NB : PART INI TERDAPAT KONTEN DEWASA, PEMBACA HARAP BIJAK DALAM MENYIKAPI ISI BACAAN. TERIMAKASIH DAN SELAMAT MEMBACA ;p
"Berhenti berpura-pura!" Ucapnya dengan tatapan sinis, hingga Belfa pun merasa terintimidasi oleh tatapan pria ini.
"Dimana kau Tadi malam? Hari Ini akan menikah, masih sempat-sempatnya kau pergi ke hotel? Dan masuk tanpa ragu ke diskotik! Lalu aku harus menilaimu bagaimana? Setelah aku memiliki bukti kuat?! Bertemu siapa? Apa yang kau kerjakan? Hanya kau dan tuhan yang tau! Menjijikkan!"
"Tidak! Itu tidak benar" ucap Belfa menggeleng mencoba membela dirinya dengan isakan, hatinya benar-benar hancur mendengar tuduhan dari pria di hadapannya ini, bila bukan demi dirinya, ia juga tidak akan pergi ketempat seperti itu.
"BERHENTI MENCARI ALASAN!" Bentak Leo dengan lantangnya, entah apa yang merasukinya, pria itu tiba-tiba sangat emosi memikirkan hal itu. Padahal jelas, ini adalah rencananya sendiri.
'Ada apa denganku?!' Gumamnya dalam hati. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan Belfa yang masih menangis.
Untung saja, para tamu undangan telah di antar oleh kakek Matheo dan Doughlas undur diri semenjak kehadiran Zefia. Sehingga pertengkaran diantara pengantin baru tersebut tiada yang menyaksikan.
Sedang kakek Matheo, beliau telah berada di sudut lain menyaksikan pertengkaran di antara keduanya, dimana ia bisa melihat perlakuan Leo pada Belfa dengan matanya sendiri.
Tuk tuk tuk terdengar langkah kaki di belakang pria tua itu.
"Theo, mengapa kau tidak mengatakan yang sesungguhnya pada keduanya? Jika saja kau mengatakannya, mungkin kejadian barusan tidak akan terjadi"
"Tentu saja itu tidak mungkin ku lakukan""Huh... apa yang kau pikirkan? Mengapa kau mengira caramu ini sudah benar? Bukankah kau melihat sendiri dengan mata kepalamu jika cucumu, keponakan ku satu-satunya itu menderita?"
"Tutup mulutmu Doga (panggilan Akrab Doughlas)"
"Huh... Bel.. maafkan ayah angkat, ayah sudah mencoba membujuk pria tua keras kepala itu, tapi dia masih tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada kalian berdua demi rencana mak comblangnya yang entah apakah akan berhasil atau malah sebaliknya"
Matheo Berbalik arah memunggungi Doughlass yang masih berdiri menatap ke arah Belfa yang Tampak berlari menjauh dari tempatnya berdiri.
'Aku harus membuat hubungan keduanya berhasil, karena aku mencintai keduanya, aku tidak bisa membiarkan cucuku berada dalam bahaya lagi, aku sudah kehilangan istri dan putriku, sekarang tidak untuk Belfa cucuku! Apapun yang ku lakukan, semua demi kebaikannya' Gumam Matheo bertekad dalam hati.
'Mengenai Leo, kau harus berusaha mengambil hatinya Bel.. kakek percaya kau mampu. Pria itu mampu melindungimu, dengan kepintarannya dan kemampuannya yang sekarang, tidak ada yang tidak mungkin tidak bisa ia lakukan, maafkan kakek memberikan posisimu pada Anak lain, kakek hanya berusaha mendidiknya untuk menjadi kuat dan mampu melindungimu, jika tidak begitu, bagaimana kakek bisa tenang meninggalkanmu? Kakek sendiri tidak tau, sampai kapan kakek mampu bertahan di usia yang sudah se-senja ini.' tambah Matheo bergumam
***
Belfa berada di kamarnya, menangisi dirinya semenjak kejadian tak mengenakkan tadi.
Seharusnya ia berada di kamar pengantin yang sudah di siapkan di Villa utama tepatnya itu adalah kamar milik Leo yang kini juga telah menjadi kamar mereka, namun gadis itu memilih kembali ke tempat ternyamannya saja, karena hubungan di antara ia dan Leo kemungkinan tidak akan pernah terjadi.
Ia terduduk di depan cermin, menatap dirinya di balik kaca, sembari tangannya melepas satu persatu atribut pernikahan yang masih melekat di tubuhnya.
Setelah semuanya terlepas sempurna, gadis itu pun beranjak dari duduknya, tanpa berpakaian sehelaipun ia berjalan ke arah kamar mandi dengan perasaan hancur mendengar tuduhan dari sang suami.
