"Strategi warna merahku berhasil, bukan?"
Senyuman yang terlukis di wajah seorang Lee Heeseung membuat Yerim mendelik, pemuda itu sangat mengerikan. Ia merasa bulu kuduknya merinding ketika dia bertatapan dengannya. Mata itu menyala, penuh ambisi, dipenuhi ide-ide licik yang siap meratakan orang-orang yang mengganggu di jalannya.
Yerim menelan ludah ketika ia merasa tertawan oleh pertanyaan dan tatapan yang mengikutinya. "Tidak. Kau gagal. Hyunjin sama sekali tidak melihatku. Dia hanya memperhatikan dadaku saja. Tidak ada indikasi kalau dia lebih menyukai aku ketika aku menggunakan pakaian atau barang berwarna merah."
Heeseung tersenyum, dia menyandarkan kembali punggungnya ke kursi. Matanya terarah ke luar jendela, kebetulan sekali di sisi lain taman ada sebuah mobil berwarna merah terparkir di sana. Dia yakin kalau mobil itu tidak kosong, juga ada manusia yang punya urusan di dalamnya. Senyuman di wajahnya berkembang pesat, dia sangat girang.
"Kau salah sasaran, Yerim-a."
"Huh?"
Pemuda itu membalik kepalanya untuk membalas tatapan penasaran Yerim. "Sejak awal bukan Hyunjin yang seharusnya kau pancing."
Yerim mengerutkan alis, dia bingung. Kalau soal membuat orang pusing, Heeseung memang sangat ahli. Dia sangat sulit dimengerti. Bahkan saat menggunakan bahasa yang sama, cara bicara yang formal tanpa dipengaruhi aksen apapun, dia tetap membingungkan.
"Aku tidak mengerti."
"Kau yakin tidak mengerti? Cobalah pikirkan maksudku. Ayo, gunakan otakmu. Jangan hanya berjudi dan memasak saja yang kau bisa."
Yerim sangat tersindir, tetapi juga tertantang. Sialan memang Lee Heeseung. Kalau masalah otak, gadis itu tidak terlalu bisa berbangga diri. Dia mengakui tidak sepintar itu. Tetapi paling tidak dia pandai dalam menyusun strategi dan membaca situasi. Hal-hal yang berhubungan dengan judi, dia menguasainya.
"Hyunjin tidak tertarik padaku bahkan saat aku mendekatinya. Kau tidak tahu saja bagaimana aku berpakaian di kampus hari ini. Aku merasa seperti lacur ketika harus menggunakan bra merah dibalik kaus putih tipis. Semua orang hanya melihat dadaku saja."
"Memang mereka sangat menyenangkan untuk dipandang."
Yerim langsung memeluk dirinya sendiri, menutupi dadanya dengan tangan dan jaket yang ia tarik dari pangkuannya.
Heeseung menertawakannya, "aku tahu, kau salah sasaran, kan?"
"Iya!" Setelah beberapa saat, Yerim baru mengingat kalau Heeseung tepat. Dia salah sasaran. Bukan Hyunjin yang mendekat, tetapi malah kawannya, Bomin. Bomin menunjukkan banyak sekali perhatian. Bahkan sejak di klub malam pertama kali mereka bertemu, justru pemuda itu yang mendekatinya. "Justru Choi Bomin yang mendekatiku. Dia cukup merepotkan. Aku merasa Hyunjin tak mendekatiku karena Bomin yang melakukannya."
Tawa Heeseung meledak, dia puas sekali. Suaranya memenuhi isi mobil, giginya sampai terlihat karena tertawa. Dia membuat ketidak mengertian Yerim sebagai komedi yang sangat apik sampai ia menangis terlalu gembira. Pemuda itu perlu melepas kaca matanya hanya untuk mengusap sisi-sisi yang basah.
"Kau sangat pandai, Yerim-a. Kerja bagus."
Yerim benar-benar tersesat bersama Heeseung, "bukankah kau sendiri berkata kalau aku salah sasaran?"
"Tidak. Justru kau mengenai jackpot. Kerja bagus. Aku akan memberimu hadiah nanti."
"Kenapa? Jadi sejak awal aku memang harus memikat Bomin? Bukankah tujuan utamaku Hyunjin?"
"Coba ingat kembali apa yang kita simpulkan tentang Hyunjin."
"Ah, Oppa. Apa kau ini seorang guru Sekolah Dasar? Kenapa kau selalu membalas pertanyaanku dengan pertanyaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfiction🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...