Polos? Tidak, tidak! Kekasihnya tidak sepolos itu untuk disebut sebagai gadis polos, pasalnya usianya hanya dua tahun lebih muda darinya, mereka bahkan beberapa pernah melakukan hal lebih dari hanya sekedar petting, itupun karena ulah gadis itu sendiri yang seolah tidak sadar telah membuat juniornya berdiri di bawah sana.
Seperti saat ini, Narenth hanya bisa mengumpat dalam hati saat ia tengah bermain ponsel diatas ranjang kamar gadis itu dan sialnya, Lona malah naik keatas pangkuannya, tersenyum manis sampai ia tidak bisa menolak.
"Kenapa?" tanya Narenth dengan suara beratnya.
Sedangkan Lona, gadis itu terkekeh dengan mata berbinar sambil menatap mata kekasihnya dan bola yang sejak tadi naik turun dileher Narenth bergantian.
Narenth yang paham lantas tersenyum miring, mendongak sengaja memperlihatkan lehernya pada Lona. Menunjukan jakunnya yang naik turun dengan jelas, "pegang aja kalau kamu mau."
"Boleh?" tanyanya dengan mata lucu meminta izin, jelas Narenth akan mengangguk, ini seperti kesempatan dalam kesempitan. Mungkin dengan begini ia akan mendapatkan jatahnya setelah dua minggu ini gadis itu terus beralasan.
Pelan jari telunjuk itu menyentuh jakun Narenth, membuat laki-laki itu lantas menelan salivanya merasakan jakunnya disentuh.
"Lucu," komentarnya sambil mencari mata Narenth yang juga menatapnya dengan pandangan serius, bukannya takut, Lona malah senang melihat tatapan serius seolah memiliki niat lain itu. Narenth semakin tampan.
Lona kembali menyentuh jakun Narenth, berkali-kali sampai ia merasakan gelenyar aneh setiap kali Lona menyentuhnya. Matanya tidak bisa luput dari Lona yang tengah serius bermain-main dengan jakunnya, matanya terlihat penasaran dengan tatapan polos, bibirnya sedikit terbuka lalu sesekali tertawa menahan gemas.
Narenth tidak tahan, lantas saat wajah gadisnya semakin serius bermian dilehernya. Ia menarik tengkuk kekasihnya, memangut bibir keduanya rakus, merasakan manis bibir Lona yang lama tidak ia rasakan. Mengabaikan kekasihnya yang memberontak dengan menahan tegangan kuat, menarik pinggang mungil Lona untuk semakin menempel dengannya.
Lidahnya memaksa masuk kedalam lidah gadisnya, mengapsen setiap sudut mulut Lona, menyesap lidah Lona sampai gadis itu merasakan bibirnya membengkak karena ulah kebrutalan kekasihnya.
"Heunghmmm," Lona berusaha mendorong tubuh kekasihnya agar sedikit menjauh, "iiiih kak Nana! Kebiasaan nggak aba-aba dulu deh!" keluhnya setengah kesal.
Narenth terkekeh sambil menghapus sisa saliva dibibir Lona, menatap bibir gadisnya yang membengkak bergantian dengan mata Lona, "kalo aba-aba pasti kamu nolak."
"Tanggung jawab," katanya dengan suara santai namun dan tatapan menuntut.
"Tanggung jawab apa?" tanyanya seolah tidak sadar dengan apa yang terjadi, sementara ia terus menahan dada bidang Narenth ketika laki-laki itu membuatnya perlahan berbaring diatas ranjangnya.
Narenth sempat mengecup rahang Lona sebelum kembali menatapnya, "kerasa?" katanya sambil menekan penisnya yang menggembung pada vagina Lona yang berada dibawah kungkungannya.
"Heun~" Lona langsung menutup mulutnya, bahkan keduanya masih sama-sama terhalang celana, namun penis Narenth terasa begitu menusuk.
Sementara Narenth tersenyum penuh kemenangan, menatap Lona dibawahnya yang pasrah dalam kungkungannya, "udah dua minggu nggak main, masa iya nggak kangen dikontolin?"
Kelanjutannya ada di trakteer yaaa
Ada yg nungguin forbidden 5?
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children