Malam sudah semakin larut, dan mobil yang dikendarai Sebastian masih membelah jalanan ibukota, menuju ke salah satu apartemen milik Anin. Sedang Nyonyanya itu duduk di kursi belakang bersama dengan gadis yang ditolongnya tadi. Gadis itu sesekali meracau tak jelas, tapi tubuhnya yang masih dalam pengaruh alkohol dan obat tidak sanggup berbuat apa-apa. Dengan telaten Anin membelai kepala gadis itu yang kini ada di pangkuannya guna menenangkannya. Dari spion tengah Sebastian bisa melihat raut tak biasa di wajah ayu cucu majikannya itu. Seharian ini dia sudah melihat raut itu terpancar di wajah Anin dari 2 orang yang berbeda. Pertama saat bersama Dey dan kedua adalah saat ini bersama dengan gadis yang dipanggil Biyel itu. Nyonyanya itu jarang sekali menunjukkan ekspresi itu untuk orang lain, jadi menurutnya kedua gadis yang berurusan dengan nyonyanya itu pastilah istimewa. Setidaknya, mungkin cukup menarik perhatian penerus Cahyadi Corp itu.
"Kenapa tersenyum seperti itu Sebastian?" Tanya Anin tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Biyel yang polos dan menggemaskan ini, sambil menoel pipi gembulnya. Tentu saja membuat Sebastian sedikit terkejut.
"Ah, mohon maafkan ketidaksopanan saya Nyonya, tapi sudah lama sekali saya tidak melihat sorot hangat itu ditujukan selain kepada Nona Ashel. Jadi menurut saya hal itu sungguh menarik, sehingga tanpa sadar saya tersenyum." Jawab Sebastian sopan, sambil tetap fokus menyetir.
Anin pun menghela nafasnya pelan lalu tersenyum. "Kelihatan banget ya? Entahlah, gadis ini juga Dey bernasib malang. Dikhianati oleh orang-orang terdekatnya dan menderita. Mungkin gadis-gadis seperti mereka bisa dengan mudah ditemukan di Illumia Foundation. Tapi baru kali ini aku berhadapan langsung, jadi ini pengalaman baru yang ironisnya membuatku excited. Apakah aku semacam psikopat, Sebastian?"
Sebastian tak langsung menjawab pertanyaan cucu majikannya itu. Dia hanya melirik sekilas lewat spion tengah dan kembali tersenyum. "Manusia itu makhluk yang unik Nyonya. Beberapa dari mereka bisa sangat bersemangat akan pengalaman baru. Entah itu baik maupun buruk. Jadi menurut saya, tidak ada yang aneh dari itu Nyonya."
"Begitukah? Kamu menjawab seolah-olah kamu bukan manusia Sebastian." Jawab Anin sambil terkekeh. Sebastian pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Anin dan mobil yang dikendarainya itu telah masuk ke parkiran khusus apartemen.
"Oh iya gimana perkembangan informasi tentang dua orang yang katanya kakaknya Dey itu?" Tanya Anin sambil membenarkan posisi tidur Biyel supaya nyaman.
"Anak buah saya sudah mengetahui dimana mereka tinggal saat ini, dan latar belakangnya cocok seperti yang Nona Dey ceritakan. Perintah selanjutnya Nyonya?" Tanya Sebastian sambil melihat ke arah Anin lewat spion tengah.
"Sudah seharusnya sampah dibuang ke tempatnya kan Sebastian?"
"Baik, saya mengerti Nyonya."
"Jangan sampai tanganmu kotor, dan bersihkan juga tempat sampahnya."
"Yes Milady."
"Kita telah sampai Nyonya, saya akan membantu mengangkat nona Brielle." Kata Sebastian setelah membukakan pintu untuk Anin.
"Brielle? Bukannya Biyel ya?" Tanya Anin bingung.
"Ah maaf, saya lupa memberitahukan informasi ini Nyonya. Jadi nama nona ini adalah Gabriella Angelina Laeman. Putri bungsu dari pemilik Laeman Resource." Jelas Sebastian sambil menggendong gadis itu dan berjalan menuju lift khusus yang akan langsung menuju ke lantai milik Anin.
"Pantes wajahnya ga asing, ternyata anak kenalan Papa. Kalo tadi langsung kita kembaliin dia ke rumahnya, bisa jadi kesalahpahaman yang ga perlu. Btw kok kamu bisa tau Sebastian?"
"Saat mengawal Tuan untuk menghadiri suatu acara beberapa waktu lalu, saya pernah bertemu Tuan Laeman sekeluarga dalam acara itu."
"Padahal baru sekali ketemu, tapi kamu bisa ingat?" Heran Anin, walaupun sudah sering melihat kemampuan kepala keamanan keluarganya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN 🔞
FanfictionAnin, Feni, Gracia, Shani dan Sisca adalah sahabat dari sejak mereka sekolah. Sekarang mereka sudah berkeluarga dan mapan di bidangnya masing-masing. Meskipun terlihat bahagia tapi sebenarnya mereka merasa kesepian dan hambar di kehidupan percintaan...