¹⁸ Let's Rewind

25 3 0
                                    

Satu hal yang mengganjal didalam hati akan mempengaruhi keputusan dikemudian hari.

Dan sudut pandang menentukan bagaimana caramu bersikap.

©storywd.asa

Salah satu rencana yang hendak dilakukan oleh Alma adalah menuruti perkataan Ghaftan setelah tempo hari didiskusikan.

"Ghaf?," Alma ragu, ia masih terikat kontrak kerja antara dirinya dengan Pak Tian. Tapi di satu sisi ia tidak terima dengan ketidakadilan yang didengarnya.

"Investigasi ini masih berlanjut mara," ungkapnya.

Sebetulnya Alma tidak paham dengan hal-hal yang tengah menimpanya.

Bayangkan saja, bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak peduli tentang apapun tapi secara tiba-tiba harus melibatkan diri dengan kasus-kasus seperti ini.

"Kirain udahan, padahal beberapa hari terakhir ini udah adem ayem tuh,"

"Ya itu karena kamu gak memantau perkembangannya seperti apa,"

Alma mulai berpikir sejenak. "Beneran harus nanya sekarang?,"

Ghaftan mengangguk. "Nanya apa? hehe lupa,"

Ia mulai memikirkan apakah salah memilih Alma menjadi rekan dalam mengungkap kebenaran kasus sang ayah.

Ah! rupanya ia tidak salah, hanya saja perlu banyak bersabar ketika menghadapinya.

"Tanya latar belakang kedai ini, siapa tahu Pak Tian keceplosan mengungkapkan pemilik yang baru,"

"Kalau Pak Tian bohong gimana?," Alma perlu mempertimbangkan segalanya sebelum ia bertindak.

Saran yang ia dengar melalui kacamata Ghaftan akan membantunya dalam menentukan langkah apa yang harus dia ambil dan bagaimana caranya bersikap di depan Pak Tian nanti.

"Kita hanya perlu tahu dari sudut pandang Pak Tian, kalau beliau berbohong kita analisis, setidaknya ada garis besar cerita yang mirip," Alma mengira Ghaftan mengambil keilmuan hukum atau sejenisnya.

Wah apa mungkin Ghaftan adalah agen rahasia yang tengah menyamar menjadi mahasiswa akhir yang berlagak tak punya uang? no one knows, selama ini identitas Ghaftan tak terlalu jelas selain tentang adik-adiknya.

"Ah gak mungkin! dia udah mengekspos tentang adik-adiknya, kok jadi curiga gini,"

Suspicious.

Dengan penuh rasa takut nan gugup, Alma memberanikan diri mengunjungi ruangan Pak Tian, sekaligus melaporkan penjualan yang terjadi selama satu minggu terakhir.

"Bagaimana pak hasil laporannya, apakah perlu diperbaiki?," Tanya Alma, ia basa-basi saja karena sudah tahu kalau laporannya tidak akan mendapatkan revisi lagi.

"Aman, kenapa masih disini? ada yang ingin kamu tanyakan?,"

Pada kenyataanya Pak Tian memang baik tapi ada saatnya ia selalu merendahkan orang lain seperti kejadian yang menimpa Alma tempo hari.

"Saya hanya karyawan biasa di sini, apa boleh tahu tentang sejarah kedai ini?," tanya Alma.

Pak Tian nampak berpikir sejenak, ia harus mempertimbangkan banyak hal sebelum akhirnya bercerita.

"Panjang ceritanya,"

"Yasudah kalau begitu saya kembali lagi ya pak, terima kasih," Hasilnya nihil.

Sebelum Alma benar-benar meninggalkan ruangan, pak Tian menahannya melalui suara yang tegas.

Sudut Pandang [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang