1. Kerumunan Kehadiran

41 9 0
                                    

"Hidup Rhythm!"

"Hidup Melodimu!"

"Hidup Cahaya Keabadian!"

"Selamat datang di Valley of Triumph!"

Penduduk negara bersalju yang penuh semangat itu mulai bersorak-sorai saat sebuah wagon biru tua yang ditarik oleh dua kuda putih muncul memasuki area perkotaan. Kuda-kuda itu tampak bersinar seperti wajah seseorang yang sedikit menyembul di balik tirai kereta.

"Hei!"

Wajah tadi masuk kembali. Masker kainnya hampir lepas.

"Ah, maaf," ucap wajah tersebut. Buru-buru ia membenarkan simpul kain yang menutupi hidung dan mulutnya di belakang kepala.

"Jangan menunjukkan diri sebelum kereta berhenti. Kau ingat, kan?"

Wajah itu mengangguk.

Setelah itu, sepi lagi.

Di dalam wagon tetap sepi walaupun orang-orang menyambut mereka dengan suka cita meledak-ledak. Namun, pria bermasker itu dapat mendengar debar jantung dua orang yang duduk di depannya dan satu orang di sampingnya.

Sang pemuda menyeringai di balik masker, hanya tampak mata kuning cerah yang menyipit. "Sepertinya kalian sangat gugup," ucapnya tenang.

Salah satu orang di depan sang pemuda membuka topeng kupu-kupunya kemudian menarik napas sekali. Kedua pipinya bersemu hijau persis warna matanya. "Bagaimana tidak? Ini akan menjadi pertunjukan pertama kami!"

Wajah imut gadis hijau tersebut membuat sang pemuda tertawa kecil.

"Oh, ya?" Sang pemuda sedikit membungkuk lalu menopang kepala dengan tangan. "Kan sudah latihan berkali-kali, harusnya semangat, dong!"

Sebelumnya, mereka bertiga memperkenalkan diri sebagai anggota baru rombongan pemusik "Rhythm", yang hijau namanya Calla, dari Isle of Dawn, jago bermain obo dan hobi menepuk gendang punya salah satu anggota lama Rhythm.

Terdengar suara dari topeng lebah di sebelah Calla. "Yah, cuma Tek yang latihan lebih dari lima belas jam sehari, aku dan Calla mana kuat!" ucapnya sambil menepuk paha beberapa kali. "Pasti cuma dia yang semangat di antara kami."

Topeng lebah tersebut bernama Zor, dari Daylight Prairie. Pemain handpan, sangat dekat dengan Calla seperti tidak bisa dipisahkan.

"Hm ...." Iris kuning sang pemuda melirik orang di sebelah kanannya yang menggunakan topeng ngengat. "Tapi, dia juga sama-sama gugup seperti kalian."

Orang yang dibicarakan menengok dengan cepat, dagunya hampir mengenai dahi pria bermasker kain tadi. Tidak ada yang dapat melihat wajahnya, tetapi mereka dapat membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya saat ini, datar dengan mata terbelalak.

Tek dikenal sebagai pemuda yang tidak banyak bicara, tenang, dan sedikit dingin. Punya banyak penggemar karena berwajah tampan--menurut Tek hal tersebut cukup mengganggu kegiatan sehari-harinya dan Zor akan memukul belakang kepala Tek setiap sang pemuda mengatakan itu.

Suara kecil terdengar dari mulut Tek. "Uh, memangnya aku tidak boleh gugup?"

"Hah!?" Calla dan Zor berseru bersamaan.

Tidak hanya dua anggota baru tadi, seluruh orang di dalam wagon menengok ke arah Tek.

"Apa?" Terdengar suara bersemangat dari arah bilik di mana pengemudi wagon berada. "Tek juga gugup?"

Tampaknya Tek sedikit kesal sehingga ia bertanya, "Wajar, dong, kalau aku gugup. Kenapa Ares bisa tahu?"

Pemuda kuning tersebut--Ares--meregangkan tangan ke atas dengan ekspresi bangga kemudian membalas, "Waktu kubilang pendengaranku baik, aku tidak berbohong, lo." Jari telunjuknya mengetuk dada kiri Tek.

Serve the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang