Bird Cage

2 0 0
                                    

     Earl Syua berkuda perlahan, mendaki bukit kecil menuju kastilnya. Seiring dengan langkah kuda yang kian mendekati kastil. Kabut yang sengaja menyembunyikan rupa kastil mulai memudar dan turun ke bawah. Kastilnya menunjukan rupa yang mempesona, megah dan berkilau dari puncaknya. Semburat jingga mulai menghiasi langit dan fajar menyingsing dari balik punggung Syua.
    "Cukup indah untuk menyambut kemenanganku." Bisik Syua kecil tanpa tersenyum. Syua terlihat jelas sekali sedang kelelahan setelah membasmi markas musuh di perbatasan dekat sungai Malham Cove. Menghabisi musuh dalam satu malam, membantai 70 kepala kalau tidak salah hitung. Setelah sebelumnya ia berjaga untuk memata-matai perbatasan, dan pulang setelah inspeksi, yang dibutuhkannya hanya mandi dengan air hangat.
    Henry menyambut Syua dengan mengulurkan tangan kanannya pada Syua. Menaruh tangan kirinya di dada lalu membungkuk pelan. Syua menerima uluran Henry dan turun dari kuda dengan semangat. Karena ini adalah waktu untuknya beristirahat.
    "Senang masih bisa menyambutmu, Nona." Sapa Henry kemudian menuntun Syua masuk ke dalam kastil. Kudanya dibiarkan untuk diambil alih prajuritnya yang lain.
    "Kau akan jadi pengangguran kalau aku tidak pernah kembali."
    Henry terkekeh kecil dengan candaan dari bosnya. Sebelum keduanya berlalu pergi, mereka diinterupsi oleh prajurit di gerbang depan. Tanpa Syua hiraukan, Syua terus berjalan menuju kamarnya untuk mandi dengan air hangat. Lalu melepaskan zirah yang penuh goresan serta cipratan darah, dan menikmati waktu yang nyaman untuk istirahat.
    "Henry segera siapkan air hangat dan perintahkan koki untuk membuat sarapan." Syua setengah berteriak dalam memberi perintah tanpa menoleh ke belakang. Namun, Henry bergegas menyamakan langkahnya untuk berjalan beriringan dengan Syua.
    "Kupikir waktu istirahatmu akan tertunda, Nona." Ucap Henry lalu menyodorkan surat dengan segel Kerajaan.
    "Sialan!" Desis Syua dengan mata mendelik.
***
    "Jaga kastil ini lagi untukku!" Syua berseru dengan kencang. Rupanya amarahnya masih mengebu setelah gagal mandi dengan air hangat sambil membaca koran. Melihat Syua dengan satu koper pakaian, senjata dan hal lainnya sembari menaiki kuda hitamnya lagi, membuat Henry bertanya, "Kau yakin tidak ingin menggunakan kereta kuda saja, Nona?"
    "Tidak, tidak, tidak. Aku tidak ingin datang terlambat dan menghadapi Pangeran tanpa persiapan. Dia akan menyambutku dengan cibiran."
    Henry terkekeh kemudian menimpali, "Kalian memang memiliki watak yang sama. Kalau begitu selamat berjuang untuk misinya, Nona."
    Sepanjang perjalanan burung-burung terbang mengiringinya seolah menemani Syua menunggak kuda. Mereka berkicau dengan merdua. Kudanya melesat dengan cepat, menembus udara hangat dan pemandangan indah di sekelilingnya.
    Butuh waktu 3 jam untuk tiba di Istana yang berada di pusat kota. Selama itu Syua hanya memikirkan misi apa yang akan ia kerjakan selama beberapa waktu nanti.
    Seumur hidupnya, Syua hanya pergi ke Istana dua kali. Pertama ketika pesta sekaligus pengenalannya secara resmi pada anggota kerajaan. Kedua ketika ia resmi jadi kepala keluarga Earl sang penjaga perbatasan. Rasanya ia seperti alergi pergi ke Istana Kerajaan.
    Syua lebih sering bertemu Sang Pangeran di tempat berbahaya seperti tempat untuk mata-matai musuh dan wilayah perbatasan yang bahkan orang kerajaan lain pun tidak tahu. Bisa dikatakan hubungannya dengan sang Pangeran mirip otak kriminal dan eksekutor. Syua cukup memuji otak Sang Pangeran, si ahli strategi.
    Kuda yang ditunggangi Syua mulai memasuki Istana. Istana yang megah di pusat kota. Taman Istana sedang dipenuhi bunga lily merah muda, yang bahkan hanya sekilas Syua lirik. Langkahnya bergegas memasuki Istana.
    Sosok Syua yang pelayan lihat amat menawan. Ia menggunakan pakaian resmi berwarna hitam dengan celana ketat. Atribut Kerajaannya tersemat di dadanya. Rambutnya pirang yang tersanggul rapi. Kalau para pelayan ingin tahu, Syua mempertahankannya mati-matian ketika berkuda tadi. Dan sepatu hitam mengilap. Syua sengaja mempersiapkan segalanya karena akan bertemu dengan Sang Pangeran, Shiou Yuna.
    "Walau begitu aku bukan anjingnya yang bisa dia perintah seenaknya." Gumam Syua di saat kakinya mulai melangkah menuju lobi. Syua mempercepat langkahnya. Ia terlambat. Sepertinya Sang Pangeran berada dalam ruangannya maka dari itu untuk menghemat waktu, Syua mengambil jalan memotong dengan melewati lobi di yang mengarah ke pohon cherry. Biasanya lobi tersebut hanya boleh dilalui oleh orang dalam istana karena menghubungkan ruangan pribadi sang pangeran.
    Tak disangka Syua mendapati pemandangan yang mengagetkan dan menakutkan. Bukan karena kini Ia melihat Sang pangeran mengoyak dada dan mencabut jantung seseorang dengan wajah dingin. Pun bukan juga karena darah yang memercik hingga mengenai pipi Sang Pangeran. Atau karena sarung tahan putih yang langsung berubah jadi merah dalam sekejam.
    Namun karena Earl Syua tertangkap basah sang Pangeran memasuki lobi yang dilarang untuk orang luar istana. Shiou Yuna meliriknya, lalu tersenyum tipis. Dan Syua hanya menelan saliva berat tanpa bisa menyengir lebar.
***
    Pandangan Syua terpaku setelah memasuki Balairung Istana yang didekorasi mewah. Ada bunga cantik di tiap sudut, lampu dengan kerlip yang indah, meja yang terisi penuh makanan, pelayan yang sibuk dengan banyak hal.
    Sepasang matanya tak henti menjelajahi dari ujung ke ujung. Rasanya sangat aneh, karena selain matanya yang terpesona pada suasana visual, telinganya pun menikmati alunan musik dari tim pengiring musik. Ini adalah pesta yang sesungguhnya.
    Hiruk pikuk para bangsawan menjadi senyap tatkala Sang Pangeran Shiou Yuna memasuki ruang balairung, dan Syua berdiri di sampingnya. Keduanya mengenakan pakaian biru laut yang senada. Syua mengikat rambut pirang panjangnya dan berposisi satu langkah di belakang Sang Pangeran menandakan Syua hadir sebagai pengawal pribadi Sang Pangeran.
    "Terima kasih telah hadir pada pesta mencari kandidat calon istri untuk saya. Saya harap di pesta dansa nanti, tidak ada yang sungkan untuk mengajak saya berdansa."
    Setelah Sang Pangeran mengucapkan hal itu, suara musik kembali dimainkan dan suasana semakin meriah. Para bangsawan wanita dengan cepat meminta Shiou Yuna untuk berdansa. Mereka berputar dengan sesuai dengan iringan instrumen.
    Earl Syua berusaha untuk bersikap biasa saja. Namun saat ini ia tengah merasakan keringat dingin. Sejujurnya lebih baik menghadapi 1000 pasukan seorang diri dibandingkan 50 bangsawan di pesta dansa.
    Kembali ke percakapan tadi siang, hampir saja Syua dipatahkan tulang lehernya oleh Shiou Yuna setelah berusaha untuk membantah perintahnya. Tulang lehernya disentuh sebelum Syua mengatakan, 'aku bukan anjingmu'. Jadi di sinilah ia, di tengah pesta dansa sebagai pengawal pribadi Sang Pangeran.
