Chapter Tiga Belas

215 23 2
                                    

happy reading, 💜

•••

nomor tidak dikenal
Jean cinta sama gue! jadi lo lepasin dia!

Lo liat sendiri! Jean sukanya sama gue.

Sblm ada lo, Jean udah gue sentuh duluan!

Percaya sama gue jean gak bakalan pernah nyentuh lo.

Hannah mengabaikan rentetan pesan dari orang yang ia yakini adalah Jelita Dahlila. Hannah tengah duduk di balkon kamar Jean, menangis sendiri disana dengan perasaan bercampur aduk. Tadinya ia berpikir ingin pulang kerumahnya, namun Hannah tidak akan puas jika Jean belum menjelaskan apapun padanya.

Apa itu yang Jelita bilang ancaman untuk Jean?

Perempuan licik itu benar-benar sudah membuat hati Hannah porak-poranda.

Kini Hannah hanya bisa menunggu Jean bangun dari tidur lelapnya, tidak ingin mengganggu dan Hannah memang ingin menangis dulu seorang diri seperti ini. Sebelum nantinya menerima kenyataan lain yang akan dijelaskan Jean padanya.

Matahari sore berhasil membangunkan Jean, ia merasa gerah dan memutuskan untuk mandi, setelahnya Jean tidak memakai kembali bajunya. Hanya celana training abu-abu miliknya yang melekat disana. Hari sudah gelap dan Jean menutup gorden kamarnya.

"Hannah?"

Yang dicari kini tengah memasak sesuatu didapurnya, Jean tersenyum kecil, pemandangan ini nantinya akan selalu ia lihat kalau sudah nikah sama Hannah.

Jadi tidak sabar untuk melamar.

"Masak apa, cantiknya Jean?" Hannah menyambut Jean dengan senyuman, rambut panjangnya tergerai dan setengah basah. Ia memakai kaos milik Jean karena tadi sudah menumpang mandi.

"Kakak duduk aja, bentar lagi udah selesai."

Jean mengintip masakan pacarnya, terlihat menggugah selera, perutnya tiba-tiba berbunyi dan ingin segera minta di isi. "Enak banget tuh.." Jean menunggu seperti anak kecil— seolah melupakan alasan ia tadi yang kacau.

"Mam yang banyak!" Hannah kemudian duduk disamping Jean, menikmati makan malam berdua dengan tidak ada percakapan apapun didalamnya. Keduanya tengah berpikir hal yang mungkin— sama.

"Biar kakak yang cuci, kamu duduk aja." Jean menyuruh Hannah duduk manis, ia kemudian mencuci piring dan peralatan lain yang tadinya Hannah pakai untuk masak.

"Kenapa gak pakai baju?"

"Hm? tadi gerah sayang." Jawab Jean seadanya.

"Badan kakak seksi banget.. bahunya lebar, otot dimana-mana.. terus tatonya juga seksi, cocok banget ditangan kakak."

Jean kemudian berbalik, tersenyum nakal pada pacarnya. "Iya ini semua punya Hannah.." Kemudian melanjutkan aktivitasnya.

Hannah melihat tato ditangan kanan pacarnya, ia ingat tato itu dibuat satu tahun yang lalu— karena Hannah yang selalu menemani pacarnya melukis seni disana. Di dalam video itu, tidak ada tangan bertato disana, hanya Jean yang masih polos dan Hannah ingat suaranya tidak seberat sekarang ini.

Itu hanya video masa lalu Jean, namun bagi Hannah— itu tetap Jean-nya.

"Sayang? hey?" Hannah mendongak, melihat Jean didepannya, "Melamun? lamunin apa?" Hannah cuma jawab dengan gelengan.

Jean tersenyum, mengelus pucuk kepala pacarnya kemudian memberi kecupan disana. "Yaudah siap-siap gih, biar kakak antar balik kerumah."

Jean menjauh, hendak masuk ke dalam kamarnya. Namun langkah Jean terhenti ketika Hannah memanggilnya. "Iya? kenapa?"

KAKAK PACAR - JJK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang