37. SALAH ORANG

121 17 0
                                    

SALAH ORANG

Pagi-pagi sekali Kiara bergegas pulang setelah semalaman begadang menunggui Ibunya selesai dioperasi. Kiara terkejut ketika harus menandatangani surat persetujuan dari rumah sakit sementara dirinya belum mengeluarkan sepeser uang untuk membayarnya. Kiara berpikir keras siapa orang yang melakukan hal baik tersebut. Bersamaan dengan itu satu nama terlintas di pikirannya. Tidak ada yang berani melakukan hal nekat tersebut meski sudah dilarang berulang kali selain Seno.

"Semoga aja Alesha gak tau. Bisa tamat riwayat gue di tangan dia."

Kiara mempercepat langkah kakinya agar dia bisa lebih cepat sampai ke rumah dan memulai kegiatan paginya dengan membuat gorengan. Kiara harus lebih keras lagi berusaha untuk mengganti seluruh uang Seno yang sudah dikeluarkan demi pengobatan Ibunya. Hampir satu jam Kiara berkutat dengan adonan di hadapannya. Dia membuat dua kali lebih banyak kali ini. Kiara berencana akan membawanya ke sekolah untuk ditawarkan kepada teman-temannya.

Kiara berdiri di halte menunggu busway berwarna biru berukuran panjang. Selama menunggu Kiara menawarkan kepada penumpang lain yang juga sedang menunggu kedatangan busway. Walaupun tak banyak yang membeli karena sebagaian penumpang sudah sarapan di rumah masing-masing hal itu tidak membuat Kiara kecewa sedikit pun. Dia akan bertemu penumpang lebih banyak lagi ketika berada di dalam busway.

***

"Ki, lo bawa gorengan ke sekolah? Bukannya gak boleh jualan ya?" tanya teman sekelas Kiara.

"Hmm.. Iya, gue tau kok. Tapi plis ya, jangan bocorin ke pihak sekolah. Gue lagi butuh uang banget makanya nekat gini." Kiara memohon pada siswi tersebut.

Siswi itu tak peduli dia lantas berlalu pergi. Baginya Kiara tak menguntungkan apa pun untuknya. Untuk apa juga dia akan membocorkannya pada pihak sekolah.

"Permisi. Lo mau beli gorengan gue gak? Baru gue buat kok tadi pagi. Gue jamin rasanya enak!" Kiara memberanikan diri untuk menawarkan pada temannya yang lain.

"Sorry, Ki, gue gak minat. Banyak minyaknya. Pasti gak sehat. Ntar kalau gue sakit lo mau tanggung jawab?"

"Namanya gorengan ya banyak minyak. Lo pikir nih bakwan di rebus?" Aluna memotong kesal.

"Na, jangan gitu ih!"

"Ya habisnya gue kesel, Ki. Kalau gak mau beli minimal gak usah ngerendahin juga kali."

"Namanya juga orang jualan, Na. Pasti ada yang suka dan gak suka. Soal selera kan beda-beda."

DI PANGGIL KIARA CHELSEA ARABELLA MENUJU PUSAT SUARA. SEKARANG!

"Tuh guru-guru pada nge-fans banget ya, Ki, sama lo?" Aluna tak berhenti berucap kesal. Entah apa penyebab gadis itu misuh-misuh seperti sekarang. Kiara memilih bergegas menuju pusat suara dari pada meladeni Aluna saat ini.

Kiara sudah berpikiran negatif akan ada berita buruk kali ini. Namun dugaannya salah. Bu Maisa memanggilnya karena ada tunggakan yang harus Kiara segera lunasi sebelum biaya-biaya berikutnya semakin banyak. Kiara menarik nafasnya dalam. Dia harus lebih semangat kali ini. Tak hanya Ibunya tapi sekolahnya juga harus diperjuangkan. Sedikit lagi Kiara akan lulus. Dia tidak boleh menyia-nyiakan perjalanan panjang yang telah dilaluinya selama bertahun-bertahun.

Kiara memeluk kotak gorengannya dan mulai menawari pada sejumlah murid yang kini berbincang di depan kelas. Dia yakin gorengannya akan laku hari ini. Di tempat Bude Rah saja orang-orang pada rebutan membeli gorengannya. Terutama Bakwan yang Kiara buat.

"Permisi. Lo mau beli gorengan gue gak? Murah kok lima ribu dapat empat biji. Lo bebas mau pilih yang mana."

Tiga orang siswi yang ditawari saling memandang satu sama lain. Seperti ragu akan membeli gorengan milik Kiara.

PROTECTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang