"lo beneran gak papa?" tanya Rumi khawatir, keduanya baru saja selesai mengantar kucing kecil tadi ke klinik hewan yang masih buka.
Ruri mengangguk sambil tersenyum kecil, ia memasangkan seatbelt nya dan melirik ke arah bangku belakang, dimana sebuah kandang kucing berwarna putih terletak di belakangnya bersamaan dengan kucing yang baru saja dimandikan serta divaksin oleh dokter, kucing kecil itu tengah tertidur dengan pulasnya.
"I'm fine," jawabnya disertai dengan senyuman singkat.
Sebuah kebohongan, bau dari got tadi masih menghantui Ruri, perutnya pun merasa sangat tidak nyaman sekarang.
"you don't have to do that, terlebih kalau lo gak tahan sama bau got."
"emangnya lo tahan?" tanya Ruri.
"emm... gak juga, tapi gue sudah biasa nyium bau gak sedap, waktu kecil gue tinggal dilingkungan yang jauh lebih buruk dari sekarang, tiap hari gue selalu nyium bau sampah karena tetangga-tetangga gue kebanyakan kerja sebagai pemulung."
Ruri tidak bisa membayangkan jika ia yang berada di posisi Rumi, ia kemudian menggenggam tangan cewek itu sebuah kebiasaan yang sudah lama tidak dilakukannya.
"beruntung lo sudah gak tinggal di situ lagi," ucap Ruri.
"iya, sekarang tempat itu dijadiin gedung apartemen."
Tiga puluh menit kemudian mobil Ruri sampai di depan rumah Rumi, Ruri sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat kondisi lampu jalanan, sudah lebih baik dari terakhir kali dirinya berada di tempat ini.
"kucingnya mau lo pelihara?" tanya Ruri sambil menunjuk buntalan kecil di belakangnya.
Rumi menoleh ke belakang, "kayaknya bakal gue kasih ke tetangga, Iva punya alergi sama bulu kucing."
Ruri berpikir sejenak, ini sudah sangat lama semenjak dirinya punya peliharaan, ia lalu menoleh ke belakang kucing kecil itu masih tertidur dengan sangat pulas.
"biar gue yang urus," ucap cowok itu dengan senyum lebarnya.
Rumi menatapnya kurang yakin, "beneran?" tanyanya memastikan.
Cowok itu mengangguk mantap, "di rumah ada banyak orang yang bisa ngurus."
Rumi tak memiliki pilihan lain selain mengangguk setuju, toh Ruri juga membantunya menyelamatkan kucing tersebut bahkan sampai membawa kucing itu ke klink hewan.
"before you go." Ruri menahan tangan Rumi, ia lalu membuka laci dashboard yang dan mengeluarkan beberapa alat yang sudah tak asing lagi bagi Rumi.
"self-defens tools?" ujar cewek itu tak percaya.
Ruri mengangguk, "setelah kejadian kemarin, ada baiknya lo nyimpan ini, jaga-jaga."
Rumi tersenyum kecil, "gang gue jadi lebih aman sekarang, bahkan sampai ada satpam resminya," ucap cewek itu, "thanks to someone," ia melirik Ruri.
Ruri terkekeh pelan, tak sampai di situ cowok itu lantas mengambil sesuatu dari dalam tasnya, ia menunjukkan kepada Rumi sebuah kalung berwarna perak dengan bandul bunga daisy. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Ruri memajukan tubuhnya dan memasangkan kalung tersebut ke leher Rumi.
"perfect," ucapnya setelah selesai memasangkan kalung tersebut.
"Ruri..." Rumi menyentuh bandul kalung tersebut, "gue gak bisa nerima barang semahal ini."
"itu gak mahal, Rumi," jawab Ruri, "cuman sepuluh ribu, gue beli itu sama Leah di pasar malam," bohongnya, nyatanya harga kalung yang Rumi gunakan sekarang adalah lima belas juta dan belum termasuk pajak.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Jugendliteratur"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...