"Maaf.." Heewon tidak mampu berkata-kata lagi. Apalagi saat melihat wajah Dokja yang terlihat tidak enak. Dia kira dia mengacaukan acaranya Heewon kemarin, karena, yah, meskipun Joonghyuk mendorongnya cukup jauh dari kamera, punggung Joonghyuk yang sedang menciumnya masuk sedikit ke frame dan itu membuat jagad maya geger.
Apalagi bunyi kecupan yang samar itu, sudah jelas mereka ketahuan sedang melakukan apa. Dan disini, Dokja berhadapan Heewon yang sedang menatapnya dengan tatapan serius. "Aku tidak tahu kalau seleramu yang seperti itu."
"He?" Tanya Dokja, bingung.
"Itu, pria yang berbadan tegas, kekar, dan... tunggu. Hyunsung juga begitu. Kenapa kau menolak Hyunsung?"
Dokja melirik Heewon sebal, "Kenapa jadi ke Hyunsung? Itu cerita lama."
"Cuma kau yang berpikir begitu," selorohnya. "Tapi, yang paling aku permasalahkan disini, siapa pria yang menciummu itu? Kenapa kau tidak perkenalkan dulu saat aku datang?!" Tanya Heewon, gusar.
"Yah, dia cukup pemalu."
"Cukup pemalu sampai-sampai mencium seseorang didepan kamera?" Tanya Heewon, terus terang.
"Apa akibatnya sangat parah?" Tanya Dokja, kemudian. "Apa perusahaanmu dikritik? Kalau kau mengatakan kalkulasi kerugiannya, aku akan menanggung..."
"Bukan itu masalahnya!" Teriak Heewon.
"Jadi... apa alasanmu memanggilku ke kafe jika bukan karena itu?" Tanya Dokja, bingung.
"Aku marah karena kau tidak memberitahuku. Kukira kau cuma tikus fakultas teknik yang bisa membuat mesin. Tapi apa? Kau mengencani pria? Dan lagi, pria itu tampan, dan kau mengajaknya tinggal dirumahmu? Kau berhutang banyak penjelasan padaku, Sangah, dan Hyunsung!"
"Oke..." Dokja bahkan tidak tahu darimana dia harus memulainya. Dia tidak mungkin bisa mengatakan dengan benar siapa itu Joonghyuk. Semakin banyak yang tahu maka akan semakin besar peluang terbongkarnya. Heewon itu berisik, dan Sangah itu suka bercerita. Lalu Hyunsung... entahlah, Dokja juga tidak tahu mengapa tapi dia tidak ingin memberitahu Hyunsung juga.
"Dia adalah, bisa dibilang..." Dokja memiringkan kepalanya sedikit, bingung dengan cara menjelaskan hubungannya dengan Joonghyuk tanpa terlihat sangat dekat namun tidak jauh juga.
"Apa?"
"Pasien?" Ucap Dokja, kaku.
"Pasien?"
"Yah, asal kau tahu saja, dia itu memiliki semacam penyakit delusional, jadi dia sering mengira aku pacarnya yang sudah mati. Lalu, dia adalah saudaranya temanku yang sudah mati, jadi aku mengambil tanggung jawab untuk merawatnya—"
"Dokja, jangan bohong. Kau itu orang terakhir yang akan menolong siapapun itu didunia ini, jadi jujur saja."
Sial.
"Uhh, eh, yah... aku jujur dimana aku bilang kalau dia saudaranya temanku. Tapi, dia memang tidak tinggal gratis. Karena dia juga streamers, aku yakin kau akan melihatnya suatu saat nanti." Dokja tidak bisa menemukan cara bagaimana menjelaskan kenapa orang yang dikatakan sebagai saudara temannya itu menciumnya, tapi bodo amatlah!
Dia berbohong. Heewon dapat melihat dari lirikan gelisah Dokja, dia sedang menyembunyikan sesuatu sebisa mungkin, jadi, mungkin memaksa dia menjelaskan lebih jauh hanya membuat Dokja pusing. Pasti dia punya alasan untuk tidak mengatakannya, kan?
Dokja pun tahu, kalau sebenarnya Heewon tahu kebohongannya. Tapi dia tidak bisa tidak berharap jika Heewon menerima signal darinya. Berharap wanita itu berhenti bertanya, dan Heewon sadar itu.
"Baiklah. Lalu kenapa dia menciummu?" Tanya Heewon.
Dokja dilanda pertanyaan sulit lagi. Haruskah dia jawab jujur? Atau berbohong? Ah, tapi jujurpun, tidak mengubah apapun, kan?
"Dia penasaran." Dokja menjawab pelan.
"Penasaran?" Heewon bertanya dengan bingung. "Maksudmu, dia penasaran dengan perasaannya sendiri dan menciummu untuk memastikannya?"
Dokja tampak canggung. "Ya," jawabnya.
Heewon terkekeh. "Kau tidak adil pada Hyunsung, ya."
"Kenapa tiba-tiba Hyun-?!"
