September, 2009
"HUAAAA AYAHHHH, SAKIIIIIT,"
Sahya memejam matanya sejenak. Pekikan nyaring dari temannya barusan ini sama sekali nggak meringankan bebannya. Lagi, buku-buku yang berserakan di lapangan akibat gadis yang membawanya tiba-tiba tersandung.
Like ... tiba-tiba kesandung tanpa ada alasan yang jelas.
"Lo tuh ngapa sih, jalan aja nggak bener?" decak Sahya malas. "Berdiri bisa nggak?"
Gadis itu—Inez—membalikkan wajahnya, menatap Sahya dengan sedikit linangan air mata akibat rasa nyut-nyut di lututnya dan sikunya. "Sakit," lengkung bibir gadis ini tertarik ke bawah, merengek manja.
Mau nggak mau, Sahya ikut merendahkan tubuhnya, menaruh sementara buku yang ia bawa ke lantai beton lapangan, lalu ikut mengamati lutut dan siku Inez yang ternyata— "Siku lo berdarah nih, mau ke UKS dulu?" ucapnya, jadi sedikit khawatir.
Makin nelangsa aja hati Sahya waktu lengkungan bibir yang dilihatnya makin melengkung ke bawah. Belum lagi rengekannya yang sekarang berubah jadi tangisan tipis-tipis tanpa suara.
Sahya jadi makin nggak nyaman ketika beberapa pasang mata yang kebetulan lagi olahraga di belahan lapangan lain mulai menatap, seakan-akan cowok 16 tahun ini yang menjahati teman sekelasnya hingga jatuh.
Demi Allah bukan gue?!
"Eh, Fer! Ferdi! Tolong bawain ini ke kelas dong!" panggil Sahya pada Ferdi—teman sekelasnya, yang kebetulan aja melintas.
"Lah, napa lu Nez? Dijahatin lo sama Sahya?" tanya Ferdi usil setelah berjalan mendekat.
"Nggak ya nyett. Ni anak jatuh sendiri tiba-tiba," balas Sahya keki. "Lo bawa buku-buku ini ke kelas. Terus kan Bu Amira nggak ada, jadi kalian kerjain tugas yang—"
"Yaelah Ya, kan mumpung Bu Amir nggak ada, jadi nggak usah dikerjain ya?"
Malah nawar!!
"Ck, yaudah terserah deh, pokoknya jangan ribut, jangan keluar-keluar. Gue—"
Beluuuum aja Sahya menyelesaikan kalimatnya, Ferdi buru-buru memotong. "Iye-iye, santai. Aman kalo sama gue mah. Udah tuh bawa anak lo ke UKS,"
Meskipun nggak percaya sama kata aman yang dibilang Ferdi, pada akhirnya Sahya hanya menghela napas pelan. Dialihkannya pandangan ke Inez yang masih terduduk menangis pelan, sebelum akhirnya muncul pertanyaan baru.
Ini bawa Ineznya gimana?
"Bisa berdiri, nggak?" tanya Sahya lagi.
"Udah gue bilang ini sakit, lo masih nggak percayaan banget sih!" semprot Inez.
"Ya terus gimana? Lo mau ngesot gitu? Apa-apa ya dicoba dulu, lo belum nyoba berdiri aja udah—"
"Gendong," potong Inez cepat.
"Nggak!" tolaknya cepat. "Malu, Nez. Ntar diliatin yang lain kaya apaan aja sih,"
Kembali gadis ini merengek. Makin-makin lah Sahya dihujani dengan tatapan menghujat dari belahan lapangan sebelah sana.
Duh, bikin susah aja sih!
"Yaudah cepet mana sini!"
🏘🏘🏘
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA - SUNGJIN DAY6
FanfictionMapan, Tampan, Rumah Cicilan. Nggak papa, yang penting atas nama sendiri. - Sahya, 28thn Keseharian Sahya setelah ajuan KPRnya dikabulkan. Sekarang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan perumahan. Bismillah, semoga tetangganya nggak suka m...