2. Akila Bukan Bayi Narsis!

28.6K 1.8K 23
                                    

Akila duduk di bangku taman rumahnya seorang diri. Denada, maminya berada di butik seharian, terkadang di toko bunga milik keluarga. Sementara Aditama, papinya bekerja di kantor. Keduanya terkadang pulang larut malam. Meski begitu, Akila mengerti kesibukan papi dan maminya. Lagi pula, Denada dan Aditama selalu memberikan kasih sayang yang berlimpah padanya. Ia tak pernah kekurangan apa pun, kecuali cinta Langit Arshaka, crush Akila yang tak pernah peka itu.

Deretan dua belas angka yang tertulis di secarik kertas kala itu telah Akila pindahkan ke dalam ponsel. Memberi kontak sang pemilik nomor itu dengan nama yang teramat manis. Ya, nama panggilan yang manis untuk pemilik senyum termanis sedunia. My Cukky.

Meski berwajah datar, senyum milik Langit Arshaka bulan lalu masih melekat di benak kepala. Anak itu terciduk senyum diam-diam saat membaca suratnya yang ke-91. Membayangkannya untuk kesekian kali membuat Akila merasa terbang ke Negeri Awan. Ia semakin jatuh pada pesona anak laki-laki itu.

"Kalo Akila chat, bakal dibales sama Kak Langit nggak, ya?" Akila mendadak gugup. Ia meremas pelan ponselnya yang menampilkan roomchat yang belum ada obrolan.

Akila meyakinkan diri berkali-kali. Ia tarik napas kemudian mengembuskannya secara pelan. Perlahan, jemarinya satu persatu bergerak lincah mengetik deretan huruf yang tertera di keyboard layar ponsel.

"Kak Langit online," ujar Akila. Ia tahan napas kala chat yang ia kirim centang dua dan berwarna biru. Pertanda, Langit tengah membaca pesan itu.

Chat yang Akila kirim dibalas oleh Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chat yang Akila kirim dibalas oleh Langit. Hal itu membuat Akila senyum-senyum tak jelas. Tanpa menunggu lama, segera ia kirim pesan balasan. Dengan begitu, Langit tak perlu berpikir panjang tentang jodohnya yang ditakdirkan Tuhan untuknya. Rubiana Akila. Masa depan Langit Arshaka.

"Kak Langit manis banget marah-marah gini." Akila cekikikan membaca chat yang dikirim oleh Langit. Cowok itu sepertinya semakin dongkol.

Akila memang hobi membuat Langit meradang setiap harinya. Entah itu karena sapaannya atau pun tingkahnya setiap berpapasan dengan cowok itu. Pernah juga ia mengekori Langit seharian di sekolah dua minggu yang lalu. Saat cowok itu tengah mengikuti eskul musik. Rasanya teramat menyenangkan bagi seorang Akila melihat wajah dan telinga Langit memerah karena marah.

"Akila bukan bayi narsis tau." Akila menggembungkan pipi sembari bersandar pada bangku panjang yang ia duduki.

Langit malam semakin menggelap. Kali ini tak ada hamparan bintang yang biasanya menemani. Entah mendapat firasat dari mana, Akila menyimpulkan bahwa Langitnya tengah dilanda kehampaan.

Tangan Akila bergeser memencet ikon yang ada di atas layar roomchat-nya dengan Langit. Nada sambung mengisi pendengaran. Berharap, Langit menerima panggilan suara yang ia lakukan.

"Kurang kerjaan?"

Senyum Akila melebar saat suara Langit terdengar. Degup jantungnya kian berpacu seiring mendengar deru napas Langit mengisi pendengaran, menunggu jawaban dari dirinya.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang