Pertemuan

227 39 1
                                    

Beberapa menit kemudian Rendy tiba di Rumah Bu Niken, di susul tak berapa lama dengan kedatangan mobil mewah berwarna putih yang membawa Rossa Alfahri.
Rendypun bertanya pada teamnya.
"Apa kalian sudah bertemu dengan pemilik rumah ini..??!".
"Belum pak, menurut keterangan tetangga sekitar, bahwa pemilik rumah ini sedang bekerja, dan lokasinya tak jauh dari sini, Pak Danu di temani salah satu warga sedang menjemput pemilik rumah ini". Penjelasan team Rendy.
Para tetangga Bu Niken satu persatu keluar dari rumah mereka karena mendengar keramaian, serta suara mobil dan banyaknya orang di depan rumah Bu Niken.
Mereka saling berbisik bertanya - tanya ada apa dengan Bu Niken.
Reyna - Felice saling menenangkan Rossa yang sangat tidak sabar dan gelisah menanti cucunya.

Kemudian datanglah Danu bersama seorang wanita yang tak lain adalah Bu Niken. Terlihat wajah Rossa, Reyna, dan Felice yang semakin tegang, menengok - nengok adakah sosok Askara yang datang bersama wanita yang dibawa Danu.
Ibu Niken pun juga tak kalah tegang saat itu, ia nampak bingung apa yang sebenarnya terjadi, karena sepanjang jalan ia bertanya pada Danu tapi sama sekali tak di jawab dengan jelas, Danu hanya mengatakan semua baik² saja, ibu tak perlu kuatir karena ada orang baik yang ingin menemuinya.
Untuk beberapa saat mereka saling menyapa, Rendy, Rossa dan yang lainnya saling memperkenalkan diri.
Lalu Bu Niken mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah untuk menyampaikan kedatangan mereka.
Memasuki rumah yang sangat sederhana, dengan pintu Rumah yang lebih pendek dari tubuh jenjang Rossa, seketika Rossa menatap sekeliling rumah itu, tanpa bermaksud menghina, Rossa mulai menatap sekeliling sudut rumah itu, melihat atap tanpa plafon, matanya mulai berkaca-kaca, demikianpun dengan Reyna, meski ia juga nampak sangat gelisa, namun ia berusaha tenang dan menyerahkan semua pada Rendy.
"Ibu Niken, sebelumnya kami mohon maaf jika kedatangan kami sangatlah mengejutkan bagi ibu, di tambah kami datang juga dengan beberapa team yang pasti sedikit membuat ibu tidak nyaman. tapi kedatangan kami kesini tidak ada maksud buruk kepada ibu dan keluarga. Kami ingin memastikan kebenaran yang selama bertahun - tahun kami telusuri". Ucap Rendy kepada Bu Niken.
"Maaf pak, Bu, ini sebenarnya ada apa yaa?! kebenaran apa maksud bapak, maaf sekali tapi sebelumnya saya sama sekali tidak mengenal anda semua, atau almarhum suami saya pernah melakukan kesalahan pada anda..??" Tanya Bu Niken sedikit ada menyimpan kekuatiran dalam dirinya.
"Ohc.. tidak Bu, kita memang tak pernah Saling mengenal, anda dan suami sama sekali tidak pernah bermasalah dengan kami".
Lalu Rendy menunjukan seluruh data yang di bawanya serta menunjukan foto Askara.
"Ibu, ini kami mendapatkan data dari berbagai sumber yang telah kami telusuri, salah satunya Klinik Sentuhan Kasih Jakarta, 15 belas tahun yang lalu ibu dan suami pernah mendatangi klinik ini dengan membawa anak balita di foto ini, 15 tahun silam tepat di hari ibu menemukan balita ini, pada siang harinya terjadi kecelakaan, karena begitu dasyatnya kecelakaan itu membuat Askara balita ini terlempar dari dalam mobil, semua terjadi begitu cepat, hingga singkat cerita setelah kecelakaan itu hanya papa dan kakak balita ini yang selamat, namun setelah beberapa bulan sang papa juga berpulang, namun kami tetap berupaya melakukan pencarian, meski jejak askara sulit kami temukan keberadaannya". Rendy menjelaskan dengan rinci dan berhati - hati, serta tak lupa menunjukan rekaman CCTV klinik Sentuhan Kasih.
"i..ini...." Bu Niken tertegun menatap foto Askara dan data tesebut, lalu ia memandangi Rendy, Felice, Rossa, dan Reyna dengan mata mulai berkaca - kaca".
"Kami adalah keluarga dari anak ini Bu, ibu Rossa adalah nenek dari anak ini, dan dia (sambil menunjuk Reyna) adalah kakak dari anak ini. kami sudah mendengar sedikit cerita kronologi ibu dan suami membawa anak ini ke klinik tersebut, dan kami juga mendapatkan data ibu memiliki anak adopsi yang terdaftar 6 bulan setelah kejadian ibu menolong anak ini, apa anak yang ibu adopsi adalah anak yang ibu tolong waktu itu...".

Bu Niken tetiba menangis, namun ia tetap berusaha menjelaskan dengan sebenar - benarnya.
"Iyaa benar pak, saya mengadopsi anak itu.
Sebelumnya saya meminta maaf pada anda semua, mungkin tindakan saya waktu itu memang salah, ketika dokter memastikan keadaan Arya baik² saja, sebenarnya saya dan suami hendak membawa Arya ke kantor polisi, namun niat suami saya itu terhenti karena permintaan saya.
Saya kuatir jika Arya kita berikan pada pihak berwajib namun orang tuanya belum di ketahui siapa, maka Arya pasti akan di bawa ke panti sosial atau semacamnya, saya sangat takut itu terjadi pada Arya, karena saya sudah terlanjur menyayangi anak ini, bersama kami anak inipun juga tenang, dan kebetulan kami juga tidak dapat memiliki anak jadi saya berfikir mungkin ini kehendak yang kuasa mempermukan kami. Sungguh saya dan suami tidak ada maksud buruk terhadap Arya, kami menyayanginya seperti orang tua menyayangi anak kandungnya sebagaimana mestinya, kami bertiga hidup cukup bahagia, saya bersyukur atas itu semua. namun saat usia Arya 12 tahun, suami saya harus pergi menghadap sang pencipta karena sakit Kanker Testis yang di deritanya, saya sempat terpuruk kala itu, sehingga usaha yang kami miliki terbengkalai dan harus tutup. Dari kejadian itu kami terpaksa harus pergi dari rumah kami, dan menyewa rumah yang jauh lebih sederhana dari rumah kami sebelumnya, begitupun dengan sekolah Arya, dengan berat hati saya juga memindahkan sekolahnya, ia beradaptasi dengan mudah di lingkungan barunya meski saya tahu semua terasa berat untuk anak seusianya kala itu, Arya mulai kehilangan moment masa² remajanya dan kebersamaan dengan saya karena keterbatasan waktu yang kami miliki, namun ia tak pernah mengeluhkan hal itu kerena Arya seorang yang pendiam dan tak mudah berbagi keluh dengan siapapun, namun saya bisa merasakannya".
Bu Niken menjelaskan secara rinci semua pertemuannya dengan Askara dan kenapa mereka sampai berpindah tempat tinggal, semua ia ceritakan tanpa ada yang ia tutupi.
"Lalu dimana sekarang Askara Bu.." tanya Rossa.
"Askara...????! , ahc..maaf saya tidak tahu nama sebenarnya Askara, karena kami memberinya nama Arya seperti yang tertera di data ini".
"Iyaa namanya Askara, Askara Putra Alfahri, trima kasih telah merawatnya selama ini, trima kasih telah menyelamatkan nyawa cucu saya, trima kasih sudah mendekap cucu saya dengan hangatnya kasih sayang anda saat kami sebagai keluarganya tak menjangkau mendekapnya" lanjut Rossa dengan menitihkan air mata.
"Maafkan saya Bu, mungkin kalau saja waktu itu saya mengikuti perkataan suami saya, mungkin kalian tidak pernah terpisah darinya, saya menyesal atas ke egoisan saya, saya terlalu menuruti rasa kedagingan saya sebagai manusia.

Arya kebetulan belum pulang bu, dia masih kuliah, dan biasanya ia masih lanjut bekerja". Ungkap Bu Niken kepada Rossa.
"Askara kuliah... ia juga bekerja..., Dimana... Kuliah apa...". Tanya Rossa dengan penuh haru.
"Ia mengambil ilmu kedokteran, kebetulan ia mendapatkan beasiswa Bu, semenjak kepergian ayahnya karena sakit kanker, ia bertekad ingin menjadi dokter, meski itu bukan cita-cita awalnya".
"Ibu Niken, trima kasih banyak sudah merawat dan mendidik adik saya dengan sangat baik, ibu ada hal yang ingin saya tanyakan juga, apa Askara..., Maksud saya Arya mengetahui jika ibu Niken dan bapak Derry bukanlah orang kandungnya?!".

"Saya belum pernah menceritakan perihal jati diri Arya Bu, pak. jika nantinya anda akan membawa Arya, saya tidak akan menghalangi tapi saya hanya memohon pada anda, ijinkan saya tetap bisa bertemu Arya. hanya Arya yang tersisa dalam hidup saya, dia begitu berharga lebih dari hidup saya, buat saya dia bukan anak adopsi yang tertulis di selembar kertas, Arya adalah Anugerah, dia adalah kebahagiaan yang Tuhan ijinkan mengisi kehidupan saya. Saya sangat ikhlas jika Arya pergi bersama kalian nantinya, saya hanya butuh melihatnya, memandang senyum tipisnya sesekali, meski tak lagi setiap hari bisa saya lakukan, asal kalian memberi ijin, saya akan sangat bersyukur dan bertrima kasih".
Dengan derai air mata Bu Niken membranikan diri mengungkapkan isi hatinya.
"Ibu Niken, kami tidak akan pernah menghalangi ataupun membatasi untuk ibu bertemu Askara, maksud saya Arya". Sambil menggenggam tangan Bu Niken, Rossa meyakinkannya.

Sedangkan di luar rumah, tetangga Bu Niken tetap riyuh karena penasaran, lalu salah seorang anak tetangga Bu Niken seusia Arya bergegas masuk ke rumahnya dan mengambil telepon genggamnya lalu segera menghubungi Arya.
"Hallo.. yo..Aryo..!, Bro lu cepet balik dah sekarang, rumah loe di datengin banyak orang Yo, yang Dateng Udeh keq jendral tuh" ucap anak itu.
"Kenapa sih, jendral?? Siapa...?? Bunda gue gak kenapa² kan...??" Tanya Arya dengan rasa kuatir.
"Udeh, elu kagak usah banyak tanya dulu, masalahnya gue juga kagak tau ada apaan di rumah lu, buruan dah lu balik sekarang. Cepetan!!" Perintah anak itu pada Arya.

Aryapun berlari menuju motornya, dengan kecepatan tinggi Arya mengendarai motornya bergegas pulang bercampur dengan rasa panik tanpa berfikir menghubungi ibunya via telepon.

A LIFE & LOVE "IKATAN CINTA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang