Kebiasaan

8 1 0
                                    

"Kyaaa... Suami gue dateng!!"

"ANJRIT GANTENG BANGET, NIKAH SAMA GUE YOOKK!!"

"Pangeran gue mau lewat, minggir!! Dia mau jemput gue!!"

"Huuuhhhh!!!"

Teriakan itu ditujukan pada Selena yang percaya dirinya sudah melebihi tingginya langit. Dari ribuan teriakan murid perempuan di sekolah ini, entah mengapa hanya teriakan dia yang bisa di dengar semua orang dan sukses membuat mereka kesal. Aku tersenyum tipis di balik kacamata besarku melihat tingkahnya yang konyol.

Sedangkan pria yang dipuji sejak tadi hanya menatap tajam mereka-termasuk aku. Tapi sayangnya tatapannya terlalu indah untuk dikatakan tajam. Kembali lagi otakku yang gelap ini berfantasi ria dengan tatapannya yang sungguh mempesona.

"Apaan sih!! Kan emang kenyataannya. Hanya aku yang pantas bersanding sama Verga!! Iyakan, Ega?" celetuk Selena dengan gaya manjanya. Dengan seenak jerawat batunya, dia langsung saja bergelayut manja di lengan pria itu.  Hampir saja buku biologi yang ada digenggamanku melayang ke wajah badutnya itu.

"Apa sih!" ketus Verga dingin menghempas tangan Selena.

"Ihh, kok kamu gitu sih, beb. Kan itu emang kenyataannya," ujar Selena cemberut kesal.

"Huuhhh, mana mungkin keluarga Wijaya mau sama cewek badut kaya lo. Gak mungkinlah, udah penampilan kaya badut gitu," cibir Cika mengibaskan rambutnya sombong.

"Bener tuh, gak mungkin! Badut,  badut!!" ejek lainnya mendukung pernyataan Cika.

Selena mendengus kesal menatap sekumpulan semut betina yang kini mengejeknya.

"Awas aja yah kalian, kalau memang benar, habis kalian satu-satu!" ketus Selena dan berlalu pergi bersama temannya yang lain.

"Ihh Tbl, tbl, tbl. Takut buanget lochh!!" ucap Chika pura-pura takut dengan gaya centilnya. Semua orang yang ada di tempat itu tertawa dibuatnya.

Sang most wanted telah pergi meninggalkan kerusuhan yang tidak ada artinya sama sekali. Niatnya dia hanya ingin memberikan pengumumam di lapangan sekolah. Tapi berakhir dengan fansnya yang rusuh mengerumuni dirinya.  Karena pasalnya pria itu jarang menampakkan diri di sekolah. Kesehariannnya hanya berada di ruang Osis atau di perpustakaan sekolah. Sekalinya muncul, mungkin hanya di pertandingan bola basket antar sekolah.

Lama bergelut dengan pikiranku, aku keluar dari kerumunan yang menyesakkan itu. Sejak sang idola muncul, tubuhku terus terombang-ambing kesana kemari hanya untuk melihat wajah tampannya itu. Ku perbaiki kacamataku yang sedikit melorot dan bajuku yang tidak rapi.

"Ga kapok yah lo liatin crush?" tanya Sabrina tersenyum mengejek. Aku meresponnya dengan memutar bola mataku malas
.
"Udah ahk, mending balik ke kelas. Bentar lagi guru mesum datang," ujarku berlalu meninggalkan Sabrina di belakangku.

"Eh iya yah.  Ada pr lagi, lo udah siap Ver?" tanya Sabrina menyusulku dari belakang.

"Udah dan gue gak mau berbagi. Tanggung sendiri kalau dimarahin," jawabku ketus. Kudengar Sabrina mengerang kesal di belakang sana. Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya.

***

"Baik anak-anak.  Jadi, proses reproduksi itu... Bla, bla, bla"
Pak Yanto kini sedang menjelaskan materi reproduksi. Sembilang puluh persen murid yang di kelas ini telah tidurnya akibat penjelasannya yang super panjang.  Sepuluh persennya mungkin hanya cacing diperutku yang mendengarkannya.

"Lama banget sih. Udah lapar lagi nih perut," keluh Sabrina dengan wajah bosan.

"Sabar aja. Masih mending kaya gini. Kalau pak Yanto ingat tugas kemarin, gimana? Mungkin lo udah jamuran hormat bendera di luar sana," ucapku tanpa meliriknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nerd StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang