One

13 10 0
                                    

Rumor












Rumor tentang sejumlah kematian misterius di sebuah desa terpencil di Prefektur Yamagata menyebar luas di internet. Bahkan sampai ke telinga orang-orang kota, seperti Tokyo contohnya.

Akabane Rin, si rambut merah yang memiliki sifat super tenang, dan empat orang temannya sekarang bahkan sedang membicarakan rumor tersebut di dalam kelas. Mereka saling berdebat satu sama lain. Ada yang meyakini jika rumor itu adalah palsu dan hanya dibuat agar orang-orang menjadi takut dan ada juga yang percaya jika rumor itu memang benar-benar terjadi.

"Desa itu juga disebut desa terkutuk," celetuk Ishikawa Ryo, murid paling pintar di kelas, dia terdiam sejenak, lalu menambahkan, "Kalian tahu, orang-orang di sana akan mati secara misterius setiap bulan pada tanggal 7. Rumor lainnya juga orang mati itu berjumlah 7 orang."

Mendengar celotehan Ryo, semuanya bergidik ngeri. Kecuali, Akabane Rin. Dia merasa bahwa rumor itu biasa-biasa saja dan tidak semengerikan itu jika didengar berulang-ulang.

"Aku tidak percaya!" Anak laki-laki dengan rambut cepak yang diwarnai pirang, Ryuzaki Momonosuke, menolak percaya pada perkataan Ryo. "Itu semua hanya rumor di internet. Tidak ada bukti! Itu hanya berita palsu," katanya.

Rin menopang dagunya dengan tangan, lalu bergumam, "Aku juga tidak percaya tentang rumor itu."

Semua yang ada di sana langsung menoleh ke arah Rin dan menatapnya bingung.

"Rin, tidak biasanya kau menyetujui perkataan Ryuzaki. Biasanya pendapatmu dan dia akan selalu bertentangan," ujar Mizaki Kousuke, si Ketua Kelas yang dijuluki 'Mata Empat' karena memakai kacamata.

Rin melirik ke arah Ketua Kelas, ia terdiam sejenak, lalu membalas, "Aku bukan mendukung Ryuzaki. Hanya tidak percaya jika aku tidak melihatnya sendiri."

"Kau benar, tidak ada bukti apa pun tentang cerita itu. Bisa saja cerita itu dibuat hanya untuk menaikan popularitas." Si tukang onar, Kentaro Yamashita, juga ikut berkomentar soal rumor itu.

"Kalian mau ke sana untuk membuktikannya sendiri?"

Semuanya bersamaan menoleh ke arah suara yang tiba-tiba muncul itu. Ryuzaki mendengus saat mengetahui si pemilik suara ternyata Yamato Hanabusa, yang kini berdiri di ambang pintu kelas sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan tersenyum tipis.

"Untuk apa?" tanya Ryuzaki malas. "Kau mau membuktikan apa di sana? Sudah jelas bahwa cerita itu hanya dibuat oleh sekelompok orang yang tak bertanggung jawab." Raut wajahnya kesal karena tidak ada satu orang pun yang mendengarkan ucapannya, selain Rin.

"Tenanglah Ryuzaki. Yamato hanya sedang bergurau. Iya, kan?" kata Mizaki mencoba untuk menengahi antara keduanya.

Ryuzaki mendengus keras. "Bahkan Rin juga setuju dengan ucapanku," katanya bangga.

Yamato menyeringai sambil melangkah pelan mendekati lima orang itu. "Kau dan Kentaro selalu unggul dalam berbuat onar." Dia melihat Ryuzaki dan Kentaro bergantian, kemudian melanjutkan perkataannya lagi. "Tapi, saat membahas masalah ini kau jadi gelisah dan terlihat takut. Jadi rumor tentang kau yang takut akan hal-hal gaib itu benar, ya?" Ada nada mengejek di dalam suara Yamato saat mengucapkannya.

Suara gebrakan meja menyusul setelah perkataan dari Yamato selesai. Ryuzaki berdiri menjulang di hadapan pria kurus tinggi itu sambil memegang kerah seragamnya. "Kau... Sialan... Mau kupukul?!"

Mizaki buru-buru bangkit dan melerai keduanya. Ia sekuat tenaga mendorong tubuh kekar milik Ryuzaki agar menjauh dari Tomoyuki. "Hei, hentikan! Apa-apaan kalian berdua ini!" Lagi dan lagi, Mizaki menjadi penengah antara temannya itu.

Higanbana TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang