Semakin dewasa, semakin kita sadar banyak sekali hal yang kita lepas dari hidup kita. Hubungan pertemanan misalnya, jika dulu kita mempunyai banyak sekali teman bahkan lebih dari 30 orang. Kini kita hanya mempunyai 1-3 orang teman yang berada di samping kita. Entah karena perbedaan paham, waktu luang atau tempat tinggal, itu bisa menentukan banyak tidaknya lingkup pertemanan kita.
Sementara untuk cinta?
Pandangan kita tidak lagi semudah anak kecil yang jatuh cinta hanya dengan melihat senyuman laki-laki di depannya. Cara dia berpikir, berbicara, perilaku serta kepribadian mulai memasuki faktor jatuh cinta saat dewasa. Tak terhitung berapa banyak hubungan yang kandas hanya karena berbeda pemikiran, beda agama, beda tujuan hidup. Saat itu terjadi bisakah seseorang benar-benar melepaskan perasaannya?
Aku tidak tau tentang cara melepaskan bagi orang lain, yang ku tau untuk diriku sendiri melepaskan adalah proses rumit dan memerlukan banyak waktu. Aku teringat sebuah kutipan dari Boy Candra dalam bukunya Sebuah usaha melupakan,
"Tidak semua orang benar-benar berani melepaskan, meski sudah dibunuh paksa hatinya. Perihal perasaan, cinta. Bukanlah hal yang bisa dihapuskan dengan pemisahan paksa. Bukanlah sesuatu yang bisa mati meski kau bersikeras dan melangkah sejauh-jauhnya pergi. Ia akan menetap di hatimu, seperti halnya ia menetap di hatiku"
Perasaan memang hal yang memusingkan. Karena perasaan lahir dengan sendirinya tanpa bisa dicegah ataupun dihindari. Sekeras apapun usahamu untuk menepisnya, maka kau tidak akan pernah bisa lepas dari jeratannya. Semakin keras usahamu untuk melupakan, maka semakin merekat ia dalam ingatan.
Setelah lama berbicara dengan diriku, mengenai apa yang harus dilakukan maka aku memutuskan untuk belajar melepaskan.
Tidak mudah.
Tapi bukan berarti tidak bisa untuk dicoba bukan?
Apa yang harus dilakukan?
Pertama, jangan kau tepis perasaanmu. Akui saja.
Akui saja jika kau masih belum bisa melepas, akui saja kalau kau terluka oleh karena itu, akui kalau kau cukup tersiksa dibuatnya. Jangan pernah merasa malu dengan perasaan itu, karena perasaan adalah sesuatu yang normal bagi manusia. Justru akan tidak normal saat kau tidak merasakan apapun terhadap sesuatu yang mengganggumu.
Kedua, tanamkan pikiran "aku adalah prioritas dalam hidupku"
Ya, kamu adalah prioritas utama dalam hidupmu. Diri mu adalah prioritas dari segala hal yang ada dalam hidupmu. Kamu berhak mendapatkan kebahagiaan terbesar dalam hidupmu. Kamu berhak mendapatkan posisi utama dalam hidupmu. Lakukanlah hal yang membuatmu bahagia, dan jauhkan dirimu dari hal yang membuat mu menderita.
Cintai dirimu.
itu adalah hal terpenting dalam hidupmu.
Jika dia tidak bisa mencintai dirimu, itu bukanlah masalah mu melainkan masalahnya. Permasalahanmu adalah saat kamu tidak mencintai dirimu sendiri. Permasalahanmu adalah saat kamu melukai diri kamu dengan hal-hal yang kamu tau bahwa itu akan membuatnya sakit.
Karena jika kau mencintai dirimu, maka kau akan tau apa yang tebaik untuk dirimu sendiri. Dan kau akan bertanya "Apakah mempertahankannya merupakan keputusan yang tepat untukku? Apakah hal itu bisa membuatku bahagia?" setelah pertanyaan seperti itu muncul dalam pikiranmu, maka kau akan menentukan kembali prioritas yang tepat dalam hidupmu.
Ingat kau adalah prioritas utama dalam hidup, kau berhak merasakan bahagia dan menentukan jalan mana yang akan kau pilih.
Saat kau sudah menempatkan dirimu dalam prioritas utama hidupmu, maka perlahan kau pasti akan bisa melepaskan. Karena kau melepaskan bukan demi kebaikan "dia", tapi kau melepaskan demi kebaikanmu. Agar kau dapat melanjutkan hidupmu dengan bahagia di masa depan.
ini bukanlah hal yang egois. Dan jika ada sebagian orang yang berpendapat ini egois, maka tak apa bersikap egois dalam hal ini.
Kebahagiaan mu merupakan hal utama dalam hidupmu.
Hidupmu adalah pilihamu.
Dan kau bisa memilih untuk bahagia, atau tetap terperangkap dalam masa lalu yang tak berujung.
Jadi apa pilihan mu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Jiwa
Non-FictionSeiring bertambahnya usia banyak sekali faktor yang tidak disangka hadir muncul dalam hidup kita. Hubungan antar teman, keluarga, kekasih bahkan pekerjaan, sering kali membuat penat dan sibuk. Sehingga tak jarang kita mengabaikan perasaan diri sendi...