Perbatasan Jerman.
"Aku sudah menyelesaikan semua misi yang ada di perbatasan Jerman. Semuanya sudah aman. Laporannya pun sudah kukirim lewat e-mail tadi pagi. Selanjutnya, misi apa yang harus kulakukan?"
Hunter baru saja turun dari mobil sedan biru ketika ia menelpon seseorang di ponselnya, atau lebih tepatnya, asisten 'Bos' -nya. Hunter mendesah lega setelah menjalani tugas berat lebih dari satu tahun di perbatasan Jerman untuk memata-matai musuh dari seorang klien yang membayarnya.
Hunter mengangkat tangannya, memberi tanda kepada seorang pria yang berada didalam mobil untuk menunggu. Pria didalam sana mengangguk sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ada misi baru," jawab si asisten. "Misi selanjutnya ada di Negara Asia. Dan kau harus pergi ke sana."
"Jepang?" gumam Hunter bingung. Karena ia baru pertama kali mendapatkan misi selain di Eropa dan Amerika.
"Iya. Misimu ada disana."
Hunter terdiam sejenak. Melirik sekilas pria yang ada di dalam mobil sedan biru itu. Lalu berkata, "Kenapa harus aku yang dikirim ke sana?"
"Kau tidak mau menerima misi ini?"
"Bukan. Tsk, baiklah. Kali ini, apa misiku?" ujar Hunter. Jika ia menolak misi kali ini, dia tidak akan pernah mendapatkan misi lagi.
Tidak ada jawaban dari si Asisten. Lalu setelah beberapa menit dia bersuara. "'Bos' berkata sebelum kau menjalankan misi kali ini, kau harus mencari pasangan terlebih dahulu agar misimu berjalan lancar. Misi kali ini cukup berat, karena kita akan menjalankan misi di Asia. Kau butuh seseorang untuk membantu misimu. Dan pasanganmu harus dari sana."
"Aku bisa membawa seseorang dari Jerman untuk misi kali ini," tawar Hunter sambil menyulut sebatang rokok yang sudah berada di bibirnya.
"Tidak bisa! Kau harus mendapatkan pasangan dari orang Asia. Orang Jepang lebih tepatnya," ujar si Asisten.
Hunter menghembuskan asap rokok yang ia hisap secara perlahan. "Jadi aku harus mencari pasangan orang Asia untuk kelancaran misi kali ini?"
"Iya. Begitulah kata 'Bos'."
Hunter menyibakkan rambut pendeknya kebelakang. Menghela napas dengan kasar mendengar misi kali ini yang memang cukup tidak masuk akal. Sebelumnya, Hunter sama sekali tidak pernah kesulitan dengan misi-misinya. Tapi kali ini? Apa-apaan....
Hunter sendiri adalah nama samaran dari Karina Bryant. Nama Hunter diperuntukkan untuk misi-misinya sebagai mata-mata. Jika ia menggunakan nama aslinya, identitasnya akan ketahuan dan hidupnya akan berada dalam bahaya. Belum lagi orang-orang yang pernah berurusan dengannya. Mereka semua mengincar kepala Hunter untuk di jadikan piala balas dendam, karena hidup mereka pernah dihancurkan oleh misinya.
"Aku akan memesankanmu tiket. Kau akan ke sana nanti malam. Bersiap-siaplah!"
Hunter mematikan ponsel dan memasukkan kembali ke kantung celananya.
"Ada apa?" tanya pria yang ada didalam mobil pada Hunter yang sekarang sedang memejamkan matanya.
"Aku harus pergi dari sini," gumam Hunter.
"Kemana?"
"Asia..."
"Asia?"
Hunter bergumam dan mengangguk. "Kurasa kita sampai disini saja, Max?"
Pria itu mengangkat bahu dan mendengus. "Sepertinya begitu. Semoga misimu sukses kali ini, Hunter. Kuharap kita bisa berjumpa lagi dan menghabiskan waktu lebih banyak," katanya. Kemudian suara mesin mobil hidup terdengar di telinga Hunter. Mobil sedan biru itu bergerak perlahan meninggalkan Hunter yang tersenyum miris melihatnya. Tapi apa boleh buat, misinya lebih penting di bandingkan dengan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spy X Boyfriend
Hành độngUntuk menjalankan misi selanjutnya, Hunter (Karina Bryant) diperintahkan oleh atasannya untuk mencari seorang pasangan terlebih dulu agar misi yang akan dia emban berjalan lancar. Kerusuhan dunia bawah tanah di Kabukicho, Jepang. mengharuskan Hunter...