Too Late = Prolog and End

2.2K 106 9
                                    

Aku mencintainya selama 4 tahun. Namun, dia selalu tidak pernah memberiku perhatian. Dia selalu menyiksaku, hatiku.

-- Lenny Kathleen --

Aku bener bener nyesal. Mengapa aku yang bodoh tidak menyadari betapa pentingnya dia dalam hidupku? Apakah harus kukatakan pada diriku sendiri bahwa.. aku pantas mendapatkan semua itu? Aku tertawa pahit.

-- Ragaka Hernando --

***********

Short story pertama yang gue bikin. Hope you like it. Btw, gue masih proses bljr buat romance. Agak asing gitu buat gue.

Well, sorry ya klo gak dpt feel nya.

Enjoy..

******

12 - 04 - 2013

Raga's POV.

"Apaan lo. Minggir." Ujarku dingin kepada wanita yang paling gue benci.

"Ha? Apa? Minggir? Gak salah denger gue? Gue itu istri lo! Gak berhak deh lo ngusir gak sopan gitu. Gue kucing apa?" Gerutunya.

Aku hanya mendecak dan melangkah menjauh dari tempatnya duduk.

Well, anggap gue brengsek.. karena, dia bukan wanita yang gue cintai. Dan karena gue bukan muka dua, gue hanya ingin ia tahu tentang pendapat gue tentangnya.

Lenny Kathleen.

Nama panjangnya.

Bnyak orang nanya, apakah gue cinta sama dia?
Ugh! Jangankan bilang cinta, rasa benci aja udah permanen melekat di otak gue.

"Eh lo. Udah giliran kita, nih!" Teriaknya yang berhasil mengundang perhatian semua orang.

Aku hanya bisa menutup muka dengan tangan kananku dan berjalan menuju kantor pendaftaran nikah itu.

Kalian pasti tanya mengapa kita bisa nikah? Hahaha. Alasannya sangat tidak masuk akal kalau bisa dibilang.

Pada saat aku mengenalkan seorang wanita pujaanku kepada keluargaku tengah makan besar, dia muncul. Si lenny sial itu, mengaku sebagai teman wanita pujaanku dan mengumbar semua keburukan wanita pujaanku yang tidak bisa kuterima. Well, mungkin gue harus terima kasih juga sama dia. Karena untung saja aku gak jadi nikah sama wanita itu.

Karena.. ternyata wanita itu tengah hamil anak orang lain. Sial emang. Gue yang gak terima ditipu merasa jengkel.

Gue pun langsung meninggalkan situasi ke club terdekat. Alhasil, gue mabok dan tidur di club itu.

Setelah itu... gue gak ingat apa apa lagi...

Tapi.. paginya..

Gue mendapati wanita itu... Lenny .. berada satu ranjang sama gue. Tanpa pakaian. Dan dihiasi oleh teriakan kami sama sama.

Dia menangis terus menerus sedangkan gue frustasi sendiri.

Akhirnya, gue nikah sama dia.

Bukan gue yang mau.

Tapi.. karena terpaksa.

Gue hanya bisa terdiam dan merutuki kebodohan gue waktu mabuk.

Aku menghela nafas panjang ketika mengingat kejadian itu yang menyebabkan gue harus nikah sama orang yang bener bener gak gue harapkan.

Well, setidaknya dia masih berkualitas menjadi istri. Menyiapkan pakaian kerja untukku, memasakkan sarapan lezat, menungguku pulang, menyediakan makan malam yang tak kalah lezat... aku hanya bisa mensyukuri diam diam.

(One Shoot) Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang