11

604 176 45
                                        












Matanya melotot hampir tak berkedip, tubuhnya tegak canggung, nafasnya ia tahan. Wanita dengan tudung panjang dan riasan wajah tipis itu beberapa kali menggigit pipi dalamnya, memikirkan kemungkinan ini semua hanya mimpi.

"Gak nyangka pisan"

Qila berdiri di belakangnya dengan tisu yang sudah basah, gadis itu merengek dan terharu sejak sejam lalu.

"Teh.. walaupun kita gak lama deketnya tapi Qila gak nyangka ih"

Tangis dramanya kembali pecah, sedang wanita yang jadi pusat perhatian menekuk alis dan memandang aneh sekeliling lagi dan lagi.

"Bintang coba buka dikit bibirnya.."

Seseorang menginstruksi dan memoles liptint pada bibirnya, kemudian merapihkan sedikit kerudung yang kurang simetris.

Sampai pada titik ini ia bahkan tetap memikirkan kemungkinan semuanya hanya ilusi.

"Aih teteeehhh walaupun nikah tetep tidur sama Qila yaaaaa? ya? ya? ya?"

"Masa tidur sama kamu! Gak enak gak bisa dipeluk"

Suara cekikikan santriwati lain menambah kerutan di keningnya. Bintang menghela nafas panjang untuk pertama kali, membuat semua orang saling pandang.

"Kenapa Bintang? Capek ya duduk?"

Ustazah menghampirinya sesekali mengelus perut buncitnya. Wanita itu menatap dari kaca dengan senyum merekah.

"Cantiknya.. penganten paling cantik!"

Siapa yang bisa tahan untuk tidak tersipu?

Bintang menghindari pantulan dirinya di depan kaca sejak tadi karna ia sedikit terpesona, ingatnya ia tak pernah mengagumi diri sendiri selama ini.

"Acaranya sebentar kata ustad, insyaallah Dzuhur selesai.."

Ia kembali mematu diri usai memberi respon tak berarti kepada ustazah, kemudian jantungnya berdegup kencang lagi dan lagi

Ya Tuhan, hari ini pernikahannya??














...











Memang semuanya tak berjalan terburu buru, ia dan Bumi akhirnya menetapkan tanggal sebulan setelah pertemuan keluarga saat itu. Hari itu juga aneh bukan main, bayangkan ayah dan ibunya menyambut baik Bumi usai membuat keributan di pesantren. Pikirnya pernikahan dengan Bumi hanya wacana kosong belakang, tapi hari ini mereka duduk bersanding usai Bumi mengucap ijab.

Pernikahan mereka sederhana, hanya akad. Tapi Bintang menganggap persiapannya lebih ngebut dari yang ia duga. Bagaimana tidak, meski hanya akad tapi aula pesantren itu sudah di dekorasi, belum lagi tetek bengek seperti baju pernikahan, sampai mas kawin dan seserahan. Maksudnya.. ini bahkan tak terlihat seperti pernikahan sederhana. Hari itu akhirnya Bintang percaya Bumi memang cukup banyak uang.

"Capek ya?"

Bumi memulai percakapan setelah mereka diam satu sama lain sejak ijab Kabul tadi.

"Nggak, tapi capek dikit"

"Maksudnya capek?"

"Nggk.."

Ini hari pertamanya menjadi suami Bintang, tapi kenapa ia berfirasat buruk. Bintang mulai memperlihatkan sifat alamiah seorang wanita.

"Itu siapa lagi yang dateng?"

"Oh.. itu ketua RW kampung sebelah"

Bintang meringis, katanya pernikahan ini akan mengundang sedikit orang, tapi kenapa mayoritas tamu yang datang sama sekali tak ia kenal.

📌 UNPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang