empat

937 99 30
                                    

"Siapa." Tanya bintang.

.

Lelaki berbadan kekar itu mengisyaratkan sang dokter untuk pergi meninggalkan dirinya berdua dengan bintang, dengan segera dokter itu pamit undur diri.

"Saya lucian." Ucap lelaki itu.

"Lalu." Ucap bintang datar.

"Menyelamatkanmu, di trotoar." Ucap lelaki itu singkat, bintang pun mengangguk mengerti.

'mengapa aku bis aada di trotoar? Bukannya terakhir kali aku ada di roof top.' batin bintang.

[ITU KARENA DEWA MEMINTA SAYA UNTUK MEMBAWA ANDA KE TROTOAR, AGAR RODA TAKDIR BARU YANG DEWA TULIS UNTUK ANDA BISA BERJALAN DENGAN BENAR]

Bintang tak mendengar apa yang di jelaskan suara tersebut, hanya menatap tuan lucian. . .

"Terimakasih." Ucap bintang di balas anggukan oleh tuan lucian.

"Keluarga." Tanya tuan lucian.

Bintang tak menjawab ucapan lelaki itu, dirinya hanya menatap kosong jendela di sebelahnya.

"Mau ku Adopsi?" -Tuan lucian.

"Sungguh?." Bintang langsung melirik ke arah lelaki itu dan menatap mata yang menggambarkan kesungguhan di matanya.

"Ya." Balas lelaki itu dengan lembut.

"Baik." Balas bintang sambil agak mengangguk dan sedikit senyum di bibirnya.

'percakapan aneh apa ini, otakku tidak bisa mencernanya.' batin seseorang di ambang pintu.

"Pe-permisi." Ucap suster yang sedari tadi diam di ambang pintu membuat intensi ke duanya menoleh ke arah suara.

'hiks, aku takut. Apa lagi tatapan dingin tuan lucian menusuk hingga ubun ubun.'

"Sa-saya datang untuk me-memberitahu tuan lu-lucian bahwa dokter k-k-kim memanggil anda." Ucap suster itu.

"Tck, berani sekali menyuruh ku." Ucap tuan lucian.

"MA-MAAFKAN SAYA TUAN." Ucap sang suster sambil membungkuk 90°.

"Tunjukan jalan." Perintah tuan lucian kepada sang suster, dan di balas anggukan oleh suster itu dengan wajah pucat + keringat bercucuran.

Bintang yang tak tahu harus bagaimana pun hanya diam memandangi jendela, ntah apa yang dia lihat tapi dirinya seperti terhanyut kan oleh suasana yang tenang tanpa adanya bentakan dan cacian.

Beberapa menit kemudian, tuan lucian kembali dengan wajah masam.

'apa yang dokter itu ucpakan pada pria ini.' batin bintang.

"Berbalik." Perintah lelaki itu kepada bintang.

"Tuk apa." Tanya bintang sambil menatap manik merah milik lelaki yang lebih besar darinya.

Tuan lucian langsung membalik tubuh bintang memunggunginya dan mengangkat baju bagian punggung yang dikenakan bintang.

"HEY! DASAR MESUM." Teriak bintang sambil menjauh dari lelaki itu dan melempar benda yang ada di sekitarnya.

"Siapa yang melakukan hal itu?" Tanya tuan lucian dengan nada dingin.

"Apa." Tanya balik bintang.

"Luka." Balas tuan lucian.

"Mereka." Ucapan bintang langsung di angguki oleh tuan lucian.

"Saya akan mengurus surat adopsi. Nama?" Saat mendengar apa yang di katakan oleh tuan lucian bintang langsung menatap lelaki itu.

"Bintang." Balas bintang, tuan lucian menaikan satu halisnya.

'Dia lelaki yang bersinar, tentu nama bintang sangat cocok untuk dirinya.' batin tuan lucian

"Bintang Phalosa klizare." Lanjutnya.

"Sekarang namamu Bintang Phalosa Klizare Lucian. Tck, panjang sekali." Ucap tuan lucian dengan gumaman di akhir kalimat.

"Hm." Balas bintang.

"Aku pergi." Tuan lucian pun pergi meninggalkan bintang sendiri di dalam ruangannya.

Tiba tiba bintang merasa ingin membuang air kecil, dengan segera dia berdiri sambil membawa tiang infus sebagai penopang tubuhnya yang terasa lemas.

'mengapa tubuhku menjadi semakin tinggi.' batin bintang.

Tak mau berlama.lama bergelut dengan pikirannya bintang langsung berjalan membuka pintu toilet dan masuk ke dalamnya.

Dia tak sadar jika ada seorang lelaki tampan di dalam toilet itu, dengan cepat dia melempar tiang infus itu ke arahnya. Tapi, bukannya terluka malah sebuah kaca menjadi retak saat terkena benturan dari tiang infusan.

Jarum yang tadinya menempel di punggung lengan bintang pun lepas dengan darah bercucuran dari punggung lengannya, dirinya bahkan tak merasakan sakit sedikitpun, karena bintang sudah terbiasa dengan rasa sakit. . .

Dengan langkah yang ragu ragu, bintang mendekati kaca itu, bayangan sang lelaki tampan pun mengikuti gerakan dirinya. Dengan tangan bergetar, bintang menyentuh pipi yang di mana asalnya terdapat luka cambukan dari sang ah mantan papa tiba tiba menghilang seakan memang tak ada luka apa pun di wajahnya.

"Sial, ternyata benar benar berubah." Gumam bintang.

[BAGAIMANA APA ANDA PUAS DENGAN WAJAH DAN TUBUH BARU ANDA]

Mendengar suara yang tiba tiba muncul bintang terkejut bukan main, jantungnya langsung berdetak begitu cepat, dia kira suara itu adalah suara jin atau setan yang ada di toilet ini.

Bintang mengatur nafas dan juga detak jantungnya sambil menetralkan ekspresi wajah nya.

"Hm." Dehem bintang sebagai jawaban untung suara itu.

[TAPI SAYA TAK BISA MENGHILANGKAN LUKA LUKA BEKAS CAMBUKAN DI PUNGGUNG ANDA]

"Ya." Balas bintang singkat.

"pergi." Ucap bintang pada suara itu.

[MENAGAPA?]

"Buang air."

[BAIK SAMPAI BERJUMPA KEMBALI BINTANG]

"Aku kira hal ini mustahil, apa benda di bawahku juga berubah." Gumam bintang sambil meraba benda di bawahnya, ternyata ada tonjolan ekhem yang besar dari bawah sana.

"Benar berubah." Gumamnya lagi

I'm A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang