[Hai guys, ini aku kasih bab 36 ya. Aku publish tiga cerita sekaligus, jadi aku mohon kerja samanya untuk vote dan kasih vomment ya, jangan di part terakhirnya doang atau di part awalnya doang, soalnya akhir-akhir ini jadi sedih gitu liat yang vote sama comment berkurang. Hargailah author yag udah buat cerita susah-susah, nyari-nyari waktu senggang buat nulis sampe telat bobo..., lagipula ini bab-bab terakhir JAGS, jadi dimohon apresiasinya yaaa kawan-kawan semua^^. Dan maafin juga kalo ada banyak typonya, atau ada kesalahan dalam penulisannya ya, alasannya masih sama kok.. you know lah. So, let's enjoy it^^]
Ginny langsung memelukku dengan erat sampai tubuhku terangkat, sementara Megan mengacak-ngacak rambutku.
"Kau berhasil." Jerit Ginny.
Saat Ginny melepaskan pelukannya, saat itu juga aku tahu kalau tidak seharusnya aku melakukan ini.
"Aku tidak bisa." Kataku.
Perkataanku barusan langsung melenyapkan senyum dari wajah Ginny dan Megan. Mata Ginny langsung melebar seakan telah membaca isi pikiranku. "Liz, janga berpikir untuk..."
Tapi aku langsung pergi, cengkraman tangan Megan tidak bisa menahanku. Dengan setengah berlari menuju ruangan Rob, tanpa mengetuk aku langsung masuk. Rob yang sedang duduk dikursinya langsung terkejut melihat kedatanganku yang mendadak, dia langsung meletakan pulpennya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Aku mengundurkan diri." Kataku dengan napas tersenggal-senggal.
"Mengundurkan diri?" Rob mengerutkan keningnya. "Dari apa?"
"Aku tidak bisa menjadi partner Aldo, aku mengundurkan diri."
Rob menarik ujung bibirnya sehingga giginya terpampang, "Jadi kau yang lolos?" dia mengangguk-ngangguk kecil.
Kali ini aku yang bingung, "Kau tidak tahu?"
Dia menggeleng. "Aku tidak ikut campur dalam hal ini Liz, semua keputusan Aldo."
Aku menjambak rambutku sendiri, frustasi. "Kau pasti bercanda." Kataku kesal. "Tapi kau kan kepala sekolahnya, kau bisa melakukan apa saja."
"Kalau kau ingin mengundurkan diri, katakan langsung pada Aldo." dan Rob kembali mengambil pulpennya dan mulai menulis sesuatu lagi.
Aku menggertakan gigiku dan keluar dari ruangan Rob. Aku tidak bisa menemuinya, tidak sanggup untuk melihat wajahnya lagi. Astaga, ini konyol sekali. Aku menendang-nendang udara dengan kesal, jongkok lalu berdiri lagi selama beberapa kali. Aku tidak mau menemui Aldo. Tapi kalau aku tidak menemuinya sekarang, masalahnya bisa jadi lebih gawat.
Jadi aku berlari lagi, sementara di kepalaku terus memikirkan kalimat apa yang seharusnya kukatakan nanti saat bertemu dengannya, ekspresi apa yang harus kutunjukan didepannya nanti. Baiklah, ini sepertinya akan mudah. Aku akan berbicara formal dengannya, seperti seorang murid pada gurunya.
Aku menjelajahi hampir diseluruh tempat di Vagsat Academy, ditempat yang biasanya Aldo datangi. Aku juga bertanya pada beberapa guru yang kutemui, tapi tidak ada yang tahu dimana aku harus menemukan Aldo.
"Hai Liz." seseorang menarik pergelangan tanganku, menyentakanku sampaiku berhenti.
Aku linglung sebentar sebelum menyadari orang yang menarikku adalah Caleb. "Oh hai Cal." Kataku.
"Sedang sibuk ya?" tanyanya.
"Aku mencari Mr. Masen, kau melihatnya?" tanyaku buru-buru.
"Sudah kau cari di lapangan?"
"Sudah, dia tidak ada disana."
"Kau sudah ke kamarnya?"
Aku menjentikkan jariku. "Tidak terpikirkan olehku, trims."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)
Acción[Beberapa bagian di PRIVATE] Katanya takdir akan membawamu? Tapi bagaimana kalau kau ditakdirkan menjadi seorang mata-mata? Mendadak kehidupan Elise yang tenang berubah drastis, saat keluarganya berada ditengah-tengah bahaya. Elise memutuskan menjad...