"Ini malam terakhir kita, Ga, Di Jogja. Tapi malah kayak gini." Dita menghela nafas lemah. Membiarkan kedua tangannya disanggah oleh pembatas kaca.
Begitu pun Galaksi yang tengah sibuk memandangi malam kota Jogja yang baru pertama kali ia lihat diatas balkon restoran hotel.
Walau hotel mereka hanya beberapa lantai, ia dan Dita mampu melihat bagaimana riuhnya manusia disepanjang mata memandang.
Pandangannya turun setelah memejam beberapa detik. Pun sama kembali membuang nafas dan ikut menyandarkan punggungnya pada pembatas kaca.
Tita menoleh hanya untuk memastikan laki-laki itu cuman berbalik sekedar bersandar, bukan berjalan masuk kedalam dan meninggalkannya sendirian disana. Lalu kembali memandang langit malam.
"Ga, jangan tinggalin gue."
Sejenak, Galaksi menoleh. "Gue gak punya teman selain lo. Mereka egois. Mereka berantem cuman karena hal sepele."
"Wanita penyebabnya, Dit." Sergah Galaksi hampir memotong.
"Maksud lo gue juga?" Tanyanya dengan suara yang hampir hilang. Ia merasa seperti disalahkan, sebab ia juga wanita.
Galaksi terkekeh mendengar suara yang keluar dari mulut gadis disampingnya.
Walau kadang Dita terlihat polos, bodoh, bego, arogan, kasar, dan tidak berguna. Galaksi sadar, ia juga punya hati.
Sama seperti dirinya. Dita juga bisa merasakan sakit. Setidaknya dalam hal tertentu kata-katanya bisa sangat masuk akal.
"Lo tahu, Dit? Ada banyak hal yang terjadi selama gue hidup."
Keningnya mengerut tak mengerti. Banyak hal? Yang Tita tahu Galaksi adalah anggota BabeLova, dan dia hidup di...
Ah, sudahlah.
"Banyak hal terjadi, saking banyaknya gue gak mau inget itu. Tapi sialnya saat gue coba buat lupa, justru jadi paling menyiksa."
"Sama kok, Ga. Banyak hal yang pengen gue lupain. Terutama hal-hal menyakitkan yang bikin diri sendiri over thinking." Galaksi terkekeh terus fokus dengan lantai yang dingin.
Itulah yang ia maksud. Aneh baginya saat Dita sudah mengeluarkan kata-kata emas seperti barusan, kemudian menggeleng kecil.
"Kok elo ketawa?!" Kesal.
"Enggak! Kagak! Gue gak ketawa. Cuman.. nyengir."
"Sama aja!"
"Apasih, Dit? Gitu aja ngambek."
Dita tidak menanggapi, ia berbalik memalingkan tubuh serta wajahnya dari Bima. Melipat kedua tangannya dengan postur kesal.
Senyuman diwajah Galaksi hilang, tiba-tiba hening untuk keduanya.
"Dit, ada hal yang gue sembunyiin dari lo." Sontak saja, Dita menoleh secepat kilat.
"Termasuk Bima dan juga Cakra." Lanjutnya.
-[BabeLova]-
Suasana jadi seperti sebuah pemakaman diantara mereka bertiga. Pak Dadang terus berputar ditempatnya berdiri, tak habis pikir dengan kelakuan ketiga siswanya yang membuat satu sekolah khawatir.
Ia sudah duduk, berdiri, dan duduk lagi. Terus saja seperti itu hingga beberapa orang di tempat resepsionis melihat ke arahnya.
"Kalian ini kenapa?" Tapi tak ada satupun dari mulut ketiganya yang menjawab pertanyaan tersebut.
"Huhh.. oke, Bapak anggap kalian salah karena Tita hilang saat bersama kalian."
Gadis itu terus diam saat namanya disebut. Bahkan belum mengatakan apapun sejak Ayah Dita mengantarnya pulang kembali pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BabeLova - Jaemin, Haechan, Mark
Teen Fiction[BabeLova] -Cakra yang tinggal di gudang masjid, karena orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. "Aku? Sendiri? Aku, kan punya Kakak sama Adek! Siapa? Jelas Kak Bima dan Adek Gaga! Siapa lagi? Aku.. aku cuman punya kalian. Iya, kan? Kakak Bimaa...