"Harusnya kau juga membiarkan Hyunsung memastikan perasaannya beberapa tahun silam, tapi kau tidak pernah memberikannya kesempatan. Apa kau juga menyukai anak yang menciummu itu hingga kau membiarkan dia?"
Kali ini Dokja tidak punya jawaban lagi untuk menjawab pertanyaan itu. Jelas ia sendiri tidak bisa berbohong lagi karena semua yang dikatakan Heewon itu benar.
Ah, Yoo Joonghyuk keberadaanmu itu memang sulit untuk dijelaskan.
***
"Mulai sekarang, kau tinggallah di apartemen yang kemarin kubelikan." Dokja mengeluarkan ultimatum kepada Yoo Joonghyuk setelahnya.
Ternyata, syukurlah perusahaan Heewon tidak mengalami kerugian sedikitpun. Malah, mereka laku keras dan pemimpin perusahaan sampai mendesak Heewon untuk mempertemukannya dengan Dokja.
Itu bagus, karena keadaan ini lebih baik daripada brand itu bangkrut dengan berita jelek.
Tapi, gara-gara itu, mereka jadi penasaran dengan identitas Joonghyuk. Mereka mulai mendirikan forum, berdiskusi dan saling menginformasikan jika menemukan seseorang yang mirip dengan potongan wajah Joonghyuk yang tidak terlihat sepenuhnya.
Banyak yang salah menebak karena fitur Joonghyuk memang begitu tampan, tapi ada satu dua juga yang menebak jika itu Yoo Joonghyuk streamer game, walau masih belum yakin.
Sebab itulah Dokja semakin yakin untuk menjauh dari Joonghyuk. Setidaknya untuk sementara. Tapi, Joonghyuk terlihat tidak senang dengan keputusan itu.
Wajahnya datarnya yang biasa, terlihat sangat kesal. Alisnya berkerut, dan rahangnya mengeras. Dia terlihat siap untuk menghabisi siapa saja sekarang ini.
"Kau tahu situasinya, kan? Aku tidak ingin ada kebetulan semacam ini lagi. Bisa gawat kalau banyak orang yang mengetahui ini."
"Kalau kau takut jika mereka mengenaliku, lalu kenapa kau membiarkan aku menjadi streamer, prof?" Tanyanya. Nada Joonghyuk terdengar sangat dingin. Dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaanya atas ide ini.
"Yang aku takutkan adalah, jika orang-orang tahu kita berhubungan, Joonghyuk..." kata Dokja, lemas. "Orang-orang tidak akan mengenalimu jika kau muncul sebagai programmer pro yang tampan, tapi jika kau muncul sebagai kekasih penemu mesin sepertiku, bukan hanya orang awam yang akan tertarik padamu."
Joonghyuk jelas paham kemana arah pembicaraan Dokja. Jadi dia kemudian menebak ucapan Dokja, "Kau takut para teknisi dan professor akan curiga padaku?"
"Jujur saja," Dokja memainkan jarinya dengan ragu. "Kau memang bisa menipu para subscribermu karena mereka tidak paham. Tapi para profesor dan teknisi itu berbeda. Jika mereka sudah mulai curiga, mereka akan kupas hal itu sampai ke akarnya. Meski sedikit, aku yakin pasti mereka akan merasa kau sedikit janggal." Itu benar. Bagaimana Dokja mengatakannya, ya? Mau dibuat semirip apapun itu, Joonghyuk pada dasarnya adalah robot. Perbedaan bunyi lengannya membentur meja, cara dia menoleh yang sedikit kaku, dan kebiasaan-kebiasaan kecil manusia normal lainnya yang tidak mampu Joonghyuk tirukan.
Walau sedikit saja berbeda dengan manusia akan membuat para teknisi curiga. Mereka jelas peka terhadap besi dan metal lainnya.
Dokja memang bisa membuat Joonghyuk memiliki tekstur yang sama dengan kulit manusia, tapi... yang ada didalam tubuhnya Joonghyuk, tulangnya, terbuat dari besi. Gerakannya juga terkadang saja masih sedikit kaku, hampir mirip AI, lebih halus sedikit. Dan itu tidak bisa disembunyikan selamanya dari mata para ahli.
Apalagi jika para ahli itu tahu Joonghyuk berhubungan dengan Dokja...
Membayangkan Joonghyuk dibedah, dipelajari, dan kemudian dibongkar saja membuat Dokja tidak tahan. Hal seperti itu... tidak boleh terjadi.
Joonghyuk bisa membaca perasaan itu.
Dia marah,
Tapi dia juga sama tidak mampunya.
Joonghyuk benci fakta jika dia tidak mampu, dan membiarkan Dokja melindunginya begini. Sial, memalukan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
YJH 0.9
FanfictionDihari dimana Dokja hampir menyerah menyempurnakan robot buatannya, percobaannya yang ke 99.99 dengan luar biasanya berhasil. Bahkan melebihi harapannya. Tapi... entah kenapa, robot ini... terlihat sangat terobsesi dengan Dokja?