Terdampar - Bagian 1

4.8K 147 17
                                    

"may day! May day!" Teriakan seorang co-pilot itu terdengar begitu keras.

Bukan karena apa melainkan pesawat yang ia tumpangi terus menukik tajam menuju sebuah bukit yang di sekitarnya di kelilingi oleh hutan lebat.

Sementara itu sang pilot utama tengah berusaha agar terhindar dari kecelakaan itu dengan melakukan berbagai cara. Meski ia tahu perbuatan itu akan sia-sia.

"Kapten, Kita semakin mendekat ke arah bukit!" Co-pilot itu semakin panik.

Sementara Tio, sang kapten sekaligus pilot utama dalam pesawat tempur semakin tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin memang inilah saat terakhirnya mengemudikan pesawat tempur yang ia geluti selama bertahun-tahun sebagai prajurit di Angkatan Udara negara.

Tidak berselang lama ternyata sang Co-pilot sudah tidak sadarkan diri disebelahnya. Tio sudah pasrah dengan apapun yang terjadi. Meskipun ia akan mati setelahnya.

Jarak pesawat sudah semakin dekat. Hingga tabrakan pun tidak dapat terhentikan.

Suara tabrakan terdengar cukup keras. Dua orang di dalamnya kini dalam keadaan tidak sadarkan diri. Namun untungnya pesawat ini tidak meledak akibat body pesawat yang terbuat dari bahan kokoh dan tidak sama sekali mengenai mesin dan alat-alat kelistrikan di dalamnya. Hanya saja bagian depan pesawat yang remuk akibat tabrakan itu.

Tidak jauh dari sana ada segerombolan manusia yang mendengar tabrakan pesawat tadi. Mereka segera menuju arah suara dengan berlari kencang.

Saat tiba di tempat kejadian orang-orang tersebut langsung mengeluarkan pilot dan sang co-pilot dari dalam body pesawat.

Salah seorang pria yang memimpin gerombolan tadi mencoba menyelamatkan kedua korban namun ia sadar bahwa salah satu dari mereka tidak dapat diselamatkan.

Pria itu lalu memerintahkan anak buahnya untuk segera menguburkan korban yang tidak selamat. Sementara yang selamat ia putuskan untuk dibawa pulang olehnya.

------

Tio, terbangun dengan bau khas seperti obat ramuan alami yang menyengat. Ia lalu sadar bahwa ia berada di sebuah tempat yang segalanya terbuat dari bambu dan kayu serta tempat tidur yang terbuat dari jerami.

"Kau sudah sadar?."

Tio terkejut akibat interupsi sebuah suara. Ia melihat seorang pria tambun yang hanya mengenakan penutup selangkangan saja. Pria itu juga memakai hiasan kepala yang terbuat dari kayu mahoni yang begitu indah. Serta kalung yang dihiasi dengan mutiara-mutiara yang indah.

"Aku adalah tabib Dontey disini. Jangan takut. Kau baru saja selamat dari kecelakaan yang mengerikan." Ucap Orang itu yang memanggil dirinya sebagai tabib.

"Aku dimana?" Tio bertanya pada tabib Dontey.

"Kau sekarang berada di Pulau Divwai. Pulau yang berada di tengah-tengah samudra. Pulau yang sulit dijangkau manusia luar. Dan jauh dari negaramu."

"Kau tahu negaraku?."

"Permaisuri ketua suku tadi menjengukmu. Dia bilang kalian dari negara yang sama. Dia melihat tanda pada pakaian yang engkau pakai."

"Permaisuri?."

Tabib mengangguk. "Istri ketua suku yang kedua. Dia menggantikan istri ketua suku yang telah meninggal. Dia bukanlah orang asli di pulau ini. Dia juga sama sepertimu terdampar jauh kemari."

"Berapa lama ia telah terdampar?"

"30 tahun"

"Apakah dia tidak mau keluar dari pulau ini."

Tabib terkekeh, "sekali engkau kemari, maka tidak ada jalan untuk keluar. Kau selamanya menjadi milik pulau ini."

Tio tercekat. Apakah ia akan sama seperti permaisuri itu. Tinggal disini untuk selamanya. Lalu bagaimana dengan keluarganya?.

TERDAMPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang