. Tangis Hermosa telah pecah sejak tadi, dirinya begitu takut lantaran pria yang berstatus mantan kekasihnya ini begitu terobsesi dengan dirinya. Saat ini tubuhnya sudah berada di bawah kendali Victor sepenuhnya, pria gila itu masih memegangi ikatan tangannya.
"Ah ... kenapa kau selalu membuatku bekerja ekstra? Kau hanya perlu menurut kepadaku, Mosa. Aku sangat mencintaimu, tidak bisakah kau mengerti perasaanku?! Aku ingin kau menjadi istriku, kita akan hidup bahagia bersama dengan anak-anak kita," ucap Victor dengan nada menahan emosi seraya satu tangannya mengelusi pipi dan rahang Hermosa. Lalu pria itu daratkan kecupan di pipi basah Hermosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can See Your Pain
FantasyKetika sebuah perasaan yang salah menghancurkan segalanya, membuat hidup terbelenggu akan bayangan obsesi yang menyakitkan. © afroselee, 2023