CLICKBAIT 🔞

222 13 89
                                    

"Makan siang sudah siap, Tuan."

Seorang pelayan berdiri di ambang pintu kamar Renjun, menunggunya untuk turun dan bergabung dengan anggota keluarga lain di ruang makan. Namun tidak seperti biasa, kali ini wajah Renjun terlihat enggan dan dibubuhi amarah yang samar. Mereka kedatangan tamu hari ini. Tamu yang sama sekali Renjun tidak pernah harapkan karena dia tahu orang itu pasti akan memberi berbagai dampak buruk bagi kelangsungan hidupnya.

"Boleh makan di sini aja nggak, sih?"

Kepala pelayan yang sudah bekerja pada keluarga Renjun lebih dari dua puluh tahun itu hanya tersenyum lembut.

"Nanti Bapak marah, lebih baik Tuan Renjun turun dulu. Tuan Soo Hyuk juga sudah sama-sama menunggu. Ayo."

Kepalanya justru tambah pening mendengar nama pria itu. Hanya saja Renjun berusaha untuk tidak menunjukkan ketidaksukaannya.

Sampai masuk ke area ruang makan mereka yang luas, Renjun berusaha menebar senyum. Sang kakek duduk di kepala meja, membicarakan bisnis keluarga yang tengah dikembangkan lagi.

"Nanti kita rampungkan soal perjanjian merger dengan statsiun NBC. Mereka kekurangan peminat dan cukup beresiko kalau kita ambil tanpa analisis keuangan yang matang."

Soo Hyuk mengangguk sambil tetap memerhatikan dengan seksama omongan tuan Huang. Pria berumur 70 tahun itu lantas melirik pada kedatangan cucu satu-satunya.

"Kok lama banget disuruh makan, tumben deh."

Renjun berdecak malas. "Aku belum begitu laper, Kek. Padahal kalian makan aja duluan. "

"Ya nggak enak dong, masa ada tamu tapi tuan rumahnya sendiri nggak ikut menjamu? Kalian udah kenalan, kan? " tuan Huang tersenyum penuh arti pada Renjun dan Soo Hyuk.

Renjun mendelik. "Udah, kok. "

"Gimana, Soo Hyuk ssi? Cucu saya ini memang agak sulit kalau berkenalan dengan orang baru, tapi sebenarnya dia menyenangkan, kok. Cuma memang sedikit judes, turunan mamanya."

Tuan Huang tertawa, Soo Hyuk juga. Pria itu manggut-manggut sambil menatap ke arah Renjun.

"Dia cantik."

"Iya dong, " ucap tuan Huang bangga. "Dia adalah permata keluarga kami yang tidak ternilai."

"Kalau berharga kenapa dijodoh-jodohin segala, kayak aku nggak laku aja, " celetuk Renjun ketus.

"Eh, yang bilang jodohin siapa? " elak kakeknya. "Kan kalian disuruh kenalan dulu. Sukur-sukur cocok. Lagian tuan Soo Hyuk ini bukan orang biasa, loh. Kamu tahu bisnis perkebunan Saerim Agriculture? Nah itu Hyuk yang punya. Rute ekspornya udah nggak perlu diragukan lagi. "

Soo Hyuk tersenyum. "Tuan Huang ini berlebihan. Saya juga kan masih baru merintis."

"Eh, tapi_"

Mereka kembali asyik mengobrol sementara Renjun lebih fokus menyantap makanan tanpa berminat untuk ikut nimbrung. Sesekali Soo Hyuk melirik ke arahnya, tersenyum ramah dan manis. Membuat
Renjun merinding.

Ini om-om kenapa dijodohin sama gue, sih? Udah tahu gue punya pacar. Males banget kalau hidup gue ada drama beginian. Lagian dia juga kenapa mau-mau aja, coba? Demi perusahaan, kah? Lah, emang nyambung antara bisnis nanem sayur sama siaran televisi?

Renjun sudah malas berpikir. Soo Hyuk juga bukan orang pertama yang disodorkan sang kakek untuk dinikahkan dengannya. Cuma yang lain-lain bisa Renjun singkirkan dengan mudah sejak kencan pertama mereka. Nah, masalahnya yang ini agak lain. Aura Soo Hyuk cukup menyeramkan. Dia tidak banyak unjuk kepintaran tapi Renjun tahu, dia hafal banyak hal.

VERSELUFT || RAVN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang