|| C H A P T E R 6 ||

63 47 5
                                    

✧✧Happy Reading ✧✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧✧Happy Reading ✧✧


Waktu sudah menunjukkan pukul 20.46 malam. Kini Luka telah sampai dirumah megah yang selama ini dirinya dan sang ayah tempati. Terlihat tidak ada seorang pun disana, kecuali pak satpam yang berjaga diluar. Mbok Sri juga sudah pulang sejak sore tadi. Abian sengaja tidak mengizinkan art tersebut untuk menginap dan tinggal bersama mereka dirumah, karena Abian tidak ingin aib keluarganya ada yang tahu.

Luka berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya. Sampainya dikamar, Luka langsung memutuskan untuk mandi. Tak lupa, Luka membereskan kasurnya terlebih dahulu, agar nanti selepas mandi, cowok itu bisa langsung mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.

Kini Luka sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur yang berbalut seprai abu-abu yang lembut. Matanya menatap kosong kearah langit-langit kamar. Dia terbayang akan kebersamaan yang baru saja dirinya rasakan bersama keluarga Amora. Kehangatan. Kenyamanan. Itu semua kembali Luka rasakan.

Luka berjalan kearah meja belajarnya dan mengambil buku diary yang berada di laci meja. Luka menatap dan mengusapnya lembut. Bulir bening mulai menetes dan membasahi buku yang dirinya genggam. Owned By Lucas. Ya, diary tersebut milik Lucas. Diary yang didalamnya terdapat polaroid yang berisikan foto kebersamaan mereka berdua dulu. Terlihat akur, meski kenyataannya mereka berdua tidak memiliki kasih sayang yang sama dari ayah.

"Bahagia disana ya Cas, maaf gue belum bisa berhenti ngerokok." lirih Luka dengan mengusap foto mereka yang berada didalam buku diary tersebut.

*****

"Dari mana kamu?!" ucap Abian yang tiba-tiba memasuki kamarnya dan mengalihkan konsentrasi belajar Luka.

Luka menatap sang ayah bingung, bukannya Abian yang menyuruhnya untuk pergi les. Tapi kenapa? Kenapa ayah menanyakan hal ini?

"AYAH TANYA SEKALI LAGI, DARI MANA KAMU LUKA?!" bentak sang ayah tepat didepan wajah Luka.

Luka menatap sang ayah dalam. Kenapa hatinya begitu lemah. Bukanya itu hanyalah pertanyaan biasa? Tapi kenapa sakit. Bentakan. Pukulan. Kenapa harus dengan cara itu? Luka tak sekuat apa yang orang-orang lihat. Luka butuh obatnya. Luka butuh obat untuk menyembuhkan lukanya.

Luka menarik nafasnya dalam dan membuangnya secara perlahan. "Luka baru pulang les, yah," ucapnya pelan.

Abian menatap sinis sang anak dan memalingkan wajahnya kearah lain. "Dasar pembohong. Kamu pikir saya tidak melihatnya tadi?" ucapnya sambil mendorong bahu Luka dengan jari telunjuknya.

"Sudah punya apa kamu? Sampai berani beliin anak orang bunga? AYAH TAHU KALO KAMU PERGI SAMA CEWEK, LUKA!!"

Diam. Seolah ada lem yang menempel pada bibirnya. Luka ingin menjelaskan ke ayah, bahwa tadi dia benar-benar les. Bukan pergi sama cewek. Ayah salah paham.

[𝐖𝐎𝐔𝐧𝐝 𝐎𝐖𝐍𝐄𝐑] ; 𝐋𝐔𝐊𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang