Surat Hilang Mendadak

7 2 0
                                    

Hari kedua Shafa di kota baru.

Tidak ada masalah sejauh ini. Tiap hari sang ayah mentransfer uang tanpa henti, terlebih ada ada ART di apartemen tempat tinggalnya dan sopir yang bolak-balik datang menjemput.

Yah, Shafa tidak merasa kesusahan sama sekali.

Sang gadis, Sophia Alexine Shafa memperbesar volume musik melalui handphone-nya. Ia berangkat ke SMA Bayangkara 3 lebih awal dari biasanya, lebih awal dari murid lainnya.

Hari ini Shafa bertekad untuk memberikan surat tujuh tahun silam dari seseorang bernama 'Daff' yang dia yakini adalah Daffi.

Setibanya di sekolah, dia langsung mencari tempat yang cocok untuk menjalankan aksinya. Memilih parkiran sepeda karena dari sana bisa lihat siapa saja yang keluar dan masuk ke sekolah. Ia akan mengintip dari sana, mencari tahu kedatangan Daffi ke sekolah.

Para murid mulai berdatangan satu per satu. Semakin ramai dan ramai. Shafa memperhatikan setiap orang yang datang dan dia belum menemukan sosok yang dicari.

"Pagi, Pak Satpam."

Suara sapaan yang terdengar ramah nan riang itu berhasil membuat Shafa tersenyum. Ia melihat wajah orang yang dia cari dan memperhatikannya. Sambil tersenyum, dia melihat lelaki itu berjalan memasuki gerbang sekolah.

'Kepada bang Daffi. Seneng ketemu sama lo lagi, Bang. Nama gue Shafa dari kelas 11.2. Mungkin lo lupa sama gue, tapi gue nggak bakal lupa sama lo,' batin Shafa dalam hati.

Ia tersadar dari lamunan dan kembali pada dirinya semula. Ia mulai menarik napas dalam lalu mengangguk dan meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap pada rencana awal.

Rasa gugup berusaha dihilangkan. Berkali-kali Shafa menghela napas dan menutup mata. Ditangannya sudah ada surat cinta berwarna biru muda dengan tanda love ditutupnya yang sudah mulai lapuk. Kemudian, dia mulai melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah.

Daffi memasuki lingkungan sekolah dengan gayanya yang santai dan sederhana. Kemudian Shafa mempercepat langkahnya dan menghadang jalan Daffi di dekat gerbang sekolah.

Dengan senyum canggung dan ekspresi bingung Daffi bertanya, "A-ada apa, ya?"

Shafa menarik napas dalam dan mulai bicara. "Aku Shafa dari kelas 11.2. Tinggal di Jalan Merpati, kota B. Dulu kita tetangga."

Daffi diam membeku lalu menatap surat di tangan gadis mungil tersebut. Dua insan itu tak ada yang menyadari kalau murid lain banyak yang memperhatikan mereka, termasuk Daffa yang baru datang.

Shafa mencoba bersikap tenang dan memberikan surat itu kepada Daffi. Namun, mendadak ada segerombolan siswa menabrak tubuh Daffi hingga menyenggol Shafa yang berdiri di depannya. Sontak surat yang dipegang gadis itu jatuh dan terinjak-injak di jalan.

Ketika Shafa sadar, surat cinta yang dia dapat tujuh tahun lalu lenyap begitu saja. Tidak ada di sisi jalan manapun sejauh matanya memandang.

Kasian Shafa.

Ia panik. Tidak bisa berpikir jernih. Tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Tidak fokus pada rencana awal dan pergi begitu saja mencari surat cinta miliknya.

Langkah kakinya mengejar gerombolan siswa tadi, berpikir kalau mereka lah yang mengambil suratnya. Namun ketika ditanya, tidak satu pun dari mereka yang tahu tentang surat cinta Shafa. Semua orang mengaku tidak melihatnya.

Lantas, apakah surat itu diterbangkan oleh hembusan angin?

Shafa diam mematung. Belum juga mengungkapkan perasaan terpendam selama tujuh tahun, tapi rasanya cinta pertama sudah ditolak begitu saja.

'Sekarang gimana gue bisa cari tahu si penulis surat kalau suratnya aja hilang?'

Sophia and Mr. DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang