ACDD 21# PERTARUNGAN DOA

23.2K 1.6K 95
                                    

ACDD 21# PERTARUNGAN DOA

"Jika di hatinya tidak terdapat namaku, biar kurayu pemilik hatinya langsung agar dia menjatuhkan hatinya padaku."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Aisfa menyimak pelajaran di kelas dengan tidak fokus. Penglihatannya tiba-tiba buram, kepalanya berkunang-kunang, tapi sebisa mungkin, ia bertahan di tempat duduknya dengan tangan yang mulai gemetar mencatat bagian penting dari pelajaran hari ini.

"Tolong, bertahan ya, Aisfa," batinnya.

Aisfa melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sekitar 10 menit lagi waktu istirahat. Aisfa meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mampu.

"Fa, nanti aku pinjam catatan kamu ya. Aku ketinggalan," bisik teman sebangku Aisfa. Aisfa menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

"Aisfa Naziya Almahyra."

Aisfa mengangkat pandangan ke depan pada ustadz yang memanggil namanya. "Iya, ustadz."

Ustadz tersebut melempar senyum padanya. "Kamu siapanya Asyraf?"

Aisfa mengigit bibir dalamnya. Semua teman-temannya menatap ke arahnya dengan tatapan penasaran menantikan jawabannya.

"Saya temannya ustadz Asyraf," jawab Aisfa jujur.

Ustadz itu terlihat mengangguk. "Saya kira kamu tunangannya, soalnya tinggal di ndalem dan sering di ajak keluar sama Nyai Khadijah. Kalau cuman abdi ndalem tidak mungkin seperti itu."

Aisfa menggeleng cepat. Ia berharap tidak ada santriwati yang salah paham padanya dan Asyraf.

"Bukan ustadz. Saya tinggal di ndalem karena permintaan Umi Khadijah. Kebetulan keluarga ustadz Asyraf dan keluarga saya dekat."

"Oh, begitu. Kamu tahu tidak, kamu sering menjadi bahan perbincangan di kalangan santri putra bahkan ada seorang Gus yang mengagumimu?"

Rasa pusing di kepala Aisfa berangsur reda. Aisfa meremas rok seragamnya. Hatinya merasa sakit mendengarnya. Apakah itu artinya ia telah gagal menjaga marwahnya sebagai seorang muslimah?

"Mereka sering menggoda ustadz Asyraf agar bisa berkenalan denganmu. Lalu ustadz Asyraf akan memarahi mereka. Saya kira dia marah karena kamu tunangannya."

"Cieee..." sorak semua teman sekelasnya.

Ini kelas terburuk yang pernah Aisfa tempati. Ia tidak suka membicarakan hal semacam ini disini. Bukankah ini termasuk privasi?
Beruntungnya bel istirahat segera berbunyi, jadi Aisfa tidak punya alasan lagi untuk mendengar hal yang membuat hatinya jengkel. Kelas pertama pun diakhiri.

Ketika Aisfa membereskan buku dan peralatan tulisnya, samar-samar ia mendengar suara percakapan temannya yang duduk di bangku belakangnya.

"Menurut kamu Gus siapa yang suka sama Aisfa?"

"Kayaknya Gus Azka deh. Soalnya beliau paling sering ngajar disini. Otomatis beliau sering lihat Aisfa dan kagum deh."

Aisfa berjengit ketika dua orang itu menepuk bahunya. "Hai, Aisfa. Kayaknya bentar lagi kamu bakalan jadi Ning pesantrennya Gus Azka."

Refleks Aisfa langsung berkata dalam hatinya, "Hatiku hanya untuk Gus Alfatih."

Aini datang menegur kedua santriwati itu dan merangkul Aisfa yang terlihat tidak nyaman. "Jangan ganggu sahabat aku. Orang dia lagi fokus sama hapalannya bukan cinta-cintaan. Iya, kan, Fa?"

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang