Enjoy to read,
I hope you'll like this story.
°
°
°Matahari dengan terik bersinar dan langit terlihat cerah. Musim panas telah tiba namun diberitakan cuaca akan mendung hari ini.
Yeonjun mencoba menghilangkan amarahnya dengan memainkan game di ponselnya, namun pada layar ponsel muncul notifikasi pesan dari orang yang memicu amarahnya.
-jika kau sudah tiba beri salam dan berprilaku lah yang baik, kau selamat paman Jungkook mau menampung orang seperti mu.
- ingat jangan membuat masalah dan merepotkannya atau aku sendiri yang akan datang menendang mu keluar dari rumahnya.
Yeonjun meremas ponselnya, rasanya dia tidak akan puas sampai ponsel yang satu ini rusak ditangannya.
-kau mengabaikan pesan dari ayah mu??
-aku tau! aku mengerti!
Yeonjun membalasnya dengan pasrah.
Terkadang Yeonjun berpikir apakah dia benar-benar anak kandung ayahnya. Ayahnya bahkan lebih mementingkan teman masa lalunya daripada anaknya sendiri. Belum lagi ayahnya mengusirnya ke sebuah kota yang dia sendiri tidak pernah mendengar nama kota tersebut.
Satu pesan masuk lagi.
-terkadang aku benar-benar bertanya-tanya apa benar kau ini anak ku.
Yeonjun melihat pesan tersebut "... sialan dia benar-benar bukan ayah ku"
Yeonjun mematikan ponsel tersebut dan memasukkannya kembali ke saku.
Bus yang dinaikinya sudah berada di jalan selama hampir dua jam. Jika pada menit ini tidak kunjung sampai juga Yeonjun merasa dia akan lumpuh tidak bisa berjalan.
Sepertinya dia orang yang terlalu melebih-lebihkan.
Menunggu dan menunggu sambil melihat pandangan di luar jendela bus, namun bagi Yeonjun pemandangan-pemandangan diluar tetap sama baginya, tidak ada yang menarik. Akhirnya dia memutuskan untuk memejamkan matanya dan perlahan-lahan tertidur.
Bus bergerak dengan mulus sampai berhenti pada pemberhentian terakhir.
"Anak muda, ini pemberhentian bus terakhir. Apa kau tidak akan turun?" supir bus berteriak keras
Yeonjun seperti tertidur sangat lelap sampai tidak menyadari teriakkan keras itu.
Seorang Bibi dengan membawa barang belanjaan yang cukup banyak menghampirinya dan memberi sedikit tepukan di bahunya.
"Nak, nak bangun apakah kota s tujuan mu?"
Yeonjun awalnya tetap tidak terbangun namun hidungnya mencium bau amis, dan dia terbangun dengan mimik wajah yang jelek.
"Ah! Kau bangun, ini pemberhentian terakhir. Apa kau tidak akan turun?" Lanjut Bibi itu
Melihat keluar Yeonjun tidak yakin ini tempatnya, namun dia lebih tidak tahan dengan bau amis yang entah dari mana asalnya.
Pandangan Yeonjun kebetulan jatuh pada kantong belanja yang dibawa oleh Bibi itu. Dia dengan refleks menutup hidungnya.
"Chi!" Desis Yeonjun
Bibi itu memasang wajah bingung, dia kemudian melihat pada kantong belanjanya.
Yeonjun segera mengambil tas bawaannya di kursi sebelah, lalu dengan terang-terangan membuat jarak dengan Bibi tersebut.
Khawatir air ikan itu mengenainya Yeonjun pun berkata "Bisakah anda sedikit menjauh"
Dengan kebingungan Bibi itu mengambil langkah mundur.
"…"
Yeonjun kemudian segera melarikan diri keluar dari bus itu tanpa mengucapkan apapun.
"Hey! anak muda kau begitu tidak tau sopan santun. Bagaimana kau akan menjadi orang kedepannya" marah supir itu.
Yeonjun menoleh kebelakang dan melototi bus tersebut, sampai bus itu pergi dia kemudian berjalan menjauh dari pemberhentian bus yang terlihat hampir roboh itu.
Dengan hanya membawa dua tas bawaan, Yeonjun merasa ringan dalam perjalanannya.
Dia merasa wilayah ini cukup gelap dan berangin, pikirnya itu mungkin karena pepohonan dan dedaunan yang lebat di setiap pertepian jalan raya.
Setelah berjalan cukup lama, anehnya sesudah memasuki kota, jalan yang dia lewati semakin kecil, dua mobil bahkan sulit untuk saling menyebrang. Perumahan yang saling berdekatan dimana sepanjang jalan ini orang membuka usaha.
Papan nama LED yang beragam warnanya terpasang di setiap warung, anehnya warungnya cukup tua dan usang. Sampah yang sudah penuh tidak muat lagi berserakan di tepi jalan, ada seekor kucing hitam yang mencari makan ditumpukkan sampah itu.
Hari terlihat gelap, namun orang-orang tidak keluar untuk mencari makan. Hanya ada beberapa pejalan kaki dan kendaraan. Jika di kotanya tinggal dulu, orang-orang dan kendaraan akan selalu terlihat ramai tidak peduli waktu dan cuaca, hari.
"... Aku tidak terdampar disebuah kota gaib buka"
Yeonjun sedikit khawatir dan dia baru ingat jika memiliki nomor ponsel Paman Jungkook.
-paman aku sudah sampai, itu seharusnya di kota s benar?
-kau sudah tiba. Iya paman tinggal di kota s
-apakah Paman bisa menjemput ku, aku sepertinya tersesat di sebuah jalan
Sebelum dia bisa menerima balasan dari pamannya ponsel Yeonjun tiba-tiba mati dengan keterangan daya ponsel telah habis.
Yeonjun mengucapkan berbagai macam sumpah serapah.
°
°
°
Please support and follow me guys!!
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Better (Soobin X Yeonjun) Bl!
FanfictionKarena beberapa alasan Yeonjun terpaksa dipindahkan ke sebuah kota kecil. Dia akan dititipkan di rumah teman ayahnya dengan seorang anak dimana Yeonjun kebetulan sangat tidak menyukainya. Tapi karena hubungan kedua ayah mereka yang akur, Yeonjun ter...