Perasaan (31)

343 40 34
                                    

____

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

Btw, makasih yang masih berkenan vote dan coment untuk cerita ini. Yuk, yang masih jadi silent readers bisa sadar diri untuk vote and coment🤍

***

Raga berada di salah satu taman belakang rumahnya untuk merenung. Ia masih harus kembali memikirkan langkah yang diambil olehnya karena langkah yang ia ambil nantinya akan mengubah kehidupan Raga secara total.

Ketika masih memikirkan hal tersebut. Tiba-tiba memorinya terlempar beberapa waktu lalu, kebersamaannya dengan Naya.

"Raga di sini tuh tempat favorit gue kalau makan es krim," ucap Naya dengan tersenyum.

Keduanya sedang berada di kedai es krim di sekitaran kompleks perumahan Naya. Sebenarnya, Naya pergi bersama Khafa dan Adhisty. Namun, keduanya harus pulang karena Sary berada di rumah Rafa. Revan dan Raga menyusul Khafa juga Adhisty, tetapi Raga malah ditahan oleh Naya untuk menemani perempuan tersebut di kedai es krim. Jadilah, Khafa dan Adhisty pulang bersama Revan.

"Saya tidak nanya."

"For information, Raga," jawab Naya menyengir.

"Lagian, kamu ngapain sih nahan saya di sini segala? Kurang kerjaan banget lihatin orang makan es krim," gerutu Raga.

Naya yang mendengar itu menjadi tertawa. "Kode mau dibeliin es krim kan? Tenang ajalah, udah gue pesenin kok buat lo," ucap Naya ringan.

Raga yang mendengar itu mendelik dengan kesal. Namun, tak lama pesanan milik Raga datang. Dengan riang, Naya menyuruh Raga memakan es krim tersebut.

"Enak kok, Ga. Cobain deh!" seru Naya sambil menggoyang-goyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Raga bergidik ngeri ketika melihat Naya seperti itu.

"Kamu makan es krim itu yang normal ajalah, Naya. Kebanyakan goyangin kepala, nanti kepala kamu lepas terus ngegelinding," ucap Raga datar.

"Dih, lo kata kepala gue kelereng main gelinding aja."

Raga tidak menanggapi ucapan Naya. Lelaki itu masih fokus menatap es krim miliknya tersebut.

"Jangan ditatap terus nanti meleleh tuh es krim."

Naya angkat bicara ketika melihat Raga malah terdiam menatap serius es krim yang berada di tangan lelaki tersebut.

"Fotoin saya."

"Hah?"

Naya cengo ketika mendengar penuturan dari Raga tersebut. Raga yang melihat ekspresi Naya menjadi berdecak sebal.

"Lo mau gue fotoin?"

"Telinga kamu masih berfungsi dengan baik, 'kan? Kalau masih, seharusnya tidak perlu saya replay ucapan saya."

"Ck! Iya-iya sini gue fotoin."

Naya memotret Raga hanya sekali karena permintaan dari Raga sendiri. Raga melihat hasilnya lalu kembali menyimpan ponselnya. Setelahnya, Raga menikmati es krim tersebut sedangkan Naya hanya geleng-geleng heran saja dengan tingkah Raga.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang