51. Ingatan Membawa Lara

380 29 1
                                    

RUMAH dua lantai yang memiliki halaman luas itu tidak banyak berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RUMAH dua lantai yang memiliki halaman luas itu tidak banyak berubah. Denis masih bisa melihat bunga bougenville yang ditanam mengikuti lekuk pagar rumah. Pot-pot kecil berisi berbagai macam tanaman mungil pun ia jumpai tertata apik di tepian teras. Kali ini warnanya cerah dan segar, menunjukan dengan jelas kalau mereka terawat dengan baik, tak terbengkalai seperti dulu.

Di garasi, terdapat banyak sekali perkakas yang diletakan di rak tempel dinding. Tak terlalu rapi, juga tak terlihat berantakan, masih wajar bagi Denis untuk ukuran seorang bujangan yang tinggal sendirian di perkotaan.

Langit masih betah berkawan dengan hujan. Gelapnya tidak mengurungkan langkah Denis untuk terus mengekori Nathan. Malam itu ia tidak punya pilihan akibat kecerobohan Sandy yang membuatnya terkatung-katung tak bertujuan. Kalau dilihat lagi, sepertinya cuaca pun turut serta membuatnya tersudut, sebab hingga pukul delapan malam hujan malah bertambah deras disertai angin kencang.

"Mau makan apa Nis?" tawar Nathan sambil berupaya membuka kunci pintu rumahnya.

Tidak ada sahutan. Gadis itu mematung, memandangi sesuatu yang terparkir gagah di garasi. Meskipun terututup body cover, Denis tahu, di balik tudung berwarna silver itu ada moge yang menyimpan banyak cerita di dalamnya. Denis pikir, setelah kecelakaan dua tahun lalu Nathan akan menjual motornya, namun ternyata tidak demikian.

Plat nomor yang sedikit tersingkap membuat Denis yakin. Di hadapannya itu masih motor yang sama, yang beberapa kali membawanya mengitari ibu kota bersama pria yang juga masih menyita hati dan pikirannya.

"HEH KOK BENGONG?! Masuk dulu deh, nanti kesambet lo!"

Denis mendecak pelan, tiga hari sudah berlalu sejak pertemuannya kembali dengan Nathan. Ternyata ia sudah mulai terbiasa dengan celotehan pria itu yang selalu menohok dan membantai pertahanan dirinya yang lemah.

"Taneman di depan itu, lo yang nyiremin Nat?" Denis menahan langkahnya tepat di depan pintu. Ia seperti ragu-ragu untuk memasuki rumah Nathan yang sudah lama sekali tak ia sambangi.

"Ya emang siapa lagi?" ketus Nathan tanpa tedeng aling-aling.

"Nggak... Gu-gue pikir..."

"Lo ngapain diem di situ? Buruan masuk! Anginnya gede banget itu!"

Dengan langkah yang masih tak mantap, mata Denis memindai seisi rumah. Luas sekali, sepi dan kosong. Meja kursi rotan itu terlihat seakan tak pernah menerima tamu karena terlalu rapi, beberapa pasang sepatu tertutup rapat oleh kotak berbahan mika, dan untuk kedua kalinya, perhatian Denis dicuri lagi.

Rak helm. Masih ada helm yang dulu kerap kali ia kenakan. Hanya dengan melihatnya, bibir Denis tersenyum tipis. Rasanya ia ingin ulang masa-masa yang manis itu, namun bersamaan, luka-lukanya tentang Ivan tiba-tiba minta untuk diingat. Denis menghela napas, senyum tipisnya hilang seketika saat melihat helm dengan inisial perempuan itu masih terpajang rapi, tepat di sebelah 'helmnya.'

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang