TRUTH

4 0 0
                                    

Naki menarik kedua kakinya ke pelukan, menenggelamkan wajah diantara kedua kakinya, suara tangis perlahan semakin terdengar keluar, hanya sendiri di sel bawah tanah yang dingin dan juga gelap. Pelukannya semakin erat seiring rasa lapar yang dirasakannya.

Sedari kecil bertahan hidup dengan cara meminta, kalau sudah sangat merasa kelaparan dan tidak bisa berharap pada siapapun? Naki memilih untuk mencuri dari pedagang, kalau ketahuan mencuri tubuhnya akan menjadi samsak dan terkadang juga tidak melakukan apapun dia menjadi pelampiasan orang-orang mabuk yang lewat di dekatnya.

Dan sampai suatu hari seorang anak laki-laki menghampiri dirinya, menanyakan namanya dan bermain dengannya, Naki sama sekali tidak pernah terpikirkan ada seseorang mengajaknya bermain.

------

"Namaku Amefuri Hoshi, salam kenal ... tadi namamu siapa? Nak ... Na..,"

Naki melanjutkannya dengan suara datar, "Naki Will Revanshee,"

"Naki! Ayo kita main lagi! Hari ini kita di taman kota," ajaknya dengan suara riang.

"Tidak mau, semua anak disana berpakaian rapi, hanya kita saja yang berbeda."

Raut wajah Hoshi berubah mejadi sedih, melihat wajah sedihnya itu membuat Naki merasa bersalah menolak ajakannya, tapi tak lama kemudian raut sedih itu kembali cerah dan Hoshi tersenyum lebar.

"Naki udah makan?"

"Belum,"

Hoshi mengeluarkan sebuah roti dan membelahnya menjadi dua, "Ini buatmu."

"Ah ... makasih...."

"Hoshi ... seandainya saja kamu masih ada...." Naki bergumam dan menyebut nama Hoshi dalam tangis.

Jeritan kesakitan memenuhi ruangan, Naki mengambil langkah mundur ketika melihat teman satu-satunya berubah menjadi monster dan tak butuh lama dia jatuh dan tak bergerak lagi. Kedua mata sayunya terbuka dengan lebar, Naki ingin keluar dari tempat ini, Naki tidak ingin menjadi monster mengerikan seperti itu, tetapi kurungan besi membatasi pergerakannya ... terlebih lagi besinya dialiri oleh listrik.

"Siapapun tolong aku...."

------

Semenjak kepergian sahabatnya dia sama sekali tidak bisa merasakan kehangatan dari seorang manusia, sendiri, dingin di dalam sel khusus. Penerangan hanyalah sebuah sinar bulan yang masuh dari sela-sela pintu selnya.

Suara pintu penjara bergema, suara itu akan terdengar ketika makanan untuk Naki sudah ada. Brukh, makanan untuknya dijatuhkan begitu saja ke dalam selnya dari atas.

"Makanlah, kalau kami kehilangan monster berharga sepertimu, mereka akan marah pada kami."

Naki mengangkat kepalanya, "Monster berharga katanya...," gumamnya, Naki tidak bergerak, dia hanya menatap tubuh manusia itu datar, genggamannya menguat, dia lapar ... tetapi dia tidak ingin memakan manusia lagi seperti dirinya yang dulu.

"Lebih baik aku mati saja ...."

"Ingin mati? Keinginanmu untuk hidup hanya sampai sini saja?"

Naki mendongak ke atas, "Siapa? Penjaga penjara lebih baik diam saja."

"Ckckck, lucu sekali, padahal kamu sudah diberikan kekuatan yang cukup untuk membalaskan dendammu."

"Aku tidak dendam pada mereka yang mengubahku menjadi seperti ini ... aku hanya ingin mengetahui kenapa aku terpilih oleh mereka untuk dijadikan kelinci percobaan," balasnya.

TRUTH |Anthology Bersambung|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang