10.

162 29 6
                                    

Sudah 5 hari Hueningkai tidak melihat Taehyun datang ke puskesmas. Itu cukup membuatnya kepikiran, apa terjadi sesuatu padanya?

Hueningkai ingin bertanya pada Ryujin, tapi terakhir kali. Setelah ia dan Wony bertemu, Ryujin terlihat begitu sinis kepadanya. Bahkan waktu ia menyapa saja Ryujin hanya melotot dan menghindarinya. Seperti ada sesuatu yang membuat seniornya itu kesal.

"Kak" Ryujin tidak menanggapi panggilan Kai. Ia hanya menatap Kai dengan tatapan kesal lalu membuang mukanya dan pergi.

Hueningkai mengekor dari belang, untungnya siang ini puskesmas sepi. Tidak ada orang sama sekali yang datang walaupun hanya untuk sekedar cek kesehatan. Puskesmas benar-benar sepi orang.

"Jangan ikutin gue, gue lagi kesel sama lo!" Ryujin mempertegas sambil menunjuk Kai, kali ini mempertegas dengan kalimat jika dia senang kesal dengan Hueningkai.

"Jelasin dulu kak, gue ada salah apa sih" Hueningkai masi terus berusaha, semakin Ryujin mengelak semakin dia penasaran dengan apa yang terjadi. Seingatnya, ia tidak pernah membuat kesalahan apapun pada Ryujin.

Ryujin membalikkan badan menghada Kai, ia melipat tangannya didada sambil menatap Kai sinis.

"Lo bikin Taehyun nangis." Kai terdiam, terlihat berpikir mengingat-ngingat apa yang ia perbuat kepada Taehyun sampai si kecil menangis, seingatnya sejak mereka berdua pergi ke pasar malam, keduanya tidak ada bertemu sama sekali.

"Taehyun nangis? Kenapa?" Hueningkai bertanya lagi, padahal jelas-jelas ia tau Ryujin mengatakan jika penyebabnya adalah dirinya sendiri.

"Gue udah bilang Taehyun nangis karna lo. Dia ngeliat lo sama Wony pelukan" Kai tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar pernyataan Ryujin. Tidak heran jika Taehyun menangis dan tidak terlihat sejak saat itu.

Setelah tau alasan Taehyun tidak pernah datang lagi ke puskesmas. Pikiran Kai kini hanya terpusat pada Taehyun, raga dan batinnya mengatakan ingin menyusul pemuda itu kerumahnya. Mencoba menjelaskan sebenarnya apa saja yang ia dan Wony bicarakan pada saat itu.

Tapi gejolak batinnya juga mengatakan untuk berhenti, dia bukan siapa-siapa kan.

"Kalo lo kepikiran mau datengin Taehyun percuma... dia lagi di tempat budenya, jauh lo ga akan tau tempatnya" seperti bisa membaca pikiran Kai, Ryujin langsung mematahkan semangat dokter muda itu.

Dengan lesu Kai kembali ke ruangannya. Ryujin hanya memperhatikan dari belakang sambil menyunggingkan sedikit senyuman.

Sudah seminggu, lebih tepatnya delapan hari sejak dari pasar malam dan tiga hari sejak Hueningkai dan Wony saling berbicara. Kali ini batas kesabaran Kai sudah habis, ia rasanya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu Taehyun sesegera mungkin.

Sebenarnya selama tiga hari ini, Kai selalu mendatangi rumah Taehyun. Kadang hanya sekedar lewat sambil melirik-lirik kecil, tapi ia lebih sering menanyakan langsung pada ibu Taehyun. Dan sama seperti yang Ryujin katakan, Taehyun sedang di tempat budenya.

Taehyun seperti tiba-tiba menghilang dan itu menganggu pikiran Hueningkai. Ia sangat kepikiran.

"Gimna kalo kamu nyusul ke tempat budenya? Muka kamu tuh ga enak banget diliat tau ga, asem" Wony memberikan usul.

Perempuan ini, tunangannya Hueningkai masi disini. Dia memutuskan untuk sekalian liburan, hiruk pikuk kota sangat-sangat tidak sehat untuk kestabilan mentalnya. Lagi pula, kapan lagi ia akan bisa melihat persawahan jika tidak sekarang.

Matanya butuh penyegaran dan persawahan yang sedang menghijau adalah obatnya.

Hueningkai menghela nafas. Apa begini rasanya merindukan seseorang? Seumur hidup Hueningkai tidak pernah merasakan perasaan seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

i wanna be with u - ningtyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang