Ketika Hongjoong membuka pintu, dua orang di dalam sana dikejutkan dengan kehadirannya. Adalah Juyeon yang tengah duduk pasrah di kursi tepi ranjang dari kamar VVIP tersebut dan San yang terkekeh tengah menguncir rambutnya.
Tetapi kedatangan Hongjoong tentu menghentikan kekehan tersebut; terlebih dengan adanya lebam dan juga plester di wajah Hongjoong, beserta dengan ekspresi lurus menandakan bahwa keadaannya sedang tak baik-baik saja.
Saat itu San melirik ke arah Juyeon yang hanya menggeleng, karena walau dirinya diminta untuk mendapatan Hongjoong kemari, Juyeon sendiri baru bertemu dengannya lagi. Juyeon kemudian berdiri dengan satu kunciran di rambutnya. Juyeon mempersilahkan Hongjoong untuk duduk.
Namun Hongjoong telah lebih dahulu berucap, "gue butuh ngobrol berdua sama San. Lo bisa keluar dulu?"
"Well..." Juyeon melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 pagi di tanggal 4 Februari tersebut. "Gue sambil cari makan aja keluar. Laper. Lo mau makan?"
Hongjoong tak menjawab.
Dengan canggung, Juyeon melirik ke arah San sembari meraih jaketnya.
San melihatnya, menunjuk ke arah rambutnya dengan maksud untuk menyuruhnya melepaskan ikatan. Tetapi Juyeon hanya mengedikan bahu dan kemudian beranjak pergi keluar dari ruangan tersebut setelah menutup pintunya.
Telah mendapatkan waktunya, Hongjoong berjalan mendekat ke arah San yang duduk bersandar pada bagian atas ranjang yang dinaikan. Setidaknya Hongjoong membaca keadaan terlebih dahulu--ada luka di pelipis hanya dengan kain kasa, beberapa memar dan lecet sepanjang tangan, di mana Hongjoong yakin pasti ada di tubuh tertutup pakaiannya juga. Kemudian kaki; satu kakinya patah, terpasang gips dengan cukup banyak tulisan di sana.
Ah, tentu saja. San memiliki banyak teman; pasti mereka sudah menjenguknya.
Hongjoong kemudian duduk, dengan dadanya yang masih terasa panas. Ada banyak yang terpendam, ada banyak juga yang terjadi. Hongjoong harus menatapnya dengan diri yang lebih stabil, walau ia agak kesulitan.
Tampaknya San juga ingin bicara.
Maka, Hongjoong menyinggung satu yang lebih penting terlebih dahulu.
"Sorry tentang kaki lo."
San tersenyum miris, melirik ke arah kakinya yang terbalut gips, sebelum membalas. "Gue mau pukul lo, tentang semua termasuk lo yang ngewe sama Mingi, tapi nunggu gue sembuh dan muka lo gak habis juga."
Hongjoong tak menjawab.
Selagi San mengulum bibir bawah pelan, kemudian melanjutkan. "Tapi... maaf diterima."
Ada keheningan sesaat diantara mereka.
San teringat akan sesuatu, yang membuatnya kembali bicara. "Gue juga turut berduka dengan meninggalnya Ibu Nagyung. Gue juga harus minta maaf sama lo karena di malam itu, gue gak tau keadaan lo sama sekali."
"Lo gak tau karena gue gak bilang."
"Gimana pun juga, sebagai manajer, gue harus tau." San menjawab, sebelum berbisik. "Walau sekarang enggak."
Dengan itu Hongjoong mengangguk.
Karenanya, San memilih untuk membahas hal yang membuatnya penasaran. "Muka lo... mungkin karena Hajoon, ya? Anak-anak cerita. Tapi tangan lo...?"
"Ini?" Hongjoong menunjukan knuckle-nya yang berwarna kemerahan karena lecet maupun luka basah yang hampir mengering. "Kayaknya gue mukulin orang di club. Tapi tadi, baru mukul orang lagi; dua kali."
"Lo ngapain?" San menatapnya lelah.
Hanya saja tatapan Hongjoong lebih lelah. "Lo mau tau gak?"
"Hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionOctagon dan The Overload menyelam pada dunia di dalam lingkaran dalam yang lebih luas. Semua berpusat pada sex, pesta dan rock n' roll. Walau sebenarnya, semua adalah tentang kekuasaan. Starts : January 18th, 2023