Deers, Kirana dan Bisma datang lagi. Silakan kasih jejak cinta sebanyak-banyaknya yak. Semoga terhibur.
💕💕💕
Kirana berbalik dari hadapan Bisma dengan perasaan carut marut. Dia meremas tas selempang yang mengalung menyilang di badannya dengan tangan bergetar. Senyuman miring tercetak di wajah saat mengingat ide sang papa.
Sungguh menggelikan! Jelas saja Bisma menolak. Siapa yang mau menerima gadis yang sedang hamil dan menikahinya? Bagaimana bisa seseorang yang tak membuahinya, mengambil alih tanggung jawab? Pernikahan tidak hanya berlangsung sehari dua hari seperti penitipan. Melainkan seumur hidup.
Nyatanya otak waras Bisma masih berjalan. Begitu pikir Kirana. Buktinya laki-laki itu menolak, walau membuat harga diri Kirana yang sudah hancur semakin remuk berkeping-keping dengan penolakan mantan calon kakak iparnya. Dia semakin merasa kotor dan tak berharga.
Kirana berhenti sejenak begitu keluar dari pintu depan kafe. Dia mendongak, berharap sinar matahari sore yang cerah ini bisa menguapkan rasa kecewanya.
Kecewa?
Kirana terkekeh pelan sambil mengusap sudut mata bagian luar dengan buku jari telunjuknya. Tak dimungkiri, Papa ingin memberi harapan pada Kirana agar dia tidak mempermalukan keluarganya dan dirinya sendiri. Namun, penolakan Bisma barusan telah mematahkan asanya. Dia kini seperti berjalan di lorong gelap tanpa disinari cahaya mentari yang cerah seperti sore ini.
Apa yang akan dia lakukan? Bisakah dia bersembunyi dari nyinyiran dan hujatan seperti malam menelan surya, karena perzinahan yang membuat kehidupan baru bersemayam dalam rahimnya? Namun, hendak ke mana dia akan pergi untuk melindungi diri dari omongan pedas orang-orang?
Dengan langkah lunglai, Kirana berusaha menapak jalan berpaving menuju ke motornya terparkir. Dalam kepenatan hati, Kirana kemudian melajukan motor, bergabung dengam keramaian jalanan yang berkebalikan dengan pikirannya yang kosong.
Dua puluh menit kemudian, ketika matahari sudah semakin condong ke barat, motor matic Kirana memasuki pelataran rumah yang mungil di daerah perkampungan yang cukup padat. Saking padatnya, para tetangga bisa saling 'memperhatikan'.
"Kamu dari mana, Nduk?" Mama langsung keluar menyambutnya begitu Kirana memasukkan motor di sebelah mobil sedan tahun 2000-an milik keluarganya.
"Ketemu temen bentar," ujar Kirana dengan lengkungan bibir untuk menyembunyikan gundahnya. Saat dia akan melangkah masuk, Kirana berhenti sejenak. "Oh, ya, Ma. Aku nggak mau ngikutin usul Papa. Mestinya Papa tahu, pernikahan itu bukan permainan dan harus dilandasi cinta. Walau wajahnya sama, aku nggak cinta Mas Bisma."
"Mbak!" Mama meraih lengan Kirana dan menariknya masuk. "Kamu nggak punya pilihan! Keluarga kita yang akan malu. Juga kamu! Anak kamu! Apa kata orang?"
"Lalu … demi kata orang, Mama mengorbankan orang lain? Mas Bisma nggak salah, Ma! Kiran yang salah! Mestinya yang mati Kiran!"
"Kirana!" seru Mama sambil membeliak lebar.
"Kiran, udah ngecewain Mama Papa. Kiran hanyut dalam rayuan Mas Bima. Kiran … Kiran juga nggak bisa menahan diri ketika semua terjadi. Kiran … Kiran …." Kirana terduduk bersimpuh di kaki sang mama. "Maafin Kiran, Ma. Tapi, Kiran bener-bener nggak bisa sama Mas Bisma. Kiran malu dikasihani seumur hidup."
Kepala Mama menengadah dengan tangan kiri terlipat di pinggang. Sementara tangan kanannya memijat pelipis yang berkedut. Wanita paruh baya itu mengatur napas agar bisa mengendalikan diri. Namun, naluri keibuannya meledakkan isak kesedihan yang dibalut kekecewaan pada sang putri.
Dua perempuan itu merintih bersama. Mama perlahan merendahkan tubuhnya, menumpukan kedua lutut, dan memeluk putrinya. "Jalanmu akan berat kalau kamu nggak meraih tangan Mas Bisma. Mama yakin, kalau Mas Bisma mau menggandengmu, dia mempunyai hati yang tulus yang akan mengangkatmu dari keterpurukan. Jadi, bukalah hatimu, Nduk. Demi masa depanmu dan anakmu." Kirana hanya menjawab dengan isakan. Dia kehabisan kata karena lidahnya dibelenggu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold My Hand (Completed-Pindah Ke KK)
Roman d'amourBila Kirana bersikap baik, orang lain akan berkata, "Pantas, anak pendeta". Tapi, kalau dia berbuat nakal, celetukan "Anak pendeta kok gitu sih?" sering kali terdengar. Namun, kali ini, hidup Kirana Kamaratih terpuruk setelah dosa yang dia lakukan b...