•
•
•
•
•
•"Hai bos!." Sapa fazen melihat bian berjalan menghampiri mereka.
"Ngapain kalian kesini?."
"Ada yang mau kita bicarain." Jawab Rayyan.
Bian duduk di sofa paling ujung sebagai seorang pemimpin.
"Jadi gue sama anak-anak berencana mengunjungin salah satu panti asuhan, tapi belum ada dana. Jadi kita minta izin sama lo dan sekaligus solusinya gimana caranya bisa mendapatkan dana yang lebih dari biasanya. Kalau kita kumpulin uang seperti biasa nggak cukup, karna kita udah 2 tahun nggak kunjungi lagi. Jadi gue mau lebih dari yang biasa kita kasih." Rayyan memberi tau niat baik mereka kepada ketua.
"Gue izinkan, soal dana ditambah aja semampu kalian dan seikhlas nya. Kalau masih kurang biar gue yang urus." Jawab bian.
"btw bu ketua mana bos?." Tanya vano.
"Mau apa lo? Tanya-tanya istri bos." Cicit raifan kegam dengan teman laknat yang selalu mengundang masalah.
Vano melirik bian yang menatap kearahnya dengan tajam. Cowok itu menggaruk dagunya tak gatal.
"Gue cuma mau minta minum, jangan salah paham bos. Ini kan rumahnya bu ketua jadi nggak bisa ambil sendiri." Vano cengar-cengir takut dengan tatapan bian.
Zidan menggeleng-geleng melihat tingkah laku temen-temennya.
"Hay! Boleh gabung?." Vargas menyapa cowok-cowok itu dengan nachar hanya melemparkan senyum kepada mereka.
Dari raut wajah mereka terlihat kebingungan dan tanda tanya. Bagaimana tidak, melihat guru mereka ditempat yang tidak mereka duga.
"Bapak ngapain disini?." Fazen tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Dan juga yang lain menunggu jawaban dari vargas atas pertanyaan fazen yang mewakili mereka.
"Seharusnya saya yang tanya sama kalian, ngapain dirumah saya?."
"Rumah?." Lirih Vano.
"Abang!!." Pekik lysta dari arah belakang dan menghampiri vargas dengan nachar menggandeng kedua pria itu.
"Abang?." Beo raifan.
"Pak vargas abangnya bu ketua?." Tanya Vano dan balasan anggukan dari vargas.
"Ohh."
"Pantesan aja, bu ketua suka ngegas ternyata kopian bapak." Celetuk fazen mendapatkan tatapan sinis dari lysta.
"Dek, tolong bikinin minuman buat mereka." Pinta nachar pada lysta.
"Nggak, beby duduk aja, berani kamu menyuruhnya." Bantah Vargas. "Kamu ikut saya kedapur bikin minum." Vargas menarik nachar paksa.
Inilah yang tidak disukai oleh lysta. Kedua pria itu sering berdebat karena dirinya, hanya perkara hal yang kecil saja menjadi besar, contohnya seperti tadi tidak ada yang boleh memerintah dan menyuruh lysta seenaknya termasuk ayahnya sendiri. Terkadang ia kesel dengan sikap posesif vargas padanya. Tapi apa boleh buat pria itu tidak pernah berubah sejak dari ia kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLYSTA! |END| (Revisi)
General FictionFollow dulu sebelum baca! Selama dua tahun tinggal di Amerika, Callysta memutuskan untuk kembali ke indonesia dan sekolah disana. Callysta kembali untuk mencari tau penyebab kepergian sang bunda. Sebenarnya apa yang terjadi delapan tahun yang lalu...