Tatapannya kosong, ia baru menyadari, betapa sang suami membencinya.
Dihidupkannya shower, lalu ia pun menangis dalam berisiknya gemericik air yang berjatuhan menyentuh permukaan kulit putihnya.
Tidak terasa, tiga puluh menit telah berlalu, di kenakannya bathrobe dengan asal dan handuk kecil untuk membungkus rambutnya yang basah.
Lalu Gadis itu pun membaringkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengeringkan rambut dan berganti pakaian tidur lebih dulu. Baru kali ini Gadis ini tidak perduli dengan kesehatannya sendiri. Sepuluh menit kemudian sang gadis pun tertidur dengan perasaan lelah.
Brak!!! Tiba-tiba suara gebrakan di depan pintu kamar membangunkannya.
"Leo!" Lirihnya kecil ketakutan, melihat pria yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya.
Kedua tangan ia silang ke dada reflex melindungi bagian sensitifnya yang tengah tidak mengenakan apa-apa selain balutan bathrobe.
Biasanya tiada yang akan datang, apalagi menerobos ke kamarnya, sehingga Belfa tidak pernah khawatir, tapi kali ini tidak menyangka, jika Leo akan mendatanginya dengan cara seperti ini.
"Apa yang kau katakan pada kakek hah?! Kau sengaja membujuknya untuk memaksaku pulang?! Malam pertama!? Apa ini yang kau inginkan?!!! Baik, akan aku berikan padamu!!!" Ucapnya dengan kasar sembari berjalan semakin mendekat ke arah Belfa yang juga tengah memundurkan dirinya berusaha semakin jauh dari pria yang jelas berjalan semakin dekat ke arahnya.
Namun tentu ia tidak bisa kabur lagi, terlebih ketika ia merasakan punggungnya telah menyentuh senderan kasur.
"Tidak!" pekiknya kala Leo menarik kedua kakinya hingga gadis itu terbaring di bawah prianya yang seperti Tengah merangkak diatas tubuhnya.
"Sudah tau takut? Sudah terlambat!"
"Aku tidak.." Belum sempat menjawab, bibirnya telah di kunci oleh bibir Leo. Pria itu melumatnya dengan kasar dan tak memberikan gadis itu waktu jeda untuk sekedar menarik napas.
Gadis itu berontak dan memukul-mukul dada sang suami meronta minta di lepaskan.
Kini kedua tangannya yang terus berontak pun telah di kunci Leo dengan sebelah tangannya yang besar, sedang sebelah lagi bergerilya menyentuh gundukan kenyalnya.
Gadis itu menitikkan air matanya, hatinya hancur, meski pria ini adalah suami sahnya, namun perlakuannya membuat ia merasa di lecehkan.
Meski terus berontak, tapi kekuatannya tidak sebanding dengannya.
Leo semakin menggila, ia bagai kehilangan kesadarannya, apapun yang Belfa katakan, pria itu seakan tidak mendengarnya, bahkan ketika gadis itu menangis meminta di lepaskan, semua usahanya percuma.
Karena Leo, kini telah tidak berbusana.
Tak menunggu lama, dengan kasar ia melepas bathrobe sang istri dengan mudahnya, dan menancapkan inti dirinya langsung tanpa pemanasan.
"Akh! Sakit!" Eluh Gadis itu seketika dan air matanya semakin membanjiri kedua pipinya.
Sedang Leo sangat menikmati cumbuannya. Hingga beberapa menit kemudian ia pun telah mencapai pelepasannya, pria itu terlihat sangat puas, dan seketika membaringkan diri di atas tubuh sang istri tanpa sadar dan tertidur setelahnya.
Belfa hanya bisa menangis dan terisak dalam diamnya.
Dari bau Alkohol yang begitu kuat tercium, ia berfikir mungkin Leo bertindak seperti ini karena pengaruh minuman tersebut, hingga ia tidak menyadari apa yang telah ia lakukan.
Lalu gadis itu pun berjalan menuju kamar mandinya, berdiri telanjang menatap dirinya yang berantakan, dengan tanda kemerahan yang memenuhi tubuhnya.
"Dia pasti tidak sadar, sehingga melakukan ini padaku" pikirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan Hatimu
RomanceWarning!! ini Novel ROMANCE, BUKAN RELIGI. *** Maleo Dirgatama, adalah satu-satunya penerus di keluarga terpandang Dirgatama. Sifatnya yang pendiam, dingin, dengan sorot mata yang tajam, membuat siapapun takluk di bawah kakinya. Tiada yang ia takut...