25 | Bukan Untuk Menetap

6 1 0
                                    

Happy Reading ❤️

"Ingatlah! Bahwa diam bukan berarti selalu masa bodoh dengan segala hal!"
-Raka Alfareza-

🌼🌼🌼

Bel pulang yang berbunyi beberapa menit lalu menjadi penyelamat murid 11 Ipa 2. Pasalnya pada jam terkahir ini adalah jadwal mata pelajaran geografi, yang merupakan mata pelajaran tambahan di jurusan Ipa.

Bukan karena apa, hanya saja saat mereka mengikuti pelajaran ini mereka seperti dihantarkan untuk nyenyak dalam tidur. Karena memang sang guru, jika menjelaskan sudah seperti bercerita tentang asal usul bumi.

Teori asal usul bumi yang tadinya membuat pusing, sekarang menjadi lebih sulit. Bagaimana tidak? Orang saat dijelaskan materinya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Gimana girls? Jadi kan hang out nya??" Tanya Serinda antusias.

"Iya dong wajib!! Otak gue udah nge bug, minta di refresh!!" Sahut Naura.

"Ee sorry guys, gue ga bisa ikut kalian." Sahut Reina tiba-tiba. Tampak jelas raut penyesalan di wajah gadis itu.

"Yahh!! Padahal kita udah jarang loh Rei keluar kek gini, apalagi sekarang Naura udah balikan, bisa-bisa gaada sisa waktu untuk kita."

Naura menyenggol pelan bahu Alissa. "Ye.. ga gitu juga bund!!"

Reina menatap ketiga perempuan itu secara bergantian. "Gue bener-bener minta maaf. Soalnya ini ada urusan mendadak. Jadi, next time gue usahain ikut hang out kemanapun kalian pengenin. Oke?"

Ketiganya menghela nafas. Mereka tak boleh egois dengan memaksa Reina mengikuti kemauan mereka.

"Yaudah, ya mau gimana lagi kan? Tapi awas aja sampe lo next time juga ga bisa!!"

"Gue usahain banget kok." Lalu Reina mengambil tas ranselnya lalu ia pasangkan di punggung. "Gue pulang dulu ya!! Take care!"

"Iya Rei, lo juga." Balas Naura, dan disusul anggukan oleh Serinda dan Alissa.

Setelahnya Reina langsung pergi dari sana. Dan berlari kecil menuju gerbang dimana seseorang telah menunggunya.

"Nunggu lama ga?? Sorry banget ya beb!!!" Kata Reina saat ia sudah sampai di samping motor lelaki itu.

"Enggak kok, baru aja aku sampe." Senyum manis tercetak jelas di wajah lelaki itu.

"Syikurlah!! Aku padahal udah takut banget kalo kamu udah dateng dsri tadi."

Tangan lelaki itu terulur mengacak rambut Reina. "Enggak kok sayang... Tenang aja."

"Yaudah yok berangkat!!" Dan Reina pun mengangguk sebelum akhirnya ia menaiki motor besar yang sudah biasa lelaki itu gunakan.

Dari jarak yang cukup jauh, lagi-lagi seseorang itu menangkap jelas interaksi keduanya. Namun, sayangnya ia tak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Dan saat targetnya kembali menjalankan motor, lelaki itu juga langsung menjalankan motor merah miliknya. Karena memang, ia tidak ingin jika sampai kehilangan jejak mereka.

Di dalam mall terfavorit di kotanya, ia masih setia mengikuti pasangan itu. Outfit yang Raka gunakan pun mendukung dalam menjalankan rencana ini. Jaket hitam, topi hitam, kacamata hitam, lengkap dengan masker hitam, berhasil menjadikan Raka seperti penguntit profesioanal.

Raka sangat mengenal Revan. Apalagi ia sendiri tau apa yang terjadi di masa lalu sahabatnya itu. Masa lalu kelam yang menghancurkan hidup kakak yang selama ini Revan banggakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVANESCENT : Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang