CW: Chapter ini memiliki konten NSFW 18+ yang melibatkan Belial dan Jophiel.
Glek glek
Suara tegukan itu terdengar beberapa kali dalam jarak waktu yang sangat dekat, selagi si pemilik menggerakkan jarinya di atas layar ponsel.
Wajahnya mulai memerah karena kadar alkohol yang mulai melebihi batasnya, matanya juga tampak sayu.
"Hahh..." hela Belial lelah, menuangkan kembali wine pada gelasnya. Ia berencana menghabiskan satu botol malam ini—gila memang. Kadar itu jauh lebih banyak dibanding takaran minum manusia normal.
Setidaknya, laki-laki itu tampak lebih mendingan sekarang dibanding beberapa jam lalu. Tubuhnya sudah dibalut piyama, kakinya yang patah sudah dibebat dan dibidai. Sebuah kruk di sebelah meja menandakan bahwa ia belum sembuh sepenuhnya.
Bagaimana mau sembuh? Belial masih memiliki partikel malaikat pada dirinya dan itu benar-benar menghambat regenerasi cepatnya.
Belial menatap layar ponselnya sekali lagi, kemudian menengadahkan kepala ke sandaran kursinya. Matanya yang kerap berair terlihat begitu lelah.
Anak itu sedang minum sembari melihat-lihat fotonya bersama perempuan yang ia sukai saat masih di Terrestrial, wajah mereka penuh senyum dan kebahagiaan.
"Jam 12 malam..." gumamnya lirih, melihat jam di dinding yang berdenting.
"Phenex tadi bilang kalau para pangeran akan beristirahat di istana ini untuk sementara untuk menghindari bahaya. Para raja dan ratu akan melakukan penyelidikan ke kota-kota untuk menilai kerusakan mulai tadi malam, lalu besok ada rapat evaluasi..."
Belial memijat pelipisnya.
"Kakak beradik malaikat itu juga akan tinggal di sini..."
Sesaat Belial tiba di kamarnya sore tadi, ia mengambil ponsel untuk memeriksa pesan yang masuk beberapa hari lalu. Dari kekasihnya:
"Belle, maaf baru balas. Kamu marah? Maafkan aku. Aku ada keperluan mendadak tadi..."
"Omong kosong," ucap Belial geram. Kenapa Jophiel harus membohongi dirinya?
Pangeran itu kembali meneguk minumannya, kali ini ia mulai merasa pandangannya berputar.
"Kenapa, sih..."
Gerutuan kecil itu terdengar penuh kesal dan yang paling utama: kecewa. Ia menundukkan kepalanya, hendak meneteskan air mata kembali jika tidak terdengar ketukan di pintu.
Tok tok
Belial mengangkat kepalanya dengan lemas. Dengan suara yang sudah tidak karuan ia berseru, "Aku sudah bilang aku mau istirahat!"
"Belle? Ini aku."
Deg
Mata Belial terbuka lebar begitu mendengar suara halus itu, suara yang sangat familiar, suara yang ia paling rindukan selama ini.
Tidak. Tidak boleh masuk!
Setidaknya itu yang dikatakan otaknya, namun hatinya memutuskan untuk diam dan justru berjalan ke tengah ruangan.
Perempuan di balik pintu menganggap kesunyian itu sebagai "iya" dan membuka pintu, membiarkan dirinya masuk sebelum menutupnya kembali.
Waktu terasa terhenti saat itu bagi mereka berdua. Saling memandang tanpa sepatah kata apapun. Bukannya ini momen yang mereka nantikan? Bertemu satu sama lain kembali?
Tapi kenapa hati mereka terasa berat?
Belial tanpa sadar mengangkat tangannya, meraba wajah kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...