    Earl Syua mengawasi keadaan sekitar, tugasnya adalah bahkan Sang Pangeran tidak mengatakan dengan pasti apa tugasnya kali ini. Syua tahu betul Pangeran lebih hebat, licik, dan brutal dari dirinya. Keahlian membunuh dengan tangan kosongnya berada di tingkat tinggi. Jadi mengapa Sang Pangeran menitahkannya berada di tengah pesta dansa ini?
    "Jadilah pengawal pribadiku di pesta dansa nanti malam."
    Ucapan tadi siang Sang Pangeran terus tergiang di pikirannya. Tangan Syua meremas pegangan pedang yang tersampir di pinggang pun masih terbungkus sarung pedangnya.
    Syua gelisah, mengingat ketika ia memeregoki Sang Pangeran mengoyak jantung dari dada pria tadi siang di ruangan pribadinya. Sang Pangeran bisa membunuh siapa pun, seharusnya.
    "Aku paling benci merasa dalam kungkungan dengan instruksi yang abstrak." Bisik Syua pada dirinya sendiri dan menatap tajam sekelilingnya hingga sudut matanya melihat ke luar jendela besar.
    Jantung Syua berdebar, karena setelah membalikkan tubuhnya, di sana terdapat taman bunga lily putih yang berubah jadi warna lily oranye. Makna dari bunga lily oranye adalah kesombongan, kebencian, dan sebuah penghinaan. Syua sadar betul yang dilawannya kali ini adalah entitas dengan sihir.
    Syua mencari-cari Sang Pangeran di tengah kerubunan orang-orang berdansa. Sialan, Sang Pangeran tidak ditemukan sehinggan mau tidak mau, Syua harus masuk ke dalam putaran orang-orang berdansa. Syua tidak pandai dalam berdansa sehingga pasangannya selalu menggerutu. Dan mereka membawanya hingga ke tengah lautan orang-orang.
    Telinganya berdenging membuatnya pusing, Syua menutup mata dan menarik keluar pedang kesayangannya. Mengacungkannya tinggi-tinggi, lalu Syua melayangkan pedangnya pada seorang wanita di belakangnya. Pedangnya berada tepat di leher wanita tersebut, mematung.
    Instrumen mendadak berhenti karena teriakan orang-orang yang melihat aksi itu. Semuanya jadi panik hingga beberapa orang memilih untuk melarikan diri, dibanding menonton Syua memenggal seorang wanita.
    Anehnya wanita itu tidak dapat bergerak, tangannya terjulur ke depan dengan belati di genggamannya. Dan di hadapannya Sang Pangeran sedang berlutut diam dengan belati tadi menusuk ke lehernya.
    Syua sempat membaca buku soal sihir kemarin. Karena lokasi tempat ia bertugas tadi malam adalah perbatasan dengan wilayah penduduk sihir maka Syua langsung memenggal leher wanita tersebut sebelum wanita itu memenggal sang Pangeran.
    Darah muncrat dengan deras, kemudian wanita itu jatuh seketika. Rasanya tenang melihat darah yang mengucur deras dibandingkan hiruk pikuk bangsawan tadi.
    Sang Pangeran berdiri dan melepaskan belati tersebut, untungnya lukanya hanya satu cm, dan darah hanya mengalir kecil, yah itu hanya luka kecil.
    "Kerja bagus, terima kasih, cukup di sini. Kau bisa pulang ke kastilmu." Shiou Yuna lalu berbalik untuk pergi sebelum Syua berjalan cepat ke hadapannya.
    "Yang Mulia sengaja melakukan ini ya? Anda nyaris tewas."
    "Hmm ... Sihir ini melewati kastilmu sebelum kau pulang. Semua pria akan dikelabui jadi lebih cepat kalau mengundangkanya langsung ke hadapan saya, kan?"
    Syua menelan saliva berat. Semua hal baginya, bagi sang wanita dengan sihir itu. Kami seperti dalam sangkar burung. Memang sang Ahli Strategi Kerajaan, Sang Pangeran, Shiou Yuna. Tidak bisaa diremehkan dalam setiap tindakannya dan perintahnya.
    "Kuharap Henry baik-baik saja kalau sihir menembus kastil semalam."

The End

Bird Cage - TUM1STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang