2

9 2 0
                                    

Dalam perjalanan pulang tak ada percakapan apapun. Mark masih menahan emosinya, dan begitu pula dengan Haechan yang hanya diam tak tau harus berbuat apa.

"Bukan hanya aku yang menolak hubungan ini, namun juga dengan semesta. Kalian tidak akan bisa melanjutkannya!" kalimat yang ibu Mark ucapkan kembali terngiang didalam pikiran Haechan malam itu.

Sakit, semakin ia mengingat kejadian beberapa bulan lalu maka semakin ia menyalahkan dirinya. Haechan membalikkan arah tidurnya hingga menghadap wajah tampan kekasihnya.

Ia semakin mengeratkan pelukkan Mark pada tubuhnya. Ditatapnya kelopak mata indah yang setiap hari selalu membuatnya jatuh cinta. Haechan mengusap lembut pipi tirus itu. Ia sangat-sangat mencintai Mark melebihi apapun, namun itulah Haechan, pikirannya selalu dapat mengalahkan perasaannya.

"Maafkan aku Mark..."

-----------------------------------------------------------------

Haechan memasuki café dimana ia mengajak seseorang untuk bertemu.

"Menungguku?" Haechan menepuk bahu seorang lelaki yang langsung menghadap kearahnya.

"Tentu saja, aku merindukanmu" Lelaki itu tersenyum hingga menampilkan mata indah berbentuk lengkungan bulan sabit.

"Mark akan membunuhmu jika tau aku bertemu denganmu Jeno" Haechan mengambil langkah untuk duduk didepan lekaki yang sudah lama tak ia jumpai ini. Mendengarnya, Jeno hanya bisa tersenyum kecut.

"kutebak kau berbohong padanya, siapa alasanmu kali ini? Jaemin? Renjun?" Jeno menaikkan kedua alisnya. Ia selalu tau bahwa Mark tidak akan pernah mengizinkan Haechan untuk bertemu dengannya.

"Tidak, itu sudah terlalu klasik. Aku sengaja mematikan telfon genggamku dan segera pergi sebelum jam kuliahku selesai. Biar saja dia mencariku" Mark mengetahui semua jam kuliah Haechan, maka untuk jam terakhir Haechan segera melesatkan dirinya untuk bertemu dengan Jeno sebelum Mark menjemputnya.

"Lalu apa yang memaksamu untuk melakukan hal ini? Apa ada hal penting yang ingin kau katakan?"

"Tentu saja"

"Apa itu?" Tanya Jeno semakin mentaap Haechan dengan keingin tahuannya.

"Bantu aku melepas Mark"

Jeno bingung dengan jawaban Haechan.

"Maksudmu?" Tanyanya. Jeno menyukai Haechan sejak lama, jelas saja ia sedikit bahagia mendengar penuturan Haechan. Namun, ia juga bingung.

"Bantu aku mempersiapkan pernikahan Mark" Haechan menjelaskan segalanya kepada Jeno. Segalanya tanpa ada yang ia tutupi.

"Tentu saja kau satu-satunya orang yang bisa menghubungkanku dengan ibu kalian tanpa sepengetahuan Mark" Haechan semakin terdengar melemah.

"Apa yang ibuku lakukan sehingga kau merelakan kakakku?" Tanya Jeno yang tak akan pernah menyangka Haechan akan melakukan hal senekat ini.

Sebagai jawaban, Haechan hanya menatapnya dalam diam. Jeno tau bahwa Haechan sangatlah mencintai Mark, terbukti dengan banyaknya wanita dan lelaki yang tak mendapatkan apapun disaat mereka mengungkapkan perasaannya pada Haechan.

Begitu pula dengannya, Jeno menyukainya bahkan sebelum Haechan dan Mark memulai hubungan mereka.

"Haechan" Jeno menatap intens lelaki manis yang kini balik menatapnya.

"Apa ada kesempatan bagiku jika kau sudah tidak memiliki hubungan dengannya?" lanjut Jeno.

Ini Yang Haechan hindari.
Tidak mungkin baginya menjalin hubungan dengan adik dari mantan kekasihnya jika mereka memang benar akan berpisah. Ia tidak mau menyakiti Mark.

ONLY YOU (Markhyuck X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang