Mimpi (7)

30.8K 1.4K 50
                                    


yoowwww, nih aku kasih par end yang sesungguhnya biar gak gantung2 banget wkwk...

makasih yang udah follow dan jgn lupa juga buat tetep VOTE yawww dan ini partnya lumayan panjang, mudah2an kalian puas dan dapet feelnya

.

.

.

.



( 1 tahun kemudian )



Giana menatap haru pada dirinya sendiri lewat pantulan kaca dihadapannya. Hari ini adalah hari yang paling ia tunggu-tunggu. Dirinya tampak cantik dengan kebaya berwarna biru soft yang dipadukan dengan make up ala Melisa.

Setelah puas menatap dirinya sendiri dan memastikan tidak ada yang terlewat, Giana akhirnya keluar dari kamarnya dan menghampiri keluarganya yang sudah menunggu.

"kak Gi cantik banget!" puji Nanda begitu melihat kedatangan sang kakak.

"harus dong, Giana gitu loh" ujar Giana mengibas rambutnya yang digerai separuh.

"kayak kunti" lanjut Nanda lagi dan sontak membuat Giana melotot tidak terima.

"Nanda jangan ganggu kakakmu, kita udah mau berangkat ini loh" tegur Melisa.

Giana menjulurkan lidahnya untuk mengejek Nanda kemudian dengan langkah yang dibuat anggun ia melengos melewati sang adik yang menatapnya sembari terkekeh.

Hari ini selain dirinya, keluarganya juga tampak serasi. Mereka semua mengenakan seragam yang disesuaikan dengan apa yang Giana pakai.

Sesampainya di tempat tujuan, Giana langsung bertemu teman-temannya yang penampilannya tak kalah cakap dengannya. Kemudian mereka langsung diarahkan untuk menempati tempat yang tersedia. Giana melambaikan tangannya pada keluarganya yang menempati tempat terpisah.

Sekarang entah kenapa Giana mulai merasa gugup. Padahal sedari tadi ia merasa biasa saja, apalagi ditambah dengan tingkah tengil sang adik yang membuatnya melupakan apa yang akan ia hadapi.

Dadanya kian bergemuruh hebat ketika sampai namanya dipanggil.

Giana meghembuskan nafasnya kemudian bangkit dan berjalan kearah podium. Ia menjaga langkahnya agar tidak terjadi hal yang memalukan seperti tersandung mungkin? Sangat tidak lucu jika itu terjadi.

Setelah berjabat tangan dengan jajaran tetua kampusnya, ia berbalik dan menatap bangga pada arah hamparan tamu yang berisi para keluarga mahasiswa dibelakang sana, meski ia sendiri tidak tahu dimana persis keluarganya berada.

Tanpa Giana sadari, diantara kerumunan itu pula, ada seseorang yang menatapnya tanpa lepas. Seseorang yang bahkan sudah lebih dulu hadir sebelum dirinya.



@@@@@@@




Giana menghampiri keluarganya dengan sorak gembira yang disambut tak kalah bahagia oleh keluarganya. Sang ayah langsung menarik gadis itu dalam pelukannya dan mengecup lama pelipisnya.

"kamu berhasil, I'm proud of you" bisik sang ayah penuh haru membuat mata Giana berkaca-kaca. Ia sendiri tidak menyangka jika ia akan sampai dititik ini.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang