si Kopi

50 11 0
                                    

Entah ini benar atau tidak, tapi Nirwana merasa perempuan yang dibicarakan Hendri adalah Sesil. Dia tidak berhenti menatap Hendri yang terpaku pada Sesil, ah kenapa dia tidak menyadarinya selama ini. Tapi, bagaimana bisa dia menyadarinya jika sejak awal Hendri tampak tertarik padanya, bukan Sesil. Apa ini caranya menyembunyikan perasaannya?

"Yaudah, aku sama Ael masuk dulu, ya." Ujar Sesil menganggandeng Mikhael masuk ke Mini Market.

Nirwana mengangguk dan kembali menatap Hendri, yang kini menoleh ke arahnya juga. Gelagapan Nirwana, dia langsung mendongak menatap langit, dia tidak mau ketahuan sedang memperhatikan Hendri.

"Hah.. yuk pulang," ajak Hendri.

Mereka berdua berjalan menuju kosan. Lebih banyak diam, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Nirwana memegang dadanya sambil menarik napas dan mengeluarkannya pelan, rasanya masih sesak mengingat bagaimana perlakuan Kaivan padanya. Dia sudah membenci Kaivan, dia tak ingin menaruh harapan apalagi perasaan pada laki-laki itu, tapi kenapa dia selalu tiba-tiba muncul dalam prosesnya mengikhlaskan semua luka yang ia terima.

"Masih kerasa sakit?" tanya Hendri yang ternyata sedang memperhatikan Nirwana dari samping.

"Nggak, agak sesak aja, kayak ada yang ganjel? Belum ngerasa lega." Jawab Nirwana tanpa menoleh ke arah Hendri.

"Kamu belum bisa ngelupain dia?" tanya Hendri

"Belum, kayaknya gak akan bisa. Tapi, bukan berarti aku masih cinta sama cowok itu. aku Cuma gak bisa lupa sama proses aku nyembuhin diri dari luka-lukanya, aku yakin bakal sembuh seiring waktu. Kamu gak usah khawatir." Ujar Nirwana diiringi dengan tepukan pada pundak Hendri.

"Bagus deh."

"Iy-"

"AWAS!"

Hendri menarik Nirwana, saat ada motor yang hampir menyerempet perempuan itu. Nirwana terkejut, dia menatap dada bidang Hendri dan tak sengaja menyentuhnya. Tarikan Hendri membuat mereka tanpa sengaja berpelukan.

Nirwana mundur, sekarang dia tidak bisa membedakan terkejut akan apa.

"Kamu gapapa?" tanya Hendri sembari memegang pundak Nirwana, dan memeriksa bagian kanan Nirwana.

"Gapapa." Nirwana membalikan badannya dan kembali berjalan meninggalkan Hendri.

"Kamu jalan bagian dalam jalanan,"ujar Hendri yang kini telah ada di samping Nirwana.

"Iya, Makasih."

Mereka telah sampai di kosan. Nirwana sudah ada di depan kos putri bersama Hendri.

"Makasih buat es krimnya, aku balik dulu," ujar Nirwana

"Iya, selamat malam." Jawab Hendri yang langsung pergi meninggalkan Nirwana.

Ada perasaan aneh saat tahu siapa yang disukai oleh Hendri, apa ini kecewa? Nirwana memukul kepalanya pelan. Aku berharap apa? Pikirnya.

Di atas ranjangnya, dia memikirkan saat hampir keserempet tadi. Dia tidak sengaja menyentuh dada bidang Hendri. 

Apa dia berolahraga? Pikirnya.

"AAAkkk aku mikir apa?!" dia menutup wajahnya dengan bantal. Dia tidak mungkin tertarik sama cowok menyebalkan itu. tapi, kenapa dia sekarang gak terlalu menyebalkan lagi ya?

Nirwana menarik pikirannya tadi malam soal Hendri yang tak lagi menyebalkan. Lihatlah laki-laki itu dengan sengaja mendorongnya saat akan baris untuk senam.

"Sakit, gila ya?" Nirwana menyentak Hendri yang mendorong bahunya untuk bergeser.

"Lebay, geseran. Gak kebagian barisan, nih." Ujar Hendri dengan menyebalkan.

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang