BAB 1

5.3K 244 59
                                    

"Gimana mas? Kapan bisa sidang skripsinya?" tanya seorang gadis kepada jejaka yang bernama Rafli.
Rafli baru saja keluar dari ruang dosen.

"Kata DosPem bagian kesimpulan dan saran, terlalu bertele-tele. Langsung on point nya aja. Soal_"

"Ok! Paham. Nanti malam, pulang dari toko aku kerjakan. Cuma itu aja kan?" potong gadis yang bernama Ica.

Selain kuliah, gadis ini juga bekerja paruh waktu di salah satu toko olahraga sebagai input data.
Dia memasukkan nota penjualan dan nota pembelian.

"Biar aku kerjakan sendiri aja, Ca. Kamu pasti_"

"Kalo mas Rafli yang kerjakan, bisa-bisa jadinya tahun depan. Mas Rafli mau wisuda tahun ini nggak sich?
Nggak enak lho sama mama..." Kata Ica.

"Nggak enak kenapa?" tanya Rafli.

"Hampir tiap ketemu mama selalu ngomong, 'kapan aku bisa liat Rafli wisuda'.
Aku kan jadi segan mas, ntar di kira mama, aku nggak bantuin.
Padahal aku yang ngetik, aku yang cari referensi sampe ngajarin mas presentasi. Itu semua supaya mas cepet wisuda." Oceh gadis ini.

"Nggak usah di masukan dalam hati, Ca."

"Mas enak ngomong kayak gitu."

"Ya uda, atur aja, Ca. Gimana caranya biar aku wisuda tahun ini. Biar kamu kalo ketemu mama, nggak segan lagi." kata Rafli.

Ica tak memberikan jawaban.

"Kita ke kantin yuk!" ajak Rafli.

"Ngapain? Aku mau selesaikan skripsi ini dulu, biar besok mas bisa konsultasi lagi." ujar Ica seolah keberatan dengan ajakan Rafli.

"Bentar doank, Ca. Ngasih tau anak-anak juga progress ku menghadap tadi."

'Nggak mungkin sebentar, paling bubarnya barengan dengan kantin tutup. Itupun soalnya di usir.
Lagian ngapain ngasih tau mereka? Toh mereka ga ada kontribusinya. Nggak pernah bantu skripsi mu.' Ica hanya bisa mengomel dalam hati.

Tapi Ica nggak mungkin menolak, karena ia sangat menyukai jejaka ini. Dia juga merasa senang jika berada di dekat Rafli.

Dengan terpaksa, ia menemani Rafli ke kantin.
Sapaan dan sambutan terdengar saat mereka memasuki kantin.

"Gimana Raf? Bisa maju kapan?" tanya seseorang di antara mereka. Maksud maju adalah sidang skripsi.

"Belum tau. Besok masih menghadap lagi." balas Rafli dan mempersilahkan Ica duduk di sebuah kursi yang kosong.

Tak hanya lelaki, di situ juga ada beberapa gadis, dan ada di antaranya menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih.

"Jangan lupa! Itu semua karena Ica. Kalo nggak ada Ica, mungkin kamu di DO." suara seorang gadis.

"Sebenarnya kalian itu gimana sich?" Tanya teman Rafli.

"Maksudnya apa?" Rafli balik bertanya.

"Hubungan kalian. Pasangan kekasih kah? Atau apa?"

Ica menatap Rafli yang sedang melihatnya, lalu jejaka ini tersenyum.
Ica nggak tahu arti senyuman ini, tapi berhasil membuat Ica malu.
Dia menundukkan kepala, pipinya terasa panas.
Ica pura-pura melihat ponsel sambil menunggu jawaban Rafli.

"Nggak ada apa-apa. Kita cuma teman. Kebetulan rumah kita dekat. Jadi pulang pergi bareng, ngerjain skripsi nya enak." Jawab Rafli.

Hati Ica langsung mencelos saat mendengar jawaban Rafli.
Tentu saja jawaban ini diluar dugaan nya dan membuat Ica kecewa.
Dia berharap 'lebih' dari kedekatan mereka selama ini.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang