Eren keluar dari tengkuk Titannya, bersamaan dengan Mikasa yang datang di sebelahnya. Di mata Mikasa, ia seperti bukan melihat Eren. Ia seperti melihat seorang penjahat yang tengah membantai puluhan orang di kota Liberio. "kalian datang, setelah semua."
Ucapan Eren membuat Mikasa menggembungkan pipinya. "Kalian?" Eren kebingungan dengan balasan Mikasa.
Mikasa langsung menatap Eren tajam, membuat Eren sedikit bergidik. "Kita sudah lama tidak bertemu dan kamu menyapaku dengan, kalian? Apa tidak ada lagi yang ingin dikatakan? Sesuatu seperti apakah kamu mengubah gaya rambutmu? Atau apakah kamu kehilangan berat badan? Bagaimana dengan 'kamu terlihat sangat dewasa sekarang'? Atau 'aku sangat ingin mendengar suaramu'? Kamu bisa mengatakan 'aku benar-benar ingin melihat wajah kamu lagi'? Kamu bisa mengatakan 'aku ingin memelukmu sedikit'? Atau 'aku benar-benar ingin menciummu'? Kamu bisa mengatakan 'aku menjadi gila tanpamu' atau, atau, atau mungkin ini, eeee itu."
Eren langsung menunjuk War Hammer Titan yang kembali berdiri setelah kepalanya hampir terputus. "Hei, itu belum selesai, itu itu, liat!" Mikasa naik pitam, ia mencengkram kerah baju Eren, membuat Eren diam mematung menatap Mikasa yang begitu mengerikan. "Oi, kenapa kamu tidak mendengar ucapan ku?" Eren menggigil ketakutan, ia merasakan aura yang sangat mengerikan dari Mikasa. "Pilih salah satu dari yang ku ucapkan tadi!"
Eren mengangguk ragu, Mikasa sedikit melonggarkan cengkraman nya. "Jadi pilih yang mana?" Melihat Mikasa yang sudah melunak, Eren langsung menarik Mikasa ke dalam pelukan nya. "Sebenarnya ini bukan waktu yang tepat, tapi mengucapkan nanti pun sepertinya tidak akan bisa. Selamat ulang tahun Mikasa. Maaf aku selalu membawa mu dalam masalah yang ku buat, kau tahu? Aku hanya punya kamu, di masa lalu, di masa kini, dan di masa depan nanti, hanya kamu yang aku punya." Eren menatap Mikasa, sebaliknya dengan Mikasa, ia begitu senang mendengar suara yang sudah 10 bulan tidak ia dengar.
Eren mendekati wajah Mikasa, semakin dekat hingga bibir mereka menyatu.
Saat lagi menikmati waktu berdua, seseorang yang sering di panggil kapten mendekati mereka. "Oi jamet, dan Ackerman yang bucin, kenapa kalian malah ciuman di tengah peperangan seperti ini?" Eren menggaruk belakang kupingnya, ia terkekeh mengingat hal yang seharusnya ia lakukan. Tapi sebaliknya dengan Mikasa, ia langsung tersulut emosi ketika orang yang paling tidak di harap mengganggu momen sama Eren nya. "Dasar cebol sialan!" Mikasa mengarahkan Tombak Petirnya, dan.
DUAR!
Tanpa ragu Mikasa menarik pelatuk Tombak Petir tersebut, membuat Levi terpental entah kemana. Eren hanya melongo melihat tingkah Mikasa. "Tidak apa apa, si pendek itu tidak akan mati begitu saja, paling cacat." Bukannya merasa bersalah, Mikasa menunjukkan senyuman yang begitu indah, membuat Eren terpesona menatapnya. Eren langsung memeluk Mikasa sangat Erat, seakan-akan ia tidak mau melepaskan Mikasa.
Ending yang di harapkan;v
Selamat ulang tahun Mikasa Ackerman ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
OMINOUS THE FUTURE
Fiksi Penggemar"Follow me Garou, your strength potential for me destruction off world" Attack on Titan: Hijime Isayama One punch man: Story by One art by Yusuke